Kamis, 12 November 2009

Lebih baik ber-Tuhan daripada beragama

Awal bulan November ini saya mengikuti rangkaian acara ulang tahun Deklarasi Sancang di Bandung. Ini merupakan pernyataan para tokoh lintas agama untuk bersatu dan tidak meributkan perbedaan yang ada. Tidak hanya para orang tua, saya dan teman - teman yang katanya masih muda pun diajak untuk mengisi beberapa acara dalam kegiatan tersebut. Ya sebagai anak muda, generasi kami merupakan calon generasi penerus, bukan bakal calon (balon) lagi. Cuma sedikit kecewa, karena pemuda Kristennya sedikit yag terlibat, kebanyakan adalah sahabat - sahabat dari Katolik dan Islam. Satu lagi merusak pikiran saya, mengapa pemuda Gereja (Kristen) tidak bisa/sulit diharapkan untuk kegiatan kebersamaan di dalam perbedaan seperti ini?
Padahal masalah penutupan rumah ibadah kerap terjadi, seperti berita berikut : Pencabutan Izin Gereja. Padahal baru kemaren acara kebersamaan antar lintas agama dilakukan. Tumpengnya pun baru dipotong sama Walikota dan memberikannya kepada tokoh agama dari Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.

Sungguh berbeda dengan yang terjadi di kota kami Bandung, bahwa perbedaan agama merupakan kekuatan bersama. Dalam setiap ajaran agama diharuskan untuk hidup rukun dan mengasihi sesama, namun ada orang - orang tertentu yang menggunakan agama sebagai alat untuk merusak kedamaian dan kerukunan tersebut. "Kegiatan semacam ini bukanlah kegiatan seremonial atau rutinitas bersama" Demikian dikatakan oleh tokoh-tokoh tersebut.
Sebagai contoh sudah dan akan dilaksanakan kegiatan penanaman pohon di kota Bandung. Pak Dada Rosada sudah menanamnya di depan GKI Maulana Yusuf 20 Bandung. Tgl 28 November 2009 nanti, kami Kaum Muda Lintas Agama akan melakukan penanaman pohon di kawasan Soekarno Hatta Bandung.Apakah yang disebut dengan beragama? Apa sekedar terdaftar pada salah satu agama. Atau hanya melengkapi identitas di KTP. Sepertinya beragama di negara ini belum bisa mencerminkan kalau seseorang itu ber-Tuhan. Sebab masih saja ditemui perbuatannya yang bertentangan dengan ajaran Tuhan. Bagi mereka yang beragama mungkin ada "kekerasan" atau "kejahatan" yang dianggap wajar dan tidak melanggar aturan beragama. Namun bagi orang yang ber-Tuhan apapun namanya yang merugikan orang lain merupakan pelanggaran. Saya berpendapat lebih baik kita menyebut bahwa kita ber-Tuhan daripada menyebut kalau kita beragama. Saya sungguh bangga dan berharap bahwa kerukunan umat akan senantiasa bisa dijaga dan dilestarikan sesuai dengan Bhinneka Tunggal Ika. Sama-samalah kita berdoa ya, seperti saya dan kawan - kawan diatas :D

1 komentar:

Anonim 9 Desember 2009 pukul 08.28  

mungkin tergantung dari karakter manusianya juga ya? Kalo dari awal karakternya tidak bagus, yah outputnya tetap tidak bagus juga apapun agamanya.

Btw, jarang-jarang ya acara kegiatan kebersamaan lintas agama ini. Bagus deh pak Dada.

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP