Rabu, 11 Februari 2009

Devide Et Impera Subur di Indonesia???

Kegelisahan para budyawan Indonesia, negarawan ataupun beberapa aktivis bangsa sebut saja Roeh Basoeki Mangoenpoerojo, Frans Magnis Suseno tentang bertumbuhnya semangat devide et impera ternyata sudah dalam tataran teraplikasi. Semangat ini merupakan warisan penjajah Belanda saat perusahaan dagang VOC menguasai Indonesia. Devide Et Impera merupakan politik Belanda untuk memecah belah suatu kelompok (kerajaan2 di Indoensia pada zaman penjajahan) untuk mempermudah Belanda menguasai suatu daerah. Ternyata dari pengamatan saya beberapa tahun ini semangat devide et impera ini sudah merasuki masyarakat bangsa ini.

Orang atau kelompok tertentu secara kasat mata sudah melakukan cara "kotor" ini untuk memudahkan pencapaian tujuannya. Sungguh mental bangasa kali ini diuji kembali dengan berbagai kejadiaan yang bisa kita lihat di media massa sekarang. Pertanaannya adalah akankah kita setega itu untuk mengadu domba bangsa sendiri, saudara sendiri hanya untuk kepentingan segelintir orang? Tidak hanya dalam skop berbangsa dan bertanah air, sesungguhnya di level organanisasi yang lebih kecil juga kita bisa menemukan devide et impera ini. Bahkan di Gereja yang konon katanya tempat "suci" yang jauh dari kepentingan politik, ekonomi dan sebagainya, jemaatnya sadar atau tidak sadar sudah melakukan devide et impera.

Saya menulis keresahan ini saat melihat beberapa kejadian terakhir, khususnya saat proses pemekaran Protap pada awal bulan ini. Kelihatan masyarakat SU diprovokasi sehingga muncul kerentanan perpecahan di sana, khususnya diantara sesama warga Batak. Provokasi merupakan bentuk dari politik devide et impera yang semakin berkembang di tengah - tengah bangsa ini. Indikasi kedua adalah saat adanya isu perolehan suara salah satu partai besar akan turun sedangkan elit partai tersebut adalah termasuk salah satu decision maker untuk bangsa Indonesia. Ini merupakan tindakan oknum bangsa Indonesia yang hendak memecah belah pemerintah. Untunglah persiden sangat tanggap dan bijaksana dalam menanggapi masalah ini. Apapun ceritanya pemerintah sekarang masih punya tanggungjawab dan amanah dari rakyat sekitar 10 bulan lagi. Jadi sebaiknya oknum - oknum yang mencoba melakukan devide et impera sadar akan kerugian yang ditimbulkan akibat kepentingan segelintir orang tersebut. Hal lain yang bisa diindikasikan sebagai hasil dari devide et impera adalah perpecahan partai yang dibesarkan oleh Gus Dur beberapa waktu lalu dan perpecahan salah satu jemaat Gereja di kota Bandung setahun silam.

Ancaman devide et impera ini muncul dari kepentingan oknum - oknum tertentu yang mungkin tidak menghendaki kemajuan bersama bangsa ini. Contohnya adalah masih adanya perdebatan tentang idiologi bangsa yang seharusnya sudah menjadi harga mati yaitu Pancasila dan UUD 45.

Di beberapa organisasi dan mungkin di institusi pendidikan sangat mudah ditemui indikasi perkembangan devide et impera. Semangat membanggakan komunitas dan kelompok sendiri menimbulkan egoisme kelompok dan selalu merendahkan orang lain. Akhirnya dengan kelompoknya mereka akan mencari cara apapun untuk mencapai tujuan tanpa mau bersusah payah mendorong bersama gerbong bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan, kemakmuran dan kedamaian.

Untuk lingkungan organisasi, spengalaman saya indikasi politik devide et impera yang sedikit banyak telah diadopsi oleh bangsa ini adalah dengan fenomena bahwa kita lebih senang berdebat bukan berdialog, lebih senang mempertahankan pendapat daripada berdiskusi, bersaing bukan berkompetisi, berkelahi bukan berdiplomasi dan selalu bikin tandingan dalam organisasi seperti oposisi yang berlebihan. Hal inilah yang menjadi karakter anak - anak bangsa saat ini. Padahal secara sadar ancamannya adalah adanya perpecahan didalam organisasi tersebut.

Semoga kita bisa menghilangkan sifat devide et impera dari setiap individu bangsa ini. Sebab musuh sesungguhnya bukanlah orang lain, kelompok lain atau negara lain, tapi musuh sebenarnya adalah kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan kita dari bangsa lain. Semoga karakter bangsa ini akan senantiasa lebih baik dari sebelumnya demi kemajuan bersama.

2 komentar:

Mekar Paian Sinurat 12 Februari 2009 pukul 11.50  

Lumayan juga tulisannya bang.
Aku mau menambah komentar aja terhadap pembentukan Protap tadi..
Aku juga berpikir bahwa Masyarakat Tapanuli telah dipakai oleh beberapa orang tertentu yang memang punya kekuasaan dan kepentingan untuk memperluas kekuasaan yang dimilikinya itu. Kejadian yang terjadi itu seolah-olah menunjukkan Seluruh Masyarakat Tapanuli menghendakinya, padahal bukan.

Emang KEKUASAAN itu selalu mengingini KEKUASAAN yang Lebih Lagi.

desmon 20 Februari 2009 pukul 10.51  

Selalu ada pihak yang akan disalahkan jika terjadi suatu insiden. Kita tidak tahu apakah ini murni perjuangan masyarakat tapanuli atau hanya kepentingan segelintir orang. Jangan mau diadu domba, ini intinya.

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP