Materi MAPER GMKI 2008
SETIA MELAYANI YESUS DI TENGAH PERGUMULAN MAHASISWA
Perjalanan GMKI adalah perjalanan ketaatan mahasiswa bersama sang Kepala Gerakan yaitu Yesus Kristus selama kita masih di dunia ini. GMKI harus pergi kemana saja ia diutus sang Kepala Gerakan, sama seperti seorang hamba yang taan sama tuannya, demikian juga GMKI taat kepada Kristus
• Sejarah Singkat GMKIGerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) adalah organisasi kemahasiswaan yang didirikan pada tanggal 9 Februari 1950. Namun Christelijke Studenten Vereeniging op Java (CSV) yang menjadi cikal bakal GMKI telah ada jauh sebelumnya dan berdiri sejak 28 Desember 1932 di Kaliurang. Berdirinya CSV tidak terpisahkan dengan peranan Ir. C.L Van Doorn salah seorang ahli kehutanan yang mempelajari aspek sosial dan ekonomi khususnya ilmu pertanian dan kemudian memperoleh doktor di bidang ekonomi serta dominee dibidang teologia.
Dengan adanya mahasiswa di Indonesia dan bersamaan dengan berdirinya School tot Opleiding van Indishe Artsen (STOVIA) tahun 1910-1924 di Batavia. Selain itu, berdiri juga Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya (1913), Sekolah Teknik di Bandung (1920), Sekolah Kedokteran Hewan di Bogor (1914) dan Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta (1924). Pada tahun 1924 terbentuklah Batavia CSV dan inilah cabang CSV yang pertama.
Kurun waktu 1925-1927 para mahasiswa di Surabaya yang tergabung dalam Jong Indie aktif melakukan penelaahan Alkitab. Kelompok ini bersama Batavia CSV mengadakan Konferensi di Kaliurang pada bulan Desember 1932. Pembicara-pembicara utama kegiatan tersebut adalah Dr. J. Leimena, Ir. C.L van Doorn dan Dr. Kraemer.
Jumlah anggota CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90 orang. Cabang-cabangnya hanya baru ada di kota-kota perguruan tinggi di Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya). Walaupun “kecil dan lemah” namun keberadaan CSV op Java telah berhasil meletakkan dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang akan dilanjutkan GMKI di kemudian hari.
Sejumlah mahasiswa kedokteran dan hukum di Jakarta memutuskan untuk membentuk suatu organisasi mahasiswa Kristen. Organisasi itu untuk menggantikan CSV op Java yang sudah tidak ada. Dalam pertemuan di STT Jakarta tahun 1945, dibentuk Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dengan maksud keberadaannya sebagai Pengurus Pusat PMKI. Dengan demikian Dr. J. Leimena dipilih sebagai Ketua Umum dan Dr. O.E Engelen sebagai Sekretaris Jenderal. Tetapi karena Leimena sibuk dengan tugas-tugas sebagai Menteri Muda Kesehatan, tugas-tugasnya diserahkan kepada Dr. Engelen.
Kegiatan-kegiatan PMKI tidak jauh berbeda dengan CSV op Java dengan Penelahaan Alkitab salah satu inti kegiatannya. Keanggotaan PMKI sebagian besar adalah mahasiswa yang memihak pada perjuangan kemerdekaan. Terbentuklah PMKI di Bandung, Bogor, Surabaya dan Yogyakarta (setelah UGM berdiri) segera menyusul.
Tak lama setelah PMKI lahir, awal tahun 1946 muncul organisasi baru dengan menggunakan CSV di Bogor, Bandung dan Surabaya dengan “CSV yang baru” dan tidak menjadi tandingan PMKI. Kesamaan kedua organisasi ini adalah merealisasikan persekutuan iman dalam Yesus Kristus dan menjadi saksi Kristus dalam dunia mahasiswa.
Masuknya Jepang ke Indonesia mengakhiri eksistensi CSV op Java secara struktural dan organisatoris. Pemerintah pendudukan Jepang melarang sama semua kegiatan-kegiatan organisasi yang dibentuk pada jaman Belanda. Secara prakatis CSV op Java tidak ada lagi sejak tahun 1942. Sepanjang sejarahnya, CSV op Java dipimpin oleh Ketua Umumnya Dr. J. Leimena (1932-1936) serta Mr. Khow (1936-1939). Sedangkan sekretaris (full time) dijalankan Ir. C.L Van Doorn (1932-1936).
Dengan berakhirnya pertikaian Indonesia dengan Belanda, tahun 1949 berakhir pula “pertentangan” antara PMKI dengan CSV baru tersebut. Tanggal 9 Februari 1950 di kediaman Dr. J. Leimena di Jl. Teuku Umar No. 36 Jakarta, wakil-wakil PMKI dan CSV baru hadir dalam pertemuan tersebut. Maka lahirlah kesepakatan yang menyatakan bahwa PMKI dan CSV baru untuk meleburkan diri dalam suatu organisasi yang dinamakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan mengangkat Dr. J. Leimena sebagai Ketua Umum hingga diadakan kongres. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan sangat penting dan suatu moment awal perjuangan mahasiswa Kristen yang tergabung dalam GMKI maka pada kesempatan itu Dr. J. Leimena menyampaikan pesan penting yang mengatakan : “ Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (loershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan”.
Perkembangan demi perkembangan dialami GMKI secara kontiniu dengan berdirinya beberapa cabang-cabang GMKI di berbagai wilayah Indonesia. Pergumulan demi pergumulan baik pada masa transisi kepemimpinan nasional di era Ode Lama, Orde Baru, Era Reformasi dan pada masa kini. GMKI mencoba memainkan perannya sebagai wujud semangat Nasionalisme dan Oikumenisnya.
Perubahan-perubahan tatanan organisasi baik berupa AD/ART mengalami berbagai penyempuranaan, tantangan dan pergumulan GMKI yang tertuang dalam Tema dan Sub tema dan senantiasa berubah setiap Kongres ke Kongres sesuai kondisi dan pandangan GMKI kedepan, perbaikan dan penyempurnaan sistim pendidikan kader yang tertuang dalam Pola Dasar Sistim Pendidikan Kader (PDSPK) serta format aksi pelayanan yang senantiasi dievaluasi sebagai wujud partisipasi GMKI dalam bidang eksternalnya.
Ketika diawalnya GMKI tumbuh dari kelompok-kelompok doa dan diskusi-diskusi hingga akhirnya membentuk suatu organisasi kemahasiswaan yang permanen. Kedua semangat diatas telah membawa sejarah GMKI menjadi salah satu kekuatan gerakan Pro-demokrasi dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi, penegakan Hukum dan HAM.
Visi yang ingin dicapai GMKI adalah Mewujudkan perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi berdasarkan kasih di Indonesia.
Misi yang dilakukan adalah:
a. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi kepada pengenalan akan Yesus Kristus selaku Tuhan dan Penebus dan memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari – hari.
b. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa di tengah-tengah mahasiswa dan perguruan tinggi dalam kesaksian memperbaharui masyarakat, manusia dan gereja.
c. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang ahli dan bertanggung jawab dengan menjalankan panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan menjadi sarana bagi terwujudnya kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta kasih di tengah-tengah manusia dan alam semesta.
Saat ini, GMKI memiliki sekitar 70 cabang dan beberapa bakal cabang yang tersebar di kota-kota perguruan tinggi di berbagai propinsi di Indonesia. GMKI merupakan tempat persiapan kader dengan kompetensi Keimanan, Kompetensi Keilmuan, Kompetensi Managerial dan Kompetensi Kepekaan Sosial yang dapat diaplikasikan dalam tiga medan pelayanannya yakni, Gereja, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. GMKI juga mempersiapkan kader yang kritis dan analitis dalam mengkaji persoalan-persoalan yang terjadi baik di Gereja, Perguruan Tinggi maupun Masyarakat dan memberikan tawaran solusi terhadap masalah tersebut.
Dalam melakukan Pelayanannya, GMKI membangun kerjasama dengan beberapa institusi seperti Gereja, Universitas, LSM, MEDIA, aktif dalam KELOMPOK CIPAYUNG dan FKPI dengan berbagai program kerjasama. GMKI juga berafiliasi dengan Organisasi Mahasiswa Kristen Se-Dunia (WSCF) dan saat ini membangun jaringan dengan Perkumpulan Organisasi Kristen dalam bidang Sosial Se-Asia (ACISCA).
• GMKI Bandung kaitannya dengan YKKM
YKKM (Yayasan Kristen unruk Kesejahteraan Mahasiswa) merupakan salah satu wadah GMKI cabang Bandung untuk mengurusi masalah asset – asset cabang terutama aset seputar Dago 109. Pendirian YKKM ini akibat adanya undang – undang yang menyatakan bahwa OKP tidak boleh memiliki asset tanah dan bangunan. Oleh sebab itu maka pada tanggal 22 Januari 1963 didirikanlah YKKM dengan aset tanah 2870 .. Sepanjang perjalanannya YKKM baru 5 kali mengalami pergantian kepenguruasan. Ketua pertama adalah Alm. dr.J.E Siregar, Prof K.T Sirait, Ir.Winardi, dr.Arthur L Tobing dan terakhir oleh Ir. Armein Z.R Langi, PhD (sebagai Ketua Dewan Pembina) dan Dr.Ing. Suhardi, M.Sc (ketua Dewan Pengurus). Secara yuridis YKKM berada dibawah BKS PGI-GMKI pusat dengan alasan lebih memiliki kekuatan hukum.
• Pergerakan dan Kontribusi GMKI melalui Kader – kadernya
Melayani merupakan salah satu tugas manusia selama ia berada di dunia ini untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus (Mat 28 : 19 – 20) yakni untuk menyebarkan kabar keselamatan sampai ke ujung dunia, sebagaimana Yesus sendiri dating ke dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat 20 : 28). Amanat Agung Sang Kepala Gerakan ini patutlah kita laksanakan sebagai wujud ucapan syukur kita atas keselamatan yang IA berikan kepada kita ornag yang percaya kepada-Nya.
Kontribusi kader - kader GMKI dapat diimplementasikan di tiga medan pelayanannya, yaitu Gereja, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. Tentunya kader – kader GMKI yang terjun di medan pelayanan atau sering disebut Tri matra GMKI adalah orang – orang yang telah berproses menjadi seorang kader yang Tinggi Iman, Tinggi Ilmu dan Tinggi Pengabdian (Tri Panji GMKI)
Sebagai kaum intelektual dan professional, kader – kader GMKI dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka mencari solusi yang paling solutif dari setiap pergumulan yang dihadapi bangsa ini. Para pendahulu kita tentu tidak sembarangan dalam menciptakan Tri Panji GMKI ini, namun dalam implementasinya banyak kader belum mampu menyeimbangkan Tri Panji GMKI dan cenderung lebih condong ke salah satu Tri Panji. Sehingga hal ini akan berimplikasi terhadap Medan Pelayanan (Tri Matra) GMKI yang juga lebih cenderung ke salah satu Medan Pelayanan. Namun hal yang seharusnya kita coba lakukan adalah bagaimana menyeimbangkan pemahaman serta pengimplementasian masing – masing kader terhadap Tripanji GMKI.
GMKI bukan merupakan organisasi kader, GMKI meng-claim dirinya sebagai organisasi kader. Oleh sebab itu, dalam maper ini, kita jangan melihat kuantitas, namun marilah kita coba melihat kualitas dan kerelaan hati kita untuk mau terlibat dalam setiap pelayanan GMKI. Jika sudah memfokuskan diri pada kualitas, maka akan lahirlah kader GMKI yang menjadi penggerak yang ahli serta bertanggungjawab dan memiliki integritas, sifat kreatif dan inovatif, positive thinking, kristis (berakal dan berilmu), dan realitas serta realistis (mampu mengimplementasikan dengan kondisi).
Akhir kata, selamat mengikuti rangkaian acara Maper GMKI 2008 bagi teman – teman. Tetap semangat. Apa yang kita lakukan hari ini merupakan modal yang sangat bermanfaat untuk masa depan kita. Easy to say, hard to do, but In Jesus nothing is impossible.
TINGGI IMAN, TINGGI ILMU, TINGGI PENGABDIAN.
UT OMNES UNUM SINT
desmon
(ketua cabang bandung 2007-2008)
Dengan adanya mahasiswa di Indonesia dan bersamaan dengan berdirinya School tot Opleiding van Indishe Artsen (STOVIA) tahun 1910-1924 di Batavia. Selain itu, berdiri juga Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) di Surabaya (1913), Sekolah Teknik di Bandung (1920), Sekolah Kedokteran Hewan di Bogor (1914) dan Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta (1924). Pada tahun 1924 terbentuklah Batavia CSV dan inilah cabang CSV yang pertama.
Kurun waktu 1925-1927 para mahasiswa di Surabaya yang tergabung dalam Jong Indie aktif melakukan penelaahan Alkitab. Kelompok ini bersama Batavia CSV mengadakan Konferensi di Kaliurang pada bulan Desember 1932. Pembicara-pembicara utama kegiatan tersebut adalah Dr. J. Leimena, Ir. C.L van Doorn dan Dr. Kraemer.
Jumlah anggota CSV op Java dalam kurun waktu 1930-an sekitar 90 orang. Cabang-cabangnya hanya baru ada di kota-kota perguruan tinggi di Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya). Walaupun “kecil dan lemah” namun keberadaan CSV op Java telah berhasil meletakkan dasar bagi pembinaan mahasiswa Kristen yang akan dilanjutkan GMKI di kemudian hari.
Sejumlah mahasiswa kedokteran dan hukum di Jakarta memutuskan untuk membentuk suatu organisasi mahasiswa Kristen. Organisasi itu untuk menggantikan CSV op Java yang sudah tidak ada. Dalam pertemuan di STT Jakarta tahun 1945, dibentuk Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI) dengan maksud keberadaannya sebagai Pengurus Pusat PMKI. Dengan demikian Dr. J. Leimena dipilih sebagai Ketua Umum dan Dr. O.E Engelen sebagai Sekretaris Jenderal. Tetapi karena Leimena sibuk dengan tugas-tugas sebagai Menteri Muda Kesehatan, tugas-tugasnya diserahkan kepada Dr. Engelen.
Kegiatan-kegiatan PMKI tidak jauh berbeda dengan CSV op Java dengan Penelahaan Alkitab salah satu inti kegiatannya. Keanggotaan PMKI sebagian besar adalah mahasiswa yang memihak pada perjuangan kemerdekaan. Terbentuklah PMKI di Bandung, Bogor, Surabaya dan Yogyakarta (setelah UGM berdiri) segera menyusul.
Tak lama setelah PMKI lahir, awal tahun 1946 muncul organisasi baru dengan menggunakan CSV di Bogor, Bandung dan Surabaya dengan “CSV yang baru” dan tidak menjadi tandingan PMKI. Kesamaan kedua organisasi ini adalah merealisasikan persekutuan iman dalam Yesus Kristus dan menjadi saksi Kristus dalam dunia mahasiswa.
Masuknya Jepang ke Indonesia mengakhiri eksistensi CSV op Java secara struktural dan organisatoris. Pemerintah pendudukan Jepang melarang sama semua kegiatan-kegiatan organisasi yang dibentuk pada jaman Belanda. Secara prakatis CSV op Java tidak ada lagi sejak tahun 1942. Sepanjang sejarahnya, CSV op Java dipimpin oleh Ketua Umumnya Dr. J. Leimena (1932-1936) serta Mr. Khow (1936-1939). Sedangkan sekretaris (full time) dijalankan Ir. C.L Van Doorn (1932-1936).
Dengan berakhirnya pertikaian Indonesia dengan Belanda, tahun 1949 berakhir pula “pertentangan” antara PMKI dengan CSV baru tersebut. Tanggal 9 Februari 1950 di kediaman Dr. J. Leimena di Jl. Teuku Umar No. 36 Jakarta, wakil-wakil PMKI dan CSV baru hadir dalam pertemuan tersebut. Maka lahirlah kesepakatan yang menyatakan bahwa PMKI dan CSV baru untuk meleburkan diri dalam suatu organisasi yang dinamakan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan mengangkat Dr. J. Leimena sebagai Ketua Umum hingga diadakan kongres. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan sangat penting dan suatu moment awal perjuangan mahasiswa Kristen yang tergabung dalam GMKI maka pada kesempatan itu Dr. J. Leimena menyampaikan pesan penting yang mengatakan : “ Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (loershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan”.
Perkembangan demi perkembangan dialami GMKI secara kontiniu dengan berdirinya beberapa cabang-cabang GMKI di berbagai wilayah Indonesia. Pergumulan demi pergumulan baik pada masa transisi kepemimpinan nasional di era Ode Lama, Orde Baru, Era Reformasi dan pada masa kini. GMKI mencoba memainkan perannya sebagai wujud semangat Nasionalisme dan Oikumenisnya.
Perubahan-perubahan tatanan organisasi baik berupa AD/ART mengalami berbagai penyempuranaan, tantangan dan pergumulan GMKI yang tertuang dalam Tema dan Sub tema dan senantiasa berubah setiap Kongres ke Kongres sesuai kondisi dan pandangan GMKI kedepan, perbaikan dan penyempurnaan sistim pendidikan kader yang tertuang dalam Pola Dasar Sistim Pendidikan Kader (PDSPK) serta format aksi pelayanan yang senantiasi dievaluasi sebagai wujud partisipasi GMKI dalam bidang eksternalnya.
Ketika diawalnya GMKI tumbuh dari kelompok-kelompok doa dan diskusi-diskusi hingga akhirnya membentuk suatu organisasi kemahasiswaan yang permanen. Kedua semangat diatas telah membawa sejarah GMKI menjadi salah satu kekuatan gerakan Pro-demokrasi dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi, penegakan Hukum dan HAM.
Visi yang ingin dicapai GMKI adalah Mewujudkan perdamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi berdasarkan kasih di Indonesia.
Misi yang dilakukan adalah:
a. Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi kepada pengenalan akan Yesus Kristus selaku Tuhan dan Penebus dan memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari – hari.
b. Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa di tengah-tengah mahasiswa dan perguruan tinggi dalam kesaksian memperbaharui masyarakat, manusia dan gereja.
c. Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang ahli dan bertanggung jawab dengan menjalankan panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara, gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan menjadi sarana bagi terwujudnya kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta kasih di tengah-tengah manusia dan alam semesta.
Saat ini, GMKI memiliki sekitar 70 cabang dan beberapa bakal cabang yang tersebar di kota-kota perguruan tinggi di berbagai propinsi di Indonesia. GMKI merupakan tempat persiapan kader dengan kompetensi Keimanan, Kompetensi Keilmuan, Kompetensi Managerial dan Kompetensi Kepekaan Sosial yang dapat diaplikasikan dalam tiga medan pelayanannya yakni, Gereja, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. GMKI juga mempersiapkan kader yang kritis dan analitis dalam mengkaji persoalan-persoalan yang terjadi baik di Gereja, Perguruan Tinggi maupun Masyarakat dan memberikan tawaran solusi terhadap masalah tersebut.
Dalam melakukan Pelayanannya, GMKI membangun kerjasama dengan beberapa institusi seperti Gereja, Universitas, LSM, MEDIA, aktif dalam KELOMPOK CIPAYUNG dan FKPI dengan berbagai program kerjasama. GMKI juga berafiliasi dengan Organisasi Mahasiswa Kristen Se-Dunia (WSCF) dan saat ini membangun jaringan dengan Perkumpulan Organisasi Kristen dalam bidang Sosial Se-Asia (ACISCA).
• GMKI Bandung kaitannya dengan YKKM
YKKM (Yayasan Kristen unruk Kesejahteraan Mahasiswa) merupakan salah satu wadah GMKI cabang Bandung untuk mengurusi masalah asset – asset cabang terutama aset seputar Dago 109. Pendirian YKKM ini akibat adanya undang – undang yang menyatakan bahwa OKP tidak boleh memiliki asset tanah dan bangunan. Oleh sebab itu maka pada tanggal 22 Januari 1963 didirikanlah YKKM dengan aset tanah 2870 .. Sepanjang perjalanannya YKKM baru 5 kali mengalami pergantian kepenguruasan. Ketua pertama adalah Alm. dr.J.E Siregar, Prof K.T Sirait, Ir.Winardi, dr.Arthur L Tobing dan terakhir oleh Ir. Armein Z.R Langi, PhD (sebagai Ketua Dewan Pembina) dan Dr.Ing. Suhardi, M.Sc (ketua Dewan Pengurus). Secara yuridis YKKM berada dibawah BKS PGI-GMKI pusat dengan alasan lebih memiliki kekuatan hukum.
• Pergerakan dan Kontribusi GMKI melalui Kader – kadernya
Melayani merupakan salah satu tugas manusia selama ia berada di dunia ini untuk menjalankan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus (Mat 28 : 19 – 20) yakni untuk menyebarkan kabar keselamatan sampai ke ujung dunia, sebagaimana Yesus sendiri dating ke dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat 20 : 28). Amanat Agung Sang Kepala Gerakan ini patutlah kita laksanakan sebagai wujud ucapan syukur kita atas keselamatan yang IA berikan kepada kita ornag yang percaya kepada-Nya.
Kontribusi kader - kader GMKI dapat diimplementasikan di tiga medan pelayanannya, yaitu Gereja, Perguruan Tinggi dan Masyarakat. Tentunya kader – kader GMKI yang terjun di medan pelayanan atau sering disebut Tri matra GMKI adalah orang – orang yang telah berproses menjadi seorang kader yang Tinggi Iman, Tinggi Ilmu dan Tinggi Pengabdian (Tri Panji GMKI)
Sebagai kaum intelektual dan professional, kader – kader GMKI dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka mencari solusi yang paling solutif dari setiap pergumulan yang dihadapi bangsa ini. Para pendahulu kita tentu tidak sembarangan dalam menciptakan Tri Panji GMKI ini, namun dalam implementasinya banyak kader belum mampu menyeimbangkan Tri Panji GMKI dan cenderung lebih condong ke salah satu Tri Panji. Sehingga hal ini akan berimplikasi terhadap Medan Pelayanan (Tri Matra) GMKI yang juga lebih cenderung ke salah satu Medan Pelayanan. Namun hal yang seharusnya kita coba lakukan adalah bagaimana menyeimbangkan pemahaman serta pengimplementasian masing – masing kader terhadap Tripanji GMKI.
GMKI bukan merupakan organisasi kader, GMKI meng-claim dirinya sebagai organisasi kader. Oleh sebab itu, dalam maper ini, kita jangan melihat kuantitas, namun marilah kita coba melihat kualitas dan kerelaan hati kita untuk mau terlibat dalam setiap pelayanan GMKI. Jika sudah memfokuskan diri pada kualitas, maka akan lahirlah kader GMKI yang menjadi penggerak yang ahli serta bertanggungjawab dan memiliki integritas, sifat kreatif dan inovatif, positive thinking, kristis (berakal dan berilmu), dan realitas serta realistis (mampu mengimplementasikan dengan kondisi).
Akhir kata, selamat mengikuti rangkaian acara Maper GMKI 2008 bagi teman – teman. Tetap semangat. Apa yang kita lakukan hari ini merupakan modal yang sangat bermanfaat untuk masa depan kita. Easy to say, hard to do, but In Jesus nothing is impossible.
TINGGI IMAN, TINGGI ILMU, TINGGI PENGABDIAN.
UT OMNES UNUM SINT
desmon
(ketua cabang bandung 2007-2008)
0 komentar:
Posting Komentar