Selasa, 24 Februari 2009

Peace, Love and God Bless You

Menjadi seorang teladan merupakan impian banyak orang sekaligus merupakan hal yang sangat sulit dilakukan. Teladan dalam perkataan, teladan dalam tingkah laku, dan teladan dalam prestasi hidup lebih banyak ditemui dalam diri rohaniawan. Dan orang akan seantiasa menganalogikan menjadi teladan merupakan milik dari para rohaniawan. Padahal siapapun bisa menjadi teladan.

Teladan yang paling baik menurut saya ada pada pribadi Sang Juru Selamat. Terutama teladan dalam perkataan. Kebanyakan orang hanya ingin diteladani dari segi penampilan, gaya hidup dan penampilan fisik hedon lainnya. Sehingga sering kita melihat artis - artis berlomba - lomba menjadi trend setter atau berusana menjadi teladan banyak orang, namun hanya sebatas teladan dalam penampilan yang terkadang terkesan kurang baik. Jarang yang mau menjadi teladan dalam perkataan. Suatu ungkapan bijak mengatakan, apa yang diucapkan merupakan cermin dari hati yang paling dalam. Jika perkataannya baik, maka kurang lebih akan sama dengan kondisi hatinya. Sama seperti Yesus, dalam perkataan Dia selalu memberika perkataan - perkataan sejuk yang membawa kedamaian. Damai di bumi, sukacita di surga. Disamping sebatas perkataan, kata - kata juga merupakan doa dan harapan. Oleh karena itu, jika perkataan kita baik, maka doa dan harapan akan digenapi oleh Tuhan.

Di zaman sms seperti sekarang, kita sangat sering menggunakan kata - kata berkat kepada orang yang kita sms. Tanpa kita sadari, kata penutup dalam sms kita tersebut sudah merupakan doa permintaan kita kepada Tuhan untuk teman kita. Peace, Love and God Bless You merupakan kata yang menarik buat saya. Karena harapan ini merupakan cerminan dari kehidupan surgawi di dunia yang sangat diimpikan oleh banyak orang. Kedamaian, Cinta Kasih serta perlindungan dari Tuhan. Walau masih banyak lagi bentuk perkataan yang berupa doa dan pengharapan.

Marilah kita berlomba - lomba untuk menjadi teladan, terutama teladan dalam perkataan. Sehingga kita bisa mengevaluasi kondisi hati kita setiap saat. Sebab perkataan merupakan cerminan dari hati kita. Kasih Karunia dan Damai Sejahtera bagi kita semua.:)

Senin, 23 Februari 2009

Public Endemy

Tidak selamanya berbuat baik itu menghasilkan kebaikan. Apalagi berbuat baik kepada teman. Melakukan kebaikan terhadap orang yang sudah kita kenal cenderung berpotensi untuk mendapatkan perlakuan tidak baik dari orang tersebut. Justru berbuat baik terhadap orang yang tidak kenal, jauh lebih berpotensi mendapatkan balasan yang baik terhadap kita.

Saya tidak tahu apa yang menjadi penyebab dan latar belakangnya. Namun, fenomena semacam ini sudah beberapa kali saya alami. Perlakuan "tidak baik" justru lebih banyak kita terima dari orang yang sudah kita kenal. Mudah - mudahan ini hanya oknum dari banyak teman yang saya kenal. Saya belum berani mengeneralisirnya. Maksud teman disini adalah teman seorganisasi.

Dengan berbagai macam alasan sebenarnya tidak mungkin teman kita akan menjatuhkan kita. Namun lagi - lagi akibat kepentingan yang tidak seberapa, muncullah potensi saling menjatuhkan. Sifat egois dan hanya pengen menang sendiri sangat kentara dalam masalah seperti ini. Pengalaman yang sama juga terjadi kepada seorang kakak. Sepengetahuan kamai mereka telah berteman cukup lama. Namun karena punya kepentingan yang sama, namun beda kendaraan untuk mencapai tujuan tersebut, dia tega untuk menjegal temannya sendiri. Ini mungkin yang menyebabkan organisasi yang tua tidak bisa berkembang lagi. Secara logika seharusnya kita bangga bila punya teman yang berprestasi. Sekalipun dia lebih hebat dari kita. Tidak masalah, yang penting tidak menghambat prestasi teman yang ada.

Di organisasi ini juga kelihatan orang - orang yang umumnya tidak gentlemen. Beraninya hanya terhadap sesama. Kepada orang lain, mentalnya tidak ada. "Sungguh suatu fenomena yang buruk. Masakan transfer ilmu yang jelek selalu ada dari generasi ke generasi" kata seseorang kepada saya. Umumnya kelompok - keloompok Kristen sangat sulit untuk bersatu, terutama bila ingin membesarkan organisasinya dan ketika kehidupan organisasi tersebut adem ayem alias tidak ada ancaman dari luar. Kondisi ini sangat vulnarable terhadap munculnya persaingan yang tidak sehat. Mereka lebih senang bersaing ketimbang berkompetisi. Mungkin karena orang - orang tersebut tidak memiliki kompetensi yang baik, sehingga cenderung berani bersaing hanya sesamanya. Disuruh fight di luar, eh sudah kalah duluan. Istilahnya katak besar dalam tempurung. Bagaimana bisa memajukan organisasi bila mayoritas mempunyai sikap seperti ini.

Saya kembali kepada satu kesimpulan, bahwa diperlukan public endemy (musuh bersama) yang kasat mata untuk mayoritas organisasi Kristen yang ada di Indonesia. Musuh bersama yang sebenarnya adalah kebodohan, ketertinggalan, kemiskinan. Namun ini tidak serta - mertamenjadi publik endemi dikalangan organisasi. Yang menjadi pemahaman banyak orang terhadap publik endemi harus tampak secara fisik. Lagi - lagi pemahaman orang kita masih jauh dari kondisi masyarakat yang disebut cerdas. Entah sampai kapan kondisi yang tidak sehat ini bertahan, terutama di kalangan organisasi Kristen.

Fesbuk

Hmm, setiap buka email yahoo, selalu ada invitation dari teman untuk mengajak join di fesbuk. Sepertinya facebook lagi rame. Namun kita belum tau apakah nasib jaringan sosial pada dunia maya ini akan bertahan lama. Seingat saya jaringan sejenis memang selalu banyak dan rame pada tahap awal, namun bila ada jaringan lainnya muncul, maka yang lama pun akan ditinggal dan orang akan cenderung mengikuti jaringan sosial (social network) yang baru.

Dari zaman multiply, FS hingga FB ini ada masa - masa kejayaannya masing - masing. Namun apakah setiap individu harus membuat satu account di masing - masing situs social network (SN) ini? Saya rasa kita tidak harus punya semuanya, karena akan merepotkan individu dalam mengelola setiap account SN ini. Terlebih bila intensitas kita di internet masih terbatas. Perkembangan TIK sekrang memang tersa begitu cepat. Hingga akhir dekade ini, terjadi peningkatan penggunaan TIK khusunya di kota - kota besar di Indonesia.

Selain membawa dampak positif, kita juga harus peka terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh "kecanduan" nge net, apalagi dengan aktif di dunia SN. Beberapa waktu lalu ada anak SMP yang korban akibat FS. Saat ini juga sedang banyak foto - foto artis yang dipajang di situs - situs dewasa tanpa sepengetahuan si artis tersebut. Harus ada batas - batas yang jelas dalam dunia TIK. Karena dampak negatif internet ini 10 kali lebih buruk daripada dampak negatif narkoba.

Oleh sebab itu saya tidak terlalu tertarik akan banyaknya invitation untuk membuat account baru di situs social networking. Disamping belum mempunyai waktu yang lebih luang. Namun tidak dipungkiri dunia maya ini sangat banyak manfaat positifnya. Segalanya menjadi terbuka, wawasan menjadi lebih luas dan sangat mudah mencari teman yang sudah lama kehilangan kontaknya.

Jumat, 20 Februari 2009

Karakteristik Masyarakat

Dari roadshow tingkat RT, RW hingga kelurahan dari sedikitnya 33 Kecamatan, saya menemukan karakteristik masyarakat yang berbeda - beda. Hampri tidak ada yang sama. Persamannya paling sikap apatis dan pragmatis sebahagian orang terhadap kuncungan caleg ke daerah mereka. Namun kebanyakan pemahaman masyarakat tentang pentingnya memberi hak suara pada pemilu nanti sudah mulai bagus.

Proses pencalegkan sudah pasti memerlukan dana yang besar, setidaknya untuk biaya operasional dari satu tempat ke tempat lain. Namun dari beberapa caleg yang punya "modal" saya dengar berani memberi gratifikasi kepada warga yang dikunjunginya. Disamping melanggar ketentuan kampanya, hel ini juga membodohi masyarakat. Ini membentuk karakter masyarakat menjadi peminta - minta atau kata lainnya pengemis. Dan tidak jarang segelintir orang yang "sudah biasa" menerima "uang panas" ini meminta - minta kepada para caleg. Namun ketika diberi pengertian kalau mereka sebenarnya dibeli dengan uang sekitar "20 ribu" puji Tuhan ada yang tersadarkan.

Ya karakter masyarakat kita dan para calegnya sudah merusak tatanan nilai demokrasi. Para caleg seolah enggan untuk berkompetisi dan cenderung menggunakan money politic. Yang dikedepankan adalah cara jual beli suara. Tidak mengedepankan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh caleg tersebut. Demikian masyarakat, mereka tidak menggunakan moment pemilu ini untuk memilih orang - orang yang berpotensi bagus seperti mereka memilih tempat rekreasi yang terbaik. Atau memilih sekolah anaknya yang bagus. Suara mereka hanya dihargai sekitar 20 hingga 50 ribu. Hanya cukup untuk makan paling lama 3 hari. Ribuan hari lagi (5 tahun) masyarakat akan kembali menderita.

Banyak orang menganalogikan pencalegkan sama dengan judi. Sebenarnya salah. Pencalegkan tidak sama dengan judi. Kalu bermain judi, kita yang bermain. Kita yang pegang kartu. Kita yang pegang kendali permainan. Jadi kalaupun kalah, kita merasa puas. Beda dengan pencalegkan, walau kita sudah kasih orang lain uang banyak, belum tentu suaranya akan diberikan pada kita. Orang lain yang pegang kendalinya. Kita tidak pegang kartu secara langsung.

Bagaimana dengan yang golput? Saya rasa jangan sampai golputlah. Jika caleg belum sempat mendatangi kita, toh tidak ada salahnya kita mencari tahu caleg yang ada di dapil atau sekitar kita. Kita bisa melihanya melalui TV One, Koran, Internet atau tanya kepada KPU dan KPUD. Sedikit banyak mereka pasti mengetahui caleg. Jika tidak mau mencari tahu, itu sama dengan milih kucing dalam karung. Mungkin se per sekian persen ada hasil yang baik. Namun masih lebih bijak milih kucing dalam karung daripada golput. Golput ruginya dua kali lipat. Tidak milih dan bisa saja surat suara kita dimainkan orang lain. Tidak ada yang tidak mungkin, yang tidak mungkin adalah memakan kepala sendiri. Maukah kita dirugikan orang lain?

Berita Dukacita

II Tesalonika 2:16. Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
2:17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.
Kasih karunia dan Damai Sejahtera Allah senantiasa beserta kita.

Kamis 19 Februari 2009, kembali kami kehilangan orang yang sangat kami kasihi. Setelah 2,5 tahun lalu tepatnya pada tahun 2006, 3 orang keluarga dari alm bapak wafat, hr ini kami harus kembali berduka. Dari 7 orang bersaudara, saudara alm bapak saya yang masih hidup tinggal 2 orang lagi. Rata - rata meninggal dalam usia "muda" 50an tahun. Kemarin namboru saya (saudara perempuan bapak) dipanggil menghadap Tuhan pada pukul 12 siang @ Porsea Sumatra Utara dengan meninggalkan 4 orang anak laki-lai dan 1 perempuan. Yang baru menikah baru 1 orang dengan cucu sebanyak 2 orang.

Sungguh suatu cobaan yang membuat saya pribadi kembali bertanya akan "keadilan Tuhan". Mengapa cobaan yang demikian berat ini selalu datang tanpa adanya jedah waktu. Padahal seingat saya oppung (kakek dan nenek) tutup umur pada usia 80an tahun, namun generasi anaknya rata - rata berusia 50an tahun dan bapak saya merupakan satu - satunya yang meninggal tanpa cucu dan meninggalkan adik saya yang masih berumur 4 tahun waktu itu. Ternyata kematian itu datang dengan sangat cepat. Sedangkan amangboru saya (suaminya) sudah meninggal juga Juni 2006 lalu)

Dari 7 bersaudara, saya mengingat kembali saat mereka dipanggil satu per satu. Yang nomor 1 meninggal sekitar pada tahun 1988, yang no 2 pada tahun 1990. Nomor 3 (perempuan) meninggal pada Februari 2006, nomor 5 alm bapak maninggal pada Oktober 2006 dan yang nomor 6 (perempuan) meinggal pada Februari 2009. Namboru saya yang nomor 4 dan bapa uda (adik bapak) yang nomor 7 puji Tuhan masih sehat dan merekalah harapan kami yang nantinya bisa menjadi pengganti dari alm bapak dan saudaranya yang telah berpulang terlebih dahulu.

Renungan hari ini "Mati demi Keadilan" merupakan sikap pengorbanan seseorang untuk mewujudkan keadilan. Kata kuncinya adalah pengorbanan, walau taruhannya nyawa. Namboru saya ini juga sudah berjuang untuk melawan penyakit, namun mungkin kematian adalah jalan terbaik dari Tuhan. Dua orang lagi anaknya yang masih kecil ketika saya telp sangat bersedih sekali dan membuat saya miris ketika mereka bertanya "siapa lagi yang akan memberi kami makan??" dan "siapa yang akan membiayai sekolah kami?". Saya sangat sedih dan berduka mendengarnya. Apalah yang bisa saya perbuat ya Tuhan?? Namun saya selalu ingat kata - kata Tuhan, Ia tidak mungkin memberi beban hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan umatnya. Kami menerima pencobaan ini karena Tuhan masih sayang sama keluarga ini. Dia masih ingat sama kami. Semoga Tuhan yang memberi penghiburan abadi buat semua keluarga yang di tinggalkan.
Semoga dukacita ini hanya sebentar saja untuk berita sukacita yang akan datang dari Tuhan Yesus. Amin

Rabu, 18 Februari 2009

It is Well with my soul

Soul (jiwa) merupakan satu elemen dari manusia. Tubuh, roh dan jiwa merupakan elemen tiap - tiap manusia yang ada dibumi ini. Bila salah satunya bermasalah, maka manusia tersebut akan sulit untuk hidup mandiri. Kalaupun bisa bertahan pasti karena bantuan orang lain. Untuk itu merupakan suatu kewajiba bagi setiap individu untuk memelihara tubuh, roh dan jiwanya.

Untuk merawat dan memelihara tubuh dan roh biasanya lebih mudah daripada memelihara jiwa. Memelihara tubuh yang tampak secara fisik cenderung lebih mudah daripada roh dan jiwa. Makanan fisik masih bisa kita peroleh dengan mudah. Makanan roh biasanya dari agama dan keyakinan kita. Kita harus memberi makanan kepada tubuh dan roh. Namun manusia sangat sering mengabaikan makanan jiwanya. Mungkin juga karena dia kurang mengetahui apa makanan bagi jiwanya.

Setiap orang (general) mempunyai makanan tubuh dan roh yang hampir sama. Namun untuk makanan jiwa setiap orang pastilah berbeda. Hal ini menyangkut pressure yang ia hadapi. Namun ketiganya mempunyai hubungan erat satu dengan yang lain. Dimanakah letak jiwa mnanusia itu? Jiwa terletak pada pikiran kita. Banyak orang tidak bisa mengemudikan pikirannya. Akhirnya ia sakit jiwa. Ia menjadi stres dan hidupnya tidak bergairah serta berimplikasi terhadap pemeliharaan tubuh dan roh. Hidup yang tidak mau tahu terhadap sekitar merupakan suatu indikasi jiwa yang bermasalah.

Memelihara pikiran merupakan hal yang penting. Kita coba analisa masalah yang kita miliki, coba cari potensi kita untuk memecahkan masalah tersebut. Ada kalanya masalah diendapkan dulu seperti kita hendak meminum kopi. Tentu akan lebih nikmat meminum kopi yang ampasnya telah mengendap. Demikian terhadap masalah. Nyamankan pikiran dengan ber"refreshing" ria bersama teman - teman untuk mengendapkan masalah yang mungkin sedikit berat. Manajemen pemikiran akan membuat kita terus bergairah melanjutkan perjuangan hidup. Jiwa harus diperkuat dengan kesediaan kita merawat elemen kita yang lain yaitu roh dan tubuh.

Selasa, 17 Februari 2009

Gambaran umum berkeluarga

Postingan kali ini sepertinya yang pertama saya tulis tentang cinta. Memang agak berat menuliskan hal ini:D. Disamping karena bukan pengalaman pribadi, juga karena didunia percintaan saya masih level SD, kalau dari skala 1-10, mungkin baru pada angka 4.777. Namun esensinya bukan untuk menuliskan romantika percintaan seperti pada sebuah novel atau sinetron yang biasa kita saksikan. Namun sebagai sebuah pelajaran hidup yang bisa menguatkan langkah hidup kita nantinya.

Saya mengenal beberapa orang yang mungkin sudah seusia orang tua saya, namun belum menikah. Dari segi materi dan kemapanan sudah tidak ada masalah, namun terkadang penilaian kita terhadap orang yang "belum" menikah pada saat semestinya lebih cenderung nge"judge" karena mereka terlalu memilih, egois dan sebagainya. Ada juga beberapa yang sudah hampir kepala empat, pengen cepat menikah, namun ketika ditanya siapa calonnya, mereka juga belum punya. Kemaren ada orang yang sudah menikah, namun merasa tidak cocok dengan pasangannya. Apa yang salah??

Saat kami sharing tentang beberapa kisah pacaran teman - teman, beberapa kisah diantaranya bisa dijadiin contoh yang baik. Ada yang mengatakan dia dan pasangannya sudah saling mengisi kekosongan. Artinya pacaran mereka membawa kebaikan buat mereka. Seorang adik berkata mungkin tidak akan ada lagi cowok yang akan dia tunggu di hatinya, ketika pasangannya sudah sangat mengerti dengan hubungan pacaran mereka.

Ada juga yang mengatakan belum menikah karena beberapa trauma masa lalu, misal sang mantan pacar jadian sama sahabatnya (teman dekat). Hal ini menjadi trend yang paling banyak sebagai alasan banyak orang yang belum menikah dan atau pacaran.

Manusia diciptakan berpasang - pasangan. Tetapi tidak jarang juga yang sudah berpasangan ingin berpisah (cerai). Banyak yang ingin menikah, namun dia sangat kesulitan mencari pasangan hidupnya. Dua masalah yang sangat dilematis. Disaat sebagian orang sangat ingin memiliki pasangan, tidak sedikit juga yang ingin mengakhiri hubungan pernikahannya.

Berpasangan (menikah) merupakan proses kombinasi tidak hanya dua individu, tetapi kombinasi setidaknya 2 sampai 4 keluarga besar yaitu keluarga ayah dan ibu si pria dan ayah dan ibu si wanita. Tentu menjadi hal yang sangat sulit untuk mengkombinasikan keluarga - kelurga tadi. Namun jika kita berfokus kepada kesulitan - kesulitan tersebut, maka kita akan enggan untuk membentuk keluarga. Untuk yang berhasil mengkombinasikan beberapa keluarga tadi, maka ia tidak akan kesulitan mencapai kebahagiaan. Kita bisa analogikan punya 2 buah celana dan dan 2 buah kemeja yang berbeda. Maka kita sudah mempunyai sedikitnya 24 kombinasi pakaian. Tentu menjadi hal yang indah. Dengan catatan setiap orang lebih cenderung ingin memberi. Sifat manusia kebanyakan hanya ingin menerima. Padahal menurut ajaran Tuhan kita lebih baik memberi daripada menerima. Lebih baik mencintai daripada dicintai. Ini akan meminimalisir keegoisan kita.

Orang yang ingin berpisah tadi mungkin karena gagal mengkombinasikan 4 macam karakter keluarga serta setiap elemen tadi cenderung hanya menerima. Namun juka kombinasi tersebut berhasil, maka kekuatan akan bertambah untuk menggapai kebahagiaan. Jika kita punya kekurangan, maka yang lain akan menutupi kelemahan kita tersebut. Intinya saling menutupi kelemahan dan saling memberi.

Senin, 16 Februari 2009

Warisan bangsa Indonesia

Penulis buku "Tahun 2015 Indonesia Pecah" Djuyoto Suntani, Presiden The World Peace Committee (WPC) membuat penasaran banyak sekali masyarakat Indonesia. Benarkah bangsa Indonesia akan pecah 7 tahun mendatang? Konon menurut buku tersebut bangsa Indonesia akan menjadi paling tidak 17 negara bagian pada usia 70 tahun Indonesia merdeka.

Hal yang mendasari penulis memprediksikan bahwa bagsa Indonesia pecah pada tahun 2015 memang cukup masuk diakal, terutama bila kita melihat realita yang terjadi saat ini. Kerentanan untuk perpecahan di beberapa daerah merupakan fenomena dan indikasi yang mengarah kepada prediksi sang Penulis.

Sempat terpikir dibenak saya, kira - kira bangsa manakah yang akan mnyerang Indonesia tahun 2015? Namun kita lebih sepakat bahwa bangsa ini tidak pecah akibat diserang oleh negara lain, namun karena konflik internal yang sekarang tidak kita sadari sedang menggerogoti sendi - sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedikit uraian dari "dongeng" tersebut adalah sebagai berikut. Di abad ke-6 dan 7 wilayah nusantara ini terbentuk sebuah kerajaan yang mayoritas masyarakatnya beragama Budha yang sangat megah dan besar, dimana masyarakatnya Gema Ripah, hidup dalam kesejahteraan dan kedamaian yang dikenal dengan Kerajaan Sriwijaya. Namun Kerajaan Sriwijaya ini hanya berumur lebih kurang 70 tahun karena konflik internal kerajaan tersebut. Alhasil, kita hanya bisa mengenangnya dalam bentuk sejarah.

7 Abad kemudian, wilayah Nusantara ini kembali bisa dipersatukan oleh sebuah kerajaan Majapahit (abad ke 14), dimana masyarakatnya mayoritas beragama Hindu. Kerajaan Majapahit ini juga kerajaan yang Gema Ripah, masyarakatnya sangat sejahtera dan makmur. Sama seperti kerajaan Sriwijaya, kerajaan Majapahit sangat disegani kawan maupun lawan pada saat itu. Namun lagi - lagi ada konflik internal sehingga kerajaan ini kembali tenggelam ke laut yang paling dalam dan hanya bisa dilihat dari sejarah. Usia kejayaan kerajaan ini juga hanya sekitar 70 tahun. 7 Abad kemudian, wilayah Nusantara ini kembali bersatu dalam wadah bangsa Indonesia (abad 20 dan abad 21/masa sekarang) dan beberapa saat terjadi masa - masa keemasan bangsa Indonesia di dunia seperti pernah swasembada beras (negara agraria), bangsa ini juga bisa memproduksi pesawat melalui PT Dirgantara Indonesia serta pernah mendapat julukan sebagai Macan Asia. Penduduknya saat ini Mayoritas beragama Islam. Sepanjang hampir 70 tahun perjalanan bangsa Indonesia, sangat banyak ditemukan konflik internal di bangsa ini terutama pasca Reformasi 1 dekade lalu. Separatisme muncul dimana - mana, pertentangan idiologi oleh sekelompok orang juga masih marak hingga detik ini. Devide et impera merupakan indikasi yang bisa menghancurkan bangsa ini seperti prediksi pada buku tersebut.

Namun kita tidak terbatas pada pemikiran negatif akan pecahnya bangsa ini. Rasa nasionalisme merupakan salah satu kekuatan yang bisa menyelamatkan bangsa dari segala macam keterpurukannya. Namun tidak bisa dipungkiri proses menuju demokrasi yang sesungguhnya sama seperti melewati lubang jarum, penuh tantangan dan kesulitan. Setiap elemen bangsa harus bersatu sebagaimana dahulu para pendidi negara ini mau bersatu dan meninggalkan 4 warisan bangsa Indonesia yang masih dan akan terus kita pertahankan selama mungkin. Adapun 4 warisan tersebut anadalah sebagai berikut:

1. Bhinneka Tunggal Ika.
Bangsa kita terdiri dari berbagai macam suku, budaya dan adat istiadat bahkan agama yang dipandang bukan sebagai kelemahan, melainkan kekuatan untuk membentuk sebuah negara. Pernahkah kita membayangkan bila karena kepentingan satu kelompok saja (sebut saja Jawa) maka Bali dan Papua mungkin tidak akan masuk ke dalam wilayah Indonesia. Namun para pndiri bangsa ini sadar dan sangat bijak melihat kepentingan yang lebih besar sehingga mengakomodir kaum - kaum yang berdiam dari sabang sampai merauke. Hal ini bisa dilihat dari penentuan bahasa yang akan dipaki saat mereka akan membentuk sebuah negara. Logikanya adalah yang mayoritas pasti akan menguasai dan cenderung menginginkan kehendaknya. Pada saat perjuangan kemerdekaan, para pendiri bangsa ini mayoritas dari etnis Jawa, Sunda dan Ambon, namun bahasa yang digunakan sebagai bahasa negara saat itu justru berasal dari bahasa etnis Melayu yang jumlahnya lebih sedikit. Idealnya saat itu bahasa Jawa sangat berpeluang menjadi bahasa yang digunakan sebagai bahasa negara. Namun karena founders kita tersebut sangan bijaksana, maka bahasa Melayu yang merupakan bahasa Indonesia.

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mengapa disebut kesatuan? Wilayah Nusantara ini dahulu terdiri dari banyak sekali kerajaan - kerajaan. Wilayah Geografisnya yang berbentuk kepulauan merupakan penyebab banyaknya hubungan perdagangan antar kerajaan. Kemudian perasaan senasib akibat dijajah oleh kolonial Belanda merupakan alasan mereka untuk mengajukan suatu negara yang disebut NKRI.

3. Pancasila.
Sehari setelah merdeka bangsa ini segera menentukan dasar negara (idiologi) dan undang - undang dasarnya. Pada saat menentukan dasar negara, mereka sangat mungkin untuk mengakomodir Piagam Jakarta sebagai dasar negara. Namun karena panitia BPUPKI tersebut ada yang beragama Nasrani (sebagian kecil), maka ditetapkanlah Pancasila sebagai dasar negara yang termaktub didalam UUD 1945.

4. UUD 1945.
Merupakan hasil perumusan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dengan Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia.

Empat warisan tersebut merupakan kekuatan yang masih bisa diandalkan untuk mempertahankan NKRI. Dan sebagian besar bangsa Indoensia sebenranya masih menginginkan NKRI. Hal ini bisa dilihat dari olehraga. Saat Indonesia melawan Bahrain baru - baru ini, semua superter Indonesia bersatu, padahal sebelumnya antar klub sepakbola selalu berselisih. Intinya jumlah daerah yang memiliki "separatisme" jauh lebih sedikit daripada daerah yang masih menginginkan NKRI. Untuk itu hal yang perlu ditanamkan ke generasi sekarang adalah pemahaman idiologi Pancasila, agar tidak diganti menjadi idiologi yang lain. Kerukunan umat beragama dan semangat pluralisme harus tetap dijaga dan dikedepankan sebagai kekuatan bangsa. Menurut Pak Letjend (Purn) H.M.Yasin pemerintah sebaiknya melakukan kaji ulang untuk menerapkan Penataran Pedoman Penghayatan Pancasila (P4) sebagai salah satu wadah doktrinasi idiologi Pancasila. Sejak usia pelajar, anak - anak bangsa ini harus dijelaskan dan diberi pemahaman nasionalisme yang baik sehingga mempunyai loyalitas kepada NKRI. Saya rasa tugas guru PPKN sangat berat namun lebih mulia daripada guru agama maupun guru matematika:D.


Jumat, 13 Februari 2009

Kawasan Braga

Jalan di kawasan Braga Bandung yang konon katanya untuk tempat pejalan kaki yang ingin menikmati daerah Braga sebagai pusat kesenian dan peninggalan Sejarah (Asia Afrika).
Batu andesit yang dibuat dengan biaya yang sangat mahal sekarang kondisinya sangat memprihatinkan.
Ada juga yang rusak parah :p



Belajar dari "warisan"

Semua orang tua di dunia ini ingin memberi warisan kepada anak - anaknya. Mereka akan berusaha untuk memberi peninggalan yang paling berharga kepada generasi penerusnya. Pasti setiap keluarga akan mewariskan sesuatu kepada anaknya jika ia sudah tidak berada di dunia ini lagi. Tentu warisan yang ditinggalkan hendaknya berupa warisan yang baik, tidak membebani sipenerima warisan.

Untuk level organisasi selain keluarga, misal pada level organisasi maupun level suatu negara, biasanya proses serah terima jabatan (regenerasi kepengurusan), mereka akan memberi "warisan" kepada pemegang tongkat estafet selanjutnya. Berbeda dengan orang tua yang pada umumnya meninggalkan warisan yang baik, pada organisasi ataupun suatu negara terkadang akan mewariskan hal - hal yang tidak baik.
Berikut adalah contoh yang baik dari Lincoln yang mewarisi masalah dari presiden AS sebelumnya yaitu Ancaman Perang Sudara.

dari RH: Sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-52, Abraham Lincoln meninggalkan kota Springfield, Illinois, untuk menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Dengan ancaman perang saudara di depan mata, ia mengucapkan perpisahan kepada para sahabat dan tetangga yang datang untuk mengucapkan selamat jalan. "Saya berangkat sekarang," katanya kepada mereka, "dan tidak mengetahui kapan atau apakah saya akan kembali, dengan tugas di depan saya yang jauh lebih besar dari apa yang sudah dipikul Washington. Tanpa bimbingan dari Pribadi Ilahi yang pernah membantunya, saya tidak akan berhasil. Dengan bantuan-Nya, saya tidak akan gagal. Memercayai Dia, yang berjalan bersama saya, dan tinggal bersama kalian, serta berada di mana saja untuk selamanya, marilah kita semua berharap dengan yakin bahwa segalanya akan baik-baik saja. Kiranya kasih-Nya senantiasa menjaga kalian, seperti saya berharap kalian juga mendoakan saya. Saya mengucapkan salam perpisahan dengan penuh kasih kepada kalian."

Pengandalan Lincoln pada Allah akan bimbingan dan kekuatan-Nya merefleksikan nasihat dari Salomo: "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu" (Am. 3:5-6). Hal yang dialami Abraham Lincoln ini kurang lebih sama dengan yang dialami presiden Obama sekarang dimana ia menerima warisan Krisis Ekonomi dari pemerintahan Bush sebelumnya.

Contoh lain adalah warisan yang berupa budaya yang buruk yang terjadi pada orgaisasi kemahasiswaan hampir di setiap institusi pendidikan di Indonesia mulai dari pendidikan menengah (SMP, SMU) hingga perguruan tinggi. Berita yang hangat sekarang tentang kekerasan di dunia pendidikan yang bahkan sampai merenggut korban jiwa. Ini merupakan contoh warisan budaya kekerasan yang senantiasa "dilestarikan" turun temurun. Niscaya akan sangat merugikan generasi berikutnya.

Untuk kasus pribadi, kita sadar atau tidak sadar juga sering mewariskan hal yang kurang baik kepada orang lain. Misal ketika kita menggunakan tempat - tempat umum seperti ruang bioskop atau toilet. Umumnya tempat umum seperti toilet dsb jarang bersih. Terkadang kita enggan untuk membersihkannya setelah menggunakan toilet tadi. Alhasil orang yang akan menggunakan selanjutnya pasti akan menerima "warisan" yaitu WC yang kurang nyaman karena kotor. Kita tidak sadar, bahwa suatu saat nanti kita akan kembali menggunakan toilet WC yang sama tadi di lain waktu. Kita mungkin saja akan kembali ke tempat yang sama pada waktu yang akan datang, walau tak direncanakan sekalipun.

Demikian pada organisasi, sekolah atau universitas, pasca selesai dari tempat - tempat tersebut, tidak serta merta kita meninggalkannya begitu saja. Di masa mendatang kita mungkin akan kembali ke tempat yang sama. Atau kalaupun bukan pribadi kita, anak, saudara dan orang terdekat kita mungkin akan menggunakan tempat kita belajar dulu. Jadi ketika berada pada lingkungan tersebut, kita harus meninggalkan warisan yang baik. Jangan meninggalkan kekerasan atau hal buruk lainnya. Jika kita mewariskan hal yang buruk, tidak menutup kemungkinan yang menjadi korban adalah orang - orang terdekat kita.


Rabu, 11 Februari 2009

Devide Et Impera Subur di Indonesia???

Kegelisahan para budyawan Indonesia, negarawan ataupun beberapa aktivis bangsa sebut saja Roeh Basoeki Mangoenpoerojo, Frans Magnis Suseno tentang bertumbuhnya semangat devide et impera ternyata sudah dalam tataran teraplikasi. Semangat ini merupakan warisan penjajah Belanda saat perusahaan dagang VOC menguasai Indonesia. Devide Et Impera merupakan politik Belanda untuk memecah belah suatu kelompok (kerajaan2 di Indoensia pada zaman penjajahan) untuk mempermudah Belanda menguasai suatu daerah. Ternyata dari pengamatan saya beberapa tahun ini semangat devide et impera ini sudah merasuki masyarakat bangsa ini.

Orang atau kelompok tertentu secara kasat mata sudah melakukan cara "kotor" ini untuk memudahkan pencapaian tujuannya. Sungguh mental bangasa kali ini diuji kembali dengan berbagai kejadiaan yang bisa kita lihat di media massa sekarang. Pertanaannya adalah akankah kita setega itu untuk mengadu domba bangsa sendiri, saudara sendiri hanya untuk kepentingan segelintir orang? Tidak hanya dalam skop berbangsa dan bertanah air, sesungguhnya di level organanisasi yang lebih kecil juga kita bisa menemukan devide et impera ini. Bahkan di Gereja yang konon katanya tempat "suci" yang jauh dari kepentingan politik, ekonomi dan sebagainya, jemaatnya sadar atau tidak sadar sudah melakukan devide et impera.

Saya menulis keresahan ini saat melihat beberapa kejadian terakhir, khususnya saat proses pemekaran Protap pada awal bulan ini. Kelihatan masyarakat SU diprovokasi sehingga muncul kerentanan perpecahan di sana, khususnya diantara sesama warga Batak. Provokasi merupakan bentuk dari politik devide et impera yang semakin berkembang di tengah - tengah bangsa ini. Indikasi kedua adalah saat adanya isu perolehan suara salah satu partai besar akan turun sedangkan elit partai tersebut adalah termasuk salah satu decision maker untuk bangsa Indonesia. Ini merupakan tindakan oknum bangsa Indonesia yang hendak memecah belah pemerintah. Untunglah persiden sangat tanggap dan bijaksana dalam menanggapi masalah ini. Apapun ceritanya pemerintah sekarang masih punya tanggungjawab dan amanah dari rakyat sekitar 10 bulan lagi. Jadi sebaiknya oknum - oknum yang mencoba melakukan devide et impera sadar akan kerugian yang ditimbulkan akibat kepentingan segelintir orang tersebut. Hal lain yang bisa diindikasikan sebagai hasil dari devide et impera adalah perpecahan partai yang dibesarkan oleh Gus Dur beberapa waktu lalu dan perpecahan salah satu jemaat Gereja di kota Bandung setahun silam.

Ancaman devide et impera ini muncul dari kepentingan oknum - oknum tertentu yang mungkin tidak menghendaki kemajuan bersama bangsa ini. Contohnya adalah masih adanya perdebatan tentang idiologi bangsa yang seharusnya sudah menjadi harga mati yaitu Pancasila dan UUD 45.

Di beberapa organisasi dan mungkin di institusi pendidikan sangat mudah ditemui indikasi perkembangan devide et impera. Semangat membanggakan komunitas dan kelompok sendiri menimbulkan egoisme kelompok dan selalu merendahkan orang lain. Akhirnya dengan kelompoknya mereka akan mencari cara apapun untuk mencapai tujuan tanpa mau bersusah payah mendorong bersama gerbong bangsa Indonesia untuk mencapai kesejahteraan, kemakmuran dan kedamaian.

Untuk lingkungan organisasi, spengalaman saya indikasi politik devide et impera yang sedikit banyak telah diadopsi oleh bangsa ini adalah dengan fenomena bahwa kita lebih senang berdebat bukan berdialog, lebih senang mempertahankan pendapat daripada berdiskusi, bersaing bukan berkompetisi, berkelahi bukan berdiplomasi dan selalu bikin tandingan dalam organisasi seperti oposisi yang berlebihan. Hal inilah yang menjadi karakter anak - anak bangsa saat ini. Padahal secara sadar ancamannya adalah adanya perpecahan didalam organisasi tersebut.

Semoga kita bisa menghilangkan sifat devide et impera dari setiap individu bangsa ini. Sebab musuh sesungguhnya bukanlah orang lain, kelompok lain atau negara lain, tapi musuh sebenarnya adalah kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan kita dari bangsa lain. Semoga karakter bangsa ini akan senantiasa lebih baik dari sebelumnya demi kemajuan bersama.

Senin, 09 Februari 2009

Iman vs Akal versi ilmu Filsafat

Ilmu filsafat adalah ilmu yang banyak bertanya ketimbang menjawab. Ilmu ini banyak berkembang di daerah Yunani. Padahal sejatinya ilmu adalah bagaimana menjawab dan mencari solusi terhadap pertanyaan yang muncul. Sama halnya dengan ilmu pasti dan sosial, filsafat senantiasa akan mencari pertanyaan - pertanyaan seputar fenomena yang ada di bumi dan sekitarnya. Kemudian pikiran kita dipaksa untuk bereksplorasi mencari kepuasan jawaban terhadap pertanyaan tadi.

Hal ini berawal dari rasa heran dan takjub. Orang Jawa bilang "Ojo Gumunan" atau"Jangan Mudah Takjb". Heran dan takjub adalah dua hal yang terpisah. Heran adalah muasal pertanyaan sedangkan takjub adalah keyakinan. Kita sering takjub dengan apa yang dikatakan guru kita atau tokoh2 agama. Ini sama halnya kalau yakin dengan apa yang dikatakan mereka.

Fisulf pra-Sakrotes biasanya memulai sesuatu dengan melihat apa yang ada disekeliling mereka yang membuat mereka heran. Dengan keheranan terhadap sesuatu tersebut maka muncullah pertanyaan - pertanyaan. Anehnya, setiap jawaban dari pertanyaan - pertanyaan tersebut akan melahirkan pertanyaan baru. Tidak ada jawaban yang permanen dan selalu berpotensi untuk terbantahkan.

Konon hal inilah yang melahirkan banyaknya disiplin ilmu seperti pada masa sekarang. Nah kira - kira apa hubungan filsafat dengan iman dan akal manusia. Dengan lahirnya berbagai ilmu pengetahuan atau disebut juga filsafat pengetahuan, maka pada abat pertengahan muncul denominasi gereja yang sangat kuat. Filsafat bertanya apakah iman vs akal ini bisa didamaikan?.
Fisulf Kristiani Thomas Aquinas mengatakan bahwa kedua hal ini tidak perlu dipertentangkan. Akal manusia mampu membuktikan keyakinan atau iman terhadap eksistensi Tuhan.

Namun keharmonisan akal dan iman di tangan Aquinas ini tidak bertahan lama. Sains modern lahir dengan dalil bahwa bumi bukan merupakan pusat dari alam sesesta. Sains tidak didasarkan pada kitab suci melainkan pada realitas empiris yang bisa diamati dan lebih terkontrol. Pertentangan keras antara ayat dan realitas empiris mengguncang keharmonisan filsafat dengan Kristianitas, sehingga lahirlah filsafat rasionalisme dan empirisme.

Fisulf rasionalisme mendidolakan cara kerja matematika. Segala sesuatu mampu dibuktikan dengan tepat dan akurat. Sedangkan Fisulf empirisme berpendapat bahwa segala sesuatu pengetahuan bermula dari realitas indrawi.

Saat manusia pertama, Adam, melemparkan batu ke kolam, misalnya, dia tidak tahu bahwa berat jenis batu lebih besar daripada air. Setelah lemparan berikutnya baru ia mengetahui bahwa batu yang ia lempar ke kolam akan tenggelam. Sebab ia sudah memiliki pengalaman mengenai tenggelamnya batu itu. Filsafat empirisme ini mengartikan bahwa pengetahuan harus bermula dari pengalaman.

Tidak sampai disini karena iman dan akal yang senantiasa melahirkan pertanyaan - pertanyaan kritis, maka banyak fase yang tercatat dalam perjalanan ilmu filsafat. Mulai dari idealisme hingga era demokrasi seperti sekarang ini yang membuat saya pusing. Maklumlah pemahaman saya sangat terbatas tentang filsafat.

Kebijaksanaan

Renungan ibadah minggu kemaren sebagai pelita kehidupan buat kita semua. Dikisahkan dalam Mat 20 :1-9 tentang seorang pengusaha kebun anggur yang mencari pekerja - pekerjanya. Pagi2 benar ia keluar dan mencari orang - orang untuk bekerja di kebun anggurnya. Setelah sepakat dengan upah sedinar sehari mereka akhirnya mulai bekerja. Pada pukul 9 pagi saat tuan pemilik kebun anggur keluar rumah ia menemukan orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan menawarkan untuk bekerja di kebun anggur miliknya. Kemudian pada siang harinya sang pemilik kebun anggur berjalan - jalan lagi ke pasar dan menemukan lebih banyak orang menganggur dan menawarkan untuk bekerja di kebun anggurnya. Pukul 3 dan 5 sore ia kembali mendapai orang - orang yang tidak bekerja di jalanan dan kembali menawarkan untuk bekerja di kebun anggurnya dan mereka pun menerimanya dengan senang hati.

Ketika hari sudah malam, tuan tersebut berkata kepada mandurnya untuk memanggil pekerja - pekerjanya dan membayar upahnya sesuai dengan kesepakatan mereka. Kemudian mereka mulai memanggil. Maka datanglah mereka yang bekerja kira - kira pukul lima dan mereka menerima upah masing - masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang bekerja terdahulu dengan harapan akan menerima upah lebih, sebab mendengar bahwa yang bekerja sejak pukul lima saja memperoleh upah satu dinar. Setelah mereka menerima upah, akhirnya mereka bersungut - sungut dan komplain kepada tuannya karena mereka merasa tidak adil diupah dengan orang yang bekerja hanya 1 jam. Sang tuan hanya menjawab :"kita sudah sepakat sedinar sehari dan saya berhak menggunakan milikku sesuka hati. Atau iri hatikah kamu bila aku murah hati?". Kemudian mereka akhirnya menerima upah sesuai dengan kesepakatan awal.

Kisah lain adalah ketika seorang guru mencoba menjelaskan tentang karnivora yaitu hewan pemakan daging. Tidak puas dengan hanya memberikan teori sang guru mencoba mempraktekkanya dengan membawa sepotong daging dan seekor kucing didepan murid - muridnya. Kemudian ia meletakkan daging tersebut dekat dengan kucing itu seraya berharap agar kucing tersebut memakan dagng yang ada didepannya. Namun ternyata sang kucing tidak memakan daging itu, kucingnya hanya diam. Sang guru mulai bingung dan merasa malu didepan murid - muridnya karena apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan faktanya. Dasar guru ia mencari cara agar terhindar dari rasa malu. Kemudian ia berkata kepada murid - muridnya : "Anak anak inilah yang dinamakan malu - malu kucing".???@@@@

Apakah kedua hal tersebut dikatakan kebijaksanaan? Ilustrasi pertama merupakan tindakan yang bijaksana walau terkesan ada ketidakadilan didalamnya. Namun ilustrasi kedua merupakan pengalihan permasalahan sehingga terkesan guru yang bijaksana. Kebijaksanaan itu mengandung keadilan, tegas dan penuh kasih sayang. Biasanya orang yang bijaksana kita identikkan dengan pemimpin kita, apakah dia seorang presiden, ketua kelas dan sebagainya. Kebijaksanaan juga sering dipahami sebagai bagian memberi kepuasan kepada lebih banyak orang. Namun dari ilustrasi pertama tadi kita bisa lihat dengan kebijaksanaan pemilik kebun anggur ada kelompok yang kurang puas. Ini dari sisi si pekerja atau mungkin sekilas kita juga menganggapnya demikian.

Kita cenderung tidak memandang dari sisi si tuan tersebut yang telah rela merekrut banyak pengangguran untuk bekerja. Dalam hal ini Dia tidak merugikan pekerja - pekerjanya karena pada awalnya mereka telah sepakat dengan gaji satu dinar sehari. Kebijaksanaan harus dilatih dalam setiap individu. Dan Raja Salomo saat meminta sesuatu kepada Tuhan ia tidak meminta kekayaan dan kekuasaaan, namun ia meminta Hikmat dan Kebijaksanaan dari Tuhan. Sebaiknya kita juga meminta kebijaksanaan kepada Tuhan agar bisa membantu orang - orang disekitar kita.

Kesukuan dan Nasionalime orang Tapanuli

Setelah tiga minggu tidak beribadah di HKBP, kemaren sore saya kembali ibadah di sana. Saya kembali bertemu dengan saudara - saudara sesuku walau yang ikut ibadah disini bukan hanya orang batak saja. Jadwal ibadah kemaren - kemaren sih di GKI Pasteur bersama abang - abang dan kakak. Sebenarnya menarik juga ibadah di Pasteur ini dengan iringan musik kolintang dengan lagu - lagu pujian dari kidung jemaat menambah keheningan dan kekhusukan ibadah. Mungkin inilah yang membedakan GKI Pasteur dengan GKI MY, GKI Taman Cibunut, GKI Gardujati dan GKI yang dekat Maranata (Jl Surya Sumantri, lupa namanya). Walau masih ada beberapa GKI yang belum saya kunjungi, namun GKI Pasteur jauh lebih tertib, suasana kekeluargaan yang kental. Terbukti seusai ibadah ada beberapa penatua yang mengajak kami berkenalan dan berbincang - bincang. Mungkin karena disini juga terdapat Panti Asuhan anak.

Teman - teman cabang beberapa tahun belakangan sempat ikut melayani di anti Asuhan Putri ini dan sekarang sudah tidak ada kabar lagi. Gereja ini sungguh menjadi garam dan terang, programnya langsung menyentuh ke masyarakat. Salah satu contohnya adalah dengan menganjurkan masyarakat membawa samah palstik ke Gereja yang kabarnya akan dijual untuk menambah biaya anak2 Panti. Program yang sangat bermanfaat, disamping mambantu mengurangi sampah, juga bisa untuk aksi sosial. Yaa, mungkin gereja - gereja lain punya cara tersendiri untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap sekitar dan saya yakin masih punya andil untuk masyarakat.

Sebenarnya ibadah di tempat lain kurang begitu saya sukai. Seperti hanya mengikuti persekutuan biasa saja. Berbeda dengan ibadah di HKBP yang rasanya seperti beribadah bersama keluarga. Mungkin karena selama hidup sudah ikut ibadah di gereja yang satu ini. Walau terkenal dengan orang - orang yang keras. Seperti tulisan Jansen Sinamo terkait tudingan orang terhadap orang batak yang suka dengan kekerasan akibat demo anarkis di DPRDSU awal bulan ini. Pada tahun 80-an masyarakat kita disuguhi dengan film - film Rambo yang identik dengan kekerasan dan mencerminkan kehidupan pemberontakan. Saat yang bersamaan juga Rinto Harahap banyak membuat tembang - tembang kasih yang meluluhkan hati banyak orang termasuk orang batak sehingga dengan mendengar lagu Rinto Harahap maka hati yang mendengarnya akan menjadi lembut dan penuh kasih sayang. Inilah yang memunculkan istilah bahwa orang batak bermuka Rambo berhati Rinto. Dari luar tampak keras namun sebenarnya berhati lembut dan baik.

Namun khusus di kota Bandung wajah orang batak mungkin sudah tidak seram lagi. Barangkali orang yang bukan kelahiran Medan dan sekitarnya sudah tidak kelihatan seperti orang batak. Walu suara masih keras - keras, namun khusus yang lahir dan besar di Bandung memliki fisik yang lumayanlah:p. Mungkin ini karena anak2 batak yang ada di Bandung sudah tidak mengenal dodak lagi:D. Dodak adalah sejenis makanan ternak.

Namun yang pasti dan harus dicontoh adalah kegigihan etnis Tapanuli untuk bertahan hidup kemanapun mereka merantau. Mereka bisa membangun gereja - gereja kesukuan ditanah mereka merantau.Hal positif lainnya adalah bahwa orang batak wajib menyekolahkan anaknya samapai perguruan tinggi, sehingga banyak putra batak yang ikut andil dalam pembangunan bansa ini. Mereka juga sangat menjungjung tinggi rasa ke-indonesiaannya. Hal ini terbukti dengan hampir tidak adanya aksi separatisme yang hendak berpisah dari kesatuan NKRI. Loyalitas orang batak terhadap bangsa Indonesia sangat baik. Semoga anggapan negatif akibat kerusuhan di DPRDSU terhadap orang batak tidak akan meluas dan hanya merupakan tindkan anrkis oknum yang kebetulan orang batak.

Sabtu, 07 Februari 2009

Lawak Batak Naimalvinas

Bagi teman - teman yang lagi stress dan punya banyak masalah, mungkin ini bisa jadi referensi sebagai obatnya sekaligus untuk belajar bahasa batak. Lawak Naimalvinas dalam bahasa Batak bisa didonlot disini.

Download lagu bagus Vicky Sianipar Nomensen dan Come To Lake Toba.
Selamat menikmati :)
(Vicky Sianipar dan teman2 GMKI saat acara pernikahan Bang Kiel dan K Tasya)
Minta dibuatin album dunks :p

Liriknya :
1. Nomensen

Di tikki parroni omputa si nomensen,
Nasian luat jerman sian tano eropa,
Mamboan jamita pararathon barita,
Barita las niroha,
Poda ni omputa tuhita bangso batak,
Asa unang gabe muba hitaon,
Ta ulahon adat toba, tapodahon dalihan natolu,
Sahat tu siminitta muse,
Podani ompui tuhita ganup,
Asa unang lupabe martiang,
Podani ompui tu hita ganup,
Tapaturema tongtong,
Parrohaonta be,
Martonado ibana di si atas barita,
Mardongan tangiang nang pe di pearaja,
Pasombuma ahu Tuhan dohot bangso on,
Sahat hu nalaho mate ahu,
Reff:
Siboan dame do omputa si nommensen,
Dipodahon tuhitabe haulion,
Siboan damedo omputa si nommensen,
Tapaturema tongtong,
Podani ompui tuhita ganup,
Asa unang lupa be martangiang,
Podani ompui tuhita ganup,
tapaturema tongtong, parrohaonta be

2. Come To Lake Toba

When the sun is coming up
Water sparkle like a diamond light
I hear a sound of wave
People walking to field
When the sun goes to west
And misty bright red color magnificent

Come ot lake toba you will be happy there
Get your self satisfied marvel of the world
Jet sky, water sircle, canoe, speed boat
Even mikro lie you can here
Fish grilled beside the lake
Wild jungle we’ve monkeys and tigers

Come to lake toba You will enjoy with us
Get your self satisfy Marvels of the world

If want to say thank you You just say Mauliate
And if you want to say Hello All you need to say Horas
Come to lake Toba You will be happy there
Bring you life to get Another inspiration

Reff :

Come to lake toba
You will enjoy (happy) with us
We will serve you
if you come to our place
A beautifull life you will find



Yang saya temui di Bandung dan sekitarnya

Pemilu legislatif tinggal 61 hari lagi sejak hr ini. Bahkan sudah banyak partai yang declare calon presidennya. Meskipun sebenarnya siapa saja bisa menyatakan maju sebagai calon presiden. Pesta demokrasi kali ini bisa menjadi pemilu terburuk atau bisa juga tahap awal perbaikan sistem demokrasi.

Terburuk karena sistem pemilu belum sepenuhnya dipahami masyarakat. Sudah terlalu lama bangsa kita hidup dalam kebodohan. Dan bodohnya lagi, yang kita perangi adalah kemiskinan dan kebodohan negara lain. Akhirnya orang bodoh mengajari bangsa yang sudah bodoh. Hasilnya eksponensial dari bodoh, bukan kuadratik dari bodoh. Maksudnya adalah tentang "kepolosan masyarakat" yang bodohi oleh calon wakil rakyat.

Mungkin dari kita banyak yang belum mengetahui maksud dari KPU yang mensahkan contrengan pada kertas suara nanti. Bukan mencoblos seperti pada pemilu sebelumnya. Mencoblos dianggap masih sangat primitif dan menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan masyarakat yang menggunakan pola mencoblos masih rendah. Dan salah satu negara yang masih menggunakan pola primitif ini adalah bangsa Indonesia. Sehingga sebagian anggota KPU mulai mengarahkan agar menggunakan sistem contreng (V), (-) atau (x) pada caleg yang dipilih. Samapi saat ini tiga tanda contreng dan coblos masih berlaku sementara hingga keputusan final KPU dikeluarkan. Just menambah wawasan, negara yang masih mencantumkan agama di KTP didunia ini tinggal dua negara yaitu Indonesia dan Arab.

Sebagaimana kita ketahui fungsi DPR/DPRD adalah fungsi legislasi, pengawasan dan penampung aspirasi masyarakat. Ternyata masih banyak caleg yang belum paham akan tugasnya nantinya. Sehingga ada yang berkampanye jika ia terpilih maka pendidikan dan kesehatan akan gratis. Saya jadi heran, bukankah hal ini menjadi tugas pemkot atau pemda? Spanduk kampanye seperti ini bisa kita temukan di Cihelang dari partai artis nasional. Yang kedua adalah di daerah Cicadas yang membagi - bagikan uang kepada pedagang. Padahal mereka mengkalim bahwa mereka partai dakwah. Kebetulan ada kenalan yang menerima uang cuma - cuma. Nominalnya antara 500 ribu sampai 2 juta. Bawaslu kota Bandung sebaiknya lebih intens menawasi kampanye yang belum pada waktunya ini. Ada juga partai yang selalu menggalang dana untuk membantu negara lain agar tidak bodoh.

Saya sudah penah bilang kalau ada satu partai yang menyuruh kadernya untuk punya anak lebih dari 5 orang agar bisa menang pemilu periode 2019, bahkan jodohnya pun ditentukan oleh pengurus partai. Hal ini telah dimulai sejak 2004 lalu. Beberapa partai ada juga yang menggunakan dana kampanye dari hasil illegal loging.

Dengan banyaknya kecurangan tentu akan menimbulkan keapatisan masyarakat untuk berperan dalam pesta demokrasi nanti. Ini membuat demokrasi yang buruk di negara ini. Belum lagi ada oknum caleg yang seolah - olah membela kepentingan masyarakat. Di Kabupaten Bandung sana ada seorang caleg yang menghalalkan segala cara. Karena di kampung - kampung sana masih marak Minuman Keras alias miras, ia mengatakan kalau nanti dipilih oleh masyarakat khususnya pedagang dan penikmat miras, ia akan "melegalkan" miras. Walah... benar - benar perusak demokrasi.

Namun ada juga kabar gembiranya. Para caleg semakin banyak yang turun ke dapilnya dan melihat langsung kondisi sebenarnya. Tidak seperti biasa yang hanya menugaskan orang dan jika incumbent yang kembali caleg bisanya hanyan turun saat masa reses. Sekarang masyarakat punya kesempatan mengenal calon wakilnya nanti. Jadi disini akan terjalin hubungan emosional dan bisa meminimalisisr keapatisan masyarakat karena ada juga caleg2 yang baik dan benar. Hal ini juga akan mengurangi golput. Karena saat masyarakat golput, maka ruginya akan dua kali lipat. Pertama ia tidak ikut menentukan nasib bangsa ini 5 tahun kedepan melalui partisipasinya di pemilu. Kedua bisa saja suaranya di manipulasi orang kepada calon partai yang lain. Sebab dari pengakuan KPU, maka dengan sistem suara terbanyak maka mengacu kepada ranking suara tertinggi.

Misal di suatu dapil ada 7 kursi tersedia dan satu kursi kira - kira 200 ribu suara. Namun karena suara terbanyak maka walaupun tidak sampai target 2000 ribu suara, maka jika ia menempati 7 ranking teratas maka otomatis dia bisa mendapat satu kursi. Namun karena ada masyarakat yang golput maka pihak2 KPU bisa mempermainkan suara golput. Suara si A tadi bisa turun ke ranking 8 karena ada suara Golput yang ditambahkan kepada caleg tertentu. Kasus semacam inilah yang sedang terjadi di Pilkada Jatim lalu sehingga harus diulang di beberapa kabupaten. Suara kita tidak hilang, namun ada yang mempermainkan suara golput kepada calon lain. Apapun ceritanya politik di Indonesia masih sarat dengan kecurangan. Namun paradigma masyarakat kita yang mungkin karena pendidikan yang masih rendah selalu menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang kotor. Marilah kita lihat sistem politik negara Amerika dan Eropa yang menjadikan politik sebagai Garda terdepan untuk memajukan bangsanya.


Jumat, 06 Februari 2009

Ada gak yah perwira yang jujur?

Pertanyaan yang dulu sering muncul dibenak saya ketika mengenal dunia militer dan kepolisian. Maklumlah, ketika ngobrol dengan beberapa perwira yang sudah jadi dosen di SESPIM (Lembang) untuk perwira polisi maupun SESKOAD (daerah Ahmad Yani) untuk TNI AD selalu terlihat dan tergambar cara- cara perwira tersebut untuk mendpatkan kekayaannya yang pada umumnya lewat jalan "gampang". Demikian juga saat bertemu dengan seorang bapak purnawirawan berpangkat Letjend yang katanya punya sebuah usaha security di PT Cevron Pasifik Indonesia di Duri dan Rumbai yang merupakan tempat tinggal keluarga saya.

Tentunya bila dievaluasi kekayaan setiap perwira, maka dengan mengandalkan Gaji memang sangat mustahil mereka bisa memiliki materi lebih. Sya juga tidak habis pikir mengapa kesejahteraan TNI PolRI masih sedikit diatas garis kemiskinan yang memicu mereka mencari bisnis2 sampingan. Saya juga pernah dapat info bahwa biasanya perwira yang aktif memiliki usaha SPBU dan usaha2 strategis lainnya yang barangkali sangat sulit dilakukan oleh masyarakat sipil. Walau ada satu dua orang yang punya bisnis SPBU dan setelah diselidiki tetap saja ada perwira yang mem-back up usaha tersebut. Untuk mendapatkan info2 seperti ini bisa kita tanyakan kepada Propos (polisinya polisi) atau Polisi Militer (PM). Mereka biasanya sering mendidik perwira2 yang nakal kepada masyarakat. Kalau disekolah istilahnya Guru BP.

Hal yang paling sering dilakukan perwira adalah melakukan pemalakan kepada para pengusaha dengan dalih menjaga keamanan. Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka - mereka juga yang menimbulkan rasa tidak nyaman di lokasi - lokasi usaha. Ini yang mengeneralisir bahwa semua perwira melakukan tindakan yang tidak benar untuk memperoleh materi bagi dirinya dan keluarganya. Namun anggapan ini pernah luntur ketika saya menyaksikan ada polisi yang hidup sederhana dan hanya menggunakan hasil dari Gajinya untuk kebutuhan hidup di sebuah televisi. Krena ditelevisi, kadang saya kurang percaya dan menganggapnya hanya rekayasa semata.

Namun kemaren anggapan bahwa semua perwira "jahat" telah berubah menjadi perwira yang kurang baik adalah oknum. Jadi tidak semua TNI dan POLRI itu menyalahgunakan kekuasaannya untuk memeras masyarakat. Ternyata ada perwira yang takut kepada Tuhan. Padahal seharusnya dengan jabatan yang dia miliki dia bisa mendapatkan banyak materi dengan cara yang mudah. Prinsipnya sederhana, ia tidak ingin perbuatannya hari ini menjadi hukuman bagi generasi ketiga dah keempat. Keluarganya hidup sederhana seperti masyarakat biasa. Istrinya juga masih mau jualan es kelapa muda dekat terminal Leuwi Panjang Bandung untuk menambah penghasilan suami sebagai perwira. Bahkan anaknya juga sudah menjadi tentara Angkatan Udara. Si ibu bercerita kalau biasanya seorang yang sudah memimpin sebuah kompi hanya tinggal menginjakkan sepetunya ke jari kaki anak buah dan si anak buah tersebut pasti akan membawa setoran kepada atasannya.

Namun perwira ini tidak mau melakukan hal - hal yang lazim dilakukan teman - temannya. Dan mereka mengaku dengan berbuat jujur saja kebutuhan ekonominya tidak pernah kurang. Namun memang tidak berlebih. Mereka bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Dan anehnya masih ada juga perwira yang meminta uang keamanan untuk warung si ibu ini. Dan mungkin karena perwira itu tidak mengetahui bahwa suaminya juga seorang tentara ia hanya menjawab bahwa sudah ada yang menjaga warungnya yaitu Tuhan. Mereka tidak butuh tawaran keamanan dari polisi atau aparat keamanan lainnya. Dan selama ini pula warung si ibu tetap aman dan kondusif tanpa ada gangguan dari preman sekitar.

Pelajaran berharganya adalah bahwa sudah ada yang melindungi kita yaitu Tuhan melalui Roh Kudusnya. Jadi jangan pernah berpikiran bahwa manusia bisa mengamankan kita. Selama kita berada dijalan yang benar, maka tidak ada satupun yang bisa mengganggu kita.

Sudah Pernah :D

Tulisan ini ditujukan buat teman/abang/kakak/bapak/ibu yang suka mentraktir orang. Ntah kenapa akhir - akhir ini saya jadi hidup hedon. Padahal kalau dihitung - hitung uang kiriman bisa habis hanya dalam seminggu bila pola hidup yang saya jalani seperti anak Bupati/Walikota.

Berhubung melakoni banyak peran akhir - akhir ini jadilah pola hidup saya dan bebrapa teman berubah 180 derajat. Sebenarnya lagi ada yang kami kerjakan. Namun seingat saya, saya mulai mengenal nongkrong di resto,kafe2 atau hotel berbintang sejak 2007 lalu. Bersyukur juga bisa merasakan pengalaman jadi pejabat yang belum punya kantor:p. Terkadang kalau lagi menyantap makanan, maka saya teringat dengan orang tua dan salah seorang teman nyeletuk "Amang2, sonang ni anakmon inong" yang berarti lebih kurang "betapa senangnya anakmu ini bu".

Bandung merupakan kota 3 F (Fashion, Food, Festival(Even Organizor)). Food atau bahasa kerennya kuliner sangat berkembang pesat di kota kembang ini. Dan anehnya setiap tempat memiliki kelebihannya masing - masing. Misal di RM Ampera yang jumlahnya puluhan, pasti mempunyai perbedaan menu yang mereka tawarkan. Berbeda dengan lapo atau RM Padang. Sudah pasti ada saksang/panggang dan gulai atau rendang. Hal inilah yang mungkin membuat orang - orang senang berwisata kuliner di kota Bandung, terutama masyarakat yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya.

Saya coba list beberapa tempat makan yang berkesan diatntaranya RM Tulang Jambal (Tulang ikan asin) dekat Heritage masuk ke jalan Ternate, Dago Panyawangan, Riung Sari (Riau), Bale Gazebo dan Sindang Reret (depan Gedung Sate), BMC, Sari Sunda, Gampoeng Aceh(Dago), Nasi Kalong (Riau), Cemar (dekat BRI), Ngopi doeloe dan Cabe Rawit (Teuku Umar), Kafe You (Dekat RS Boromeus),RM bu Kadi (Pasteur), RM di Dago Plaza (lupa namanya),Sawung Galing dan Kafe Halaman (Taman Sari), hotel (Panghegar, Preanger, Holiday In, Horison, Savoi Homan, Yehezkiel, Royal Dago, Patra Jasa Hotel, beberapa hotel kecil sudah lupa namanya). Lapo (sungguh banyak), diantaranya depan Apartemen dekat kampus Maranatha, Natabo Resto, Gundaling, Lapo Siagian, Lapo disepanjang Jl.Sokarno Hatta, Leuwi Panjang, Caringin, Cicaheum,Lissoi (depan RS Hasan Sadikin). Walah dasar orang batak, banyak sekali ternyata Lapo di Bandung ini.

Pernah juga kuliner diluar Bandung yang masih saya ingat adalah di Hotel Selabintana Sukabumi, sebelah Wisma Nusantara dekat Bundaran HI yang merupakan Hotel orang Jepang, Interkontinental Hotel (Jakarta), Wima dept Agama di Surabaya. Kalau pakai biaya sendiri sepertinya tidak akan mungkin bisa menikmati fasilitas ditemapat - tempat diatas:).

Kamis, 05 Februari 2009

Ribetnya jadi Orang Batak

Hampir setiap hari kami bertemu dengan orang - orang tua batak yang merantau ke Bandung ini. Hal yang menarik adalah mereka ternyata saling kenal walaupun rumahnya berjauhan asal masih ada hubungan marga. Orang tapanuli terkenal dengan identitas marganya sehingga kekerabatan inter maupun antar marga masih bisa terjalin dengan baik. Umumnya mereka yang saling kenal adalah mereka yang rajin ikut arisan marga, dan hadir pada pesta-pesta adat seperti pernikahan, syukuran dan lain - lain. Ini merupakan salah satu kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh suku - suku lain.

Meski sudah berada di tanah Sunda, umumnya orang batak masih memegang teguh tradisi arisan antar Marga. Mereka juga berpesan kepada kami agar memegang teguh prinsip Dalihan Na Tolu. Somba Marhulahula (Hormat kepada tulang (paman) yaitu keluarga dari marga ibu, Elek Marboru (sayang kepada keluarga saudara perempuan bapak), Manat Mardongan Tubu (Sabar kepada sesama marga). Misal saya marga Siagian dan ibu boru Siregar. Berarti saya harus hormat kepada marga Siregar sebagai Paman, dan baik kepada setiap boru Siagian dan keluarganya yang merupakan saudara perempuan bapak, serta sabar kepada sesama marga Siagian.

Jadi orang batak sungguh menyenangkan sekaligus ribet. Budayanya gampang - gampang susah dipelajari. Dan setiap anak diharuskan untuk mencari keluarganya apalagi ketika merantau. Terlebih seperti saya yang sudah tidak punya bapak. Saya seharusnya mencari teman semarga terutama yang sudah berkeluarga di Bandung. Dengan banyaknya bertemu dengan orang - orang batak saya jadi semakin bangga jadi orang batak sekaligus bingung karena ribetnya partuturon (kekeluargaan).

Setiap orang batak supaya bisa saling mengenal di perantauan, mereka haruslah aktif di setiap arisan marga. Biasanya arisan marga ini dilakukan pada hari Sabtu atau Minggu setiap bulan. Jadi setiap keluarga minimal mengikuti 4 arisan marga yaitu marga sisuami dan ibunya, marga si-istri dan ibunya. Ini sebenarnya masih kurang, kita juga disarankan untuk ikut arisan dari marga ibu dari orang tua kita. Jadi suami istri memiliki 4 orang ayah ibu dan 4 orang ayah ibu ini memiliki 8 orang tua yang merupakan kakek dan nenek kita.Jadi ada 8 arisan marga yang kita harus ikuti, ditambah lagi arisan parsahutaon (arisan dengan tetangga sesama orang batak). Serta arisan Gereja bila merupakan anggota jemaat Gereja Batak seperti HKBP, HKI, GKPI, GKPS dan sebagainya. Setiap keluarga batak diharuskan sedikitnya mengikuti 10 arisan. Coba bayangkan bila setiap bulan dilakukan berarti ada 8 hari Sabtu dan Minggu. Jadi setiap minggu harus ada arisan. Jika 10 arisan berarti ada suami istri mengikuti arisan di tempat yang berbeda. Supaya semua kebagian.

Kebayang ribetnya mengikuti semua hal - hal tersebut. Namun dengan ikut aktif seperti arisan ini, maka kita akan mudah dikenal dan mengenal orang. Kita juga akan saling membantu bila ada ada teman yang kesusahan. Dan budaya seperti ini masih tetap terpelihara hingga zaman sekarang. Sungguh luar biasa..

Selasa, 03 Februari 2009

Hari yang Spesial

Setiap orang pasti punya hari spesial. Ada yang menyatakan hari specialnya hari besar keagamaan seperti lebaran, Natal, Paskah, Imlek, Nyepi dan sebagainya. Ada juga yang memiliki hari specialnya pada hari ulang tahunnya, hari pernikahan, hari besar Nasional seperti hari kemerdekaan, hari pahlawan, Kartini dll. Mungkin ada juga yang punya hari spesial pada moment tentatif yang diperingati oleh dunia, seperti hari buruh sedunia pada 1 Mei, hari ibu, hari anak dll. Dan orang2 muda saya perhatikan memiliki hari spesial pada hari valentine.

Moment2 spesial tadi hanya diperingati at least 1 kali dalam setahun. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa hari spesial kita terkesan selalu kita batasi hanya 1 sampai 2 kali per tahun??? Bukankah semakin banyak hari spesial maka akan menambah sukacita dalam kehidupan? Lalu mengapa kita membatasi hari - hari spesial kita.

Menurut pemazmur hidup manusia antara 70 - 80 tahun. Jika demikian paling banyak hari spesial kita adalah 80 kali seumur hidup. Berarti kebahagiaan kita hanya berlangsung kurang dari 3 bulan selama kita menjalani kehidupan. Sungguh kebahagiaan yang sangat singkat dari ratusan bulan jatah hidup kita. Padahal tidak ada yang melarang kita untuk berbahagia.

Menurut saya hari spesial kita harus di naikkan intensitasnya. Jika belum bisa setiap hari, kita bisa jadwalkan hari spesial kita setiap minggu atau setiap bulan. Kita akan semakin sering merasakan sukacita. Bagi saya, hari spesial ada sekali dalam seminggu. Tinggal anda pilih dari Senin sampai Minggu. Buat saya pribadi, hari spesial jatuh pada hari Senin. Disaat orang banyak mengatakan "I hate Monday", tapi bagi saya tidak. Hari Senin adalah awal aktivitas kita. Jadi setiap start merupakan hal yang indah dibandingkan bagian tengah dan akhir. Coba ketika anda makan, saat memulai menyantap makanan itulah hal yang paling menyenangkan. Ketika berdoa, pada awalnya kita mengucap syukur. Jadi hari Senin merupakan hari spesial buat saya. Biasanya saya mengirim sms kepada beberapa teman untuk mengingatkan agar perjalanan hidup seminggu kedepan senantiasa diberkati. Jika pada awal minggu kita sudah semangat, pasti untuk melalui bagian tengah dan ending minggu nantinya akan baik - baik saja.

Mari...miliki hari spesial sebanyak - banyaknya. Dan ajakalah orang disekitarmu untuk bersukacita bersama hari spesial kita tersebut. Tetap semangat dalam menjalani kehidupan.

Senin, 02 Februari 2009

Berteman dan Bersahabat

Kedua hal tersebut merupakan sesuatu yang baik dan senantiasa di anjurkan untuk kita laksanakan. Ya berteman dan bersahabat adalah hal yang baik. Namun lebih baik lagi pertemanan tersebut bisa meningkat menjadi persahabatan. Bersahabat merupakan hal yang paling menyenangkan. Pertemanan antara laki - laki dan perempuan bisa saja berubah menjadi pacaran, namun persahabatan katanya jauh lebih indah dari pada pacaran sekalipun. Mengapa?? Saya sebenarnya krang tahu dan hanya banyak mendengar pengalaman dari orang - orang.

Bulan ini merupakan bulan cinta kasih bagi banyak orang. Walau bagi saya pribadi setiap saat hendaknya menjadi waktu untuk berbagi kasih. Barangkali dengan sedikit pemahaman yang berasal dari pengalaman akan sedikit mencerahkan kita mengapa tidak semua pertemanan berubah menjadi persahabatan. Padahal di awal banyak orang sepakat bahwa bersahabat itu jauh lebih baik dan membawa kebahagiaan. Ketika dianjurkan untuk berteman dengan bayak orang saya sangat sulit menemukan seorang sahabat diantara ribuan teman tersebut. Barangkali diantara kita juga mengalami hal yang sama.

Berikut pengalaman saya. Berteman dengan banyak orang memang menyenangkan, namun ikatan pertemanan tidak sekokoh ikatan persahabatan, bahkan pernikahan sekalipun. Terbukti, walau sudah menikah dua individu masih bisa bercerai. Tapi kita sangat jarang melihat dua individu yang bersahabat berpisah. Prinsip berteman adalah ketika kita sedang bersukacita, punya sesuatu yang lebih dari orang lain. Misal ketika kita mempunyai materi, kepintaran dan kelebihan - kelebihan lain, maka hubungan pertemanan akan tetap terjalin. Dengan kata lain pertemanan adalah suatu hubungan yang pakai syarat. Syaratnya berupa kelebihan kita tadi.

Bersahabat memiliki prinsip hubungan yang tanpa syarat. Bisa menerima kelemahan kita dan mau memberi kelebihan kita untuk menutupi kelemahan "teman" kita. Mungkin sedikit pengalaman pribadi saya. Saya punya beberapa teman yang sudah lama saya kenal. Karena beberapa waktu lalu muncul banyak kekurangan saya, teman yang tadinya akan saya anggap sahabat tidak serta merta menerima segala kekurangan saya. Terjadi pertemanan yang tidak sehat. Kelihatannya ada konflik yang besar ketika mereka mengetahui ada kekurangan kita. Saya jadi tersadar ternyata inilah penyebabnya kita susah menemukan satu orang sahabat diantara ribuan teman yang kita miliki. Untuk mendapat sahabat mungkin kita dulu yang berusaha menerima kelemahan teman - teman kita. Untuk itu, diawal memasuki bulan penuh kasih (katanya sih), mari kita mencoba mencari sahabat diantara banyak teman - teman yang kita miliki.

Mengapa Saya Ada di Dunia Ini??

Pertanyaan yang sering muncul ketika seseorang mulai mencoba mencari jati dirinya, atau ingin membuktikan existensinya pada dunia. Hmmm… itulah yang sering membuat saya sering bertanya bagamana cara kita untuk menunjukkan pada seantera manusia di zaman modern bahwa kita ada, namun pertama – tama kita harus menjawab pertanyaan diatas.

Berbagai macam jawaban bisa kita terima untuk menjawab pertanyaan itu, tidak ada yang bisa kita salahkan, tergantung individunya masing – masing. Kalau saya disuruh menjawab, saya ada di dunia ini untuk melengkapi kebutuhan orang – orang yang ada disekitar lingkungan tempat saya berada, dimanapun saya berpijak. Misal ketika kita hidup bersama orang tua kita, saya hanyalah sebagai pelengkap di kehidupan mereka yaitu sebagai anak. Alasannya, hampir semua orang yang mengambil komitmen untuk hidup sebagai suami istri mempunyai keinginan untuk mempunyai anak. Hanya orang yang memiliki anomaliLah yang sedikit menyimpang dan tidak menginginkan kehadiran sang anak ditengah - tengah keluarganya.

Ketika kita bersekolah, kita "digunakan" sebagai murid, siswa atau mahasiswa. Tidak mungkin ada sekolah/kampus/MA didirikan bila tidak ada yang hendak diajar sebagai murid atau mahasiswa. Sama halnya ketika kita di Gereja atau lembaga2 lain, seperti perusahaan/instansi, atau bahkan bangsa dan Negara kita merupakan pelengkap, seperti sebagai jemaat, warga negara ataupun sebagai karyawan/buruh.

Hal yang baru saja anda baca diatas, boleh saja anda sanggah,bahwa kita berada di dunia hanya sebagai pelengkap, namun sejalan dengan perkembangan intelektual kita, muncullah tujuan lain, yaitu untuk sedikit menguasai atau dengan kata lain mengambil peran disuatu tempat, sebagaimana orang lain atau dunia ini menjadikan aku sebagai pelengkap.

Namun hal yang saya pikirkan dan paparkan di atas hanyalah berasal dari logika pikiran manusia belaka, jika kita membawa unsur CREATOR kita, mungkin jawaban yang kita terima dari masing – masing orang akan mirip dan mungkin mutlak sama. Kita berada di dunia ini bertujuan untuk memberi pengaruh baik bagi sekitar kita. Oleh sebab itu carilah cara - cara untuk melayani masyarakat agar kehadiran kita terasa bagi orang lain. Semoga Allah sumber kekuatan tetap memberi kita damai sejahteranya dalam menjalani kehidupan di dunia yang penuh dengan tantangan hidup dan jalan yang tidak lurus.

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP