Jumat, 26 November 2010

Memulai sesuatu dengan Harapan baru

Minggu tanggal 28 November nanti merupakan Minggu Advent I. Tidak terasa kita semakin dekat dengan kisah 2000 tahun lalu yang mana saat ini kita sedang menantikan kehadirannya untuk yang kedua kalinya. Sebagian orang mulai disibukkan dengan perencanaan kegiatan Natal dan liburan akhir tahun. 

Sebenarnya makna keseluruhan dari penantian (masa Advent) itu adalah mengingatkan bahwa kita semakin dekat dengan hari yang akan datang itu. Hal yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk masa itu. Mulai dengan kembali bermurah hati, mau berkorban dan suka menolong serta tindakan lain yang masih merupakan turunan differensial dari kasih. Ya semangat memberi merupakan kata kunci dalam case ini.

Teman-temanku, ketika kita masih mengatakan saya mengasihi dia, ini tentu belum cukup. Kita harus turun dan aplikatif ke lapangan, apakah dengan bentuk memberi pertolongan, menemani, dan memotivasi dan menjadi pendengar yang baik. Jadilah orang samaria yang baik hati itu. Saat hati kita sudah dipenuhi belas kasih, cepatlah implementasikan dengan perbuatan. Tolonglah segera, jangan tunggu Tuhan untuk menolong mereka yang kita temukan sedang terluka.

Suatu hari ada kisah indah pada sebuah keluarga yang soleh. Mereka punya tetangga yang sangat miskin dan selalu kelaparan. Sang ibu dari keluarga soleh ini selalu mendoakan tetangganya tersebut agar diberi Tuhan rezeki sehingga mereka bisa makan dan hidup. Suatu hari setelah si ibu selesai berdoa, sang anak segera berdiri dan meminta dompet si ayah. Sang anak berkata "ayah boleh saya ambil isi dompet ayah, sebab Tuhan sudah menjawab doa ibu"

Sangat sering kita menunggu agar Tuhan turun tangan untuk menolong seseorang. Padahal Tuhan justru menunggu kita melangkah dan mengulurkan tangan kepada orang tersebut. Lakukan sesuatu bagi sesama. Mungkin Anda adalah jawaban doa seseorang. Tidak perlu jauh-jauh memberi makan orang-orang kelaparan di Afrika dan di tempat2 bencana. Buka mata, buka hati, lihatlah orang di sekitar yang membutuhkan nasihat, penghiburan, makanan, uang, atau apapun yang bisa kita penuhi. Tolonglah mereka. Tolong juga saya yang sedang dalam pergumulan. Anda bersedia?

Bila hal ini sudah bisa kita lakukan, maka akan banyak Harapan manusia yang terkabul. Banyak doa orang-orang yang akan terjawab. Banyak kedamaian, sukacita dan damai sejahtera akan terealisasi di dunia ini. Semoga kita berani memulai merealisasikan harapan-harapan baru.

Ketika Harus Kehilangan

Suatu hari aku dan sahabatku bertengkar hebat. Pada awalnya semua dalam keadaan baik dan normal. Seperti biasa kami berkomunikasi dengan baik, sesekali berkunjung dan bersilahturahmi. Namun tanpa saya tau alasan yang jelas pertengkaran dan ajakan musuhan jauh lebih menguasai kami berdua. Saya juga menyesal membiarkan emosi ini menguasai hati dan akhirnya menghasilkan perpisahan. Saat merenungkan kejadian ini saya jadi teringat makna kehidupan.

Kehidupan sering diartikan dengan sejumlah kehilangan. Saat lahir kita kehilangan rasa hangat, aman dan nyaman dari rahim ibu. Saat dewasa kita kehilangan banyak waktu buat bermain, karena kita lebih banyak dituntut untuk belajar, bekerja dan mencari nafkah. Di usia tertentu mungkin kita kehilangan pekerjaan, orang-orang yang kita cintai. Di saat kita tua dan sakit kita kehilangan kekuatan kita. Di saat kita mati kita kehilangan nafas hidup dan segala-galanya. Jika hidup hanyalah kehilangan demi kehilangan, untuk apakah kita menjalaninya? Pertanyaan itu mengusik saya ketika seharian itu saya merasa kehilangan hubungan yang sudah terjalin baik selama ini bahkan dengan beberapa keluarganya.

Saat kehilangan, terlebih kehilangan orang-orang yag kita cintai merupakan sangat dimana kesedihan menjadi penyelimut utama hari-hari kita. Bahasa lainnya kita menjadi stress dan semakin dekat dengan dosa. Untuk mengatasi hal ini, ada baiknya kita kembali kepada Tuhan. Alhasil kita akan menemukan penghiburan, ketentraman dan kedamaian. Banyak kisah sejenis yang bisa diambil pembelajarannya dari Firman Tuhan. Saat Ayub menderita, ia tidak "memarahi" Tuhan, namun dia tetap setia kepadaNya. Kita harus yakin bahwa kehilangan ini merupakan pembelajaran dari Tuhan.

Meskipun saya gagal dalam menjalin hubungan ini, saya sangat percaya segala sesuatu itu tidak ada yang sia-sia. Saya percaya bahwa usaha dan kerja keras untuk mendapatkan sesuatu tidak selalu mendatangkan kesuksesan, namun semakin melatih kita agar mengetahui mana jalan yang terbaik.

Apa yang sudah diterimanya muda-mudahan tidak akan pernah dilupakannya, dan saya tidak akan mengingat apa yang pernah saya berikan. Semua butuh ketulusan dan keiklasan.

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETULUSAN.
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEIKHLASAN.
Ketika hatimu terluka sangat dalam karena ditolak, maksa saat itu kau sedang belajar MEMAAFKAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kau sedang belajar KETANGGUHAN.
Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar KEMURAHAN HATI.
Tetap semangat, tetap sabar, tetap tersenyum, tetap kuat dan terus belajar. Tuhan sedang mengarahkanmu menjadi semakin dekat dengan rencanaNya. TYM...



Kamis, 25 November 2010

Inkubasi yang gagal

Ternyata tidak hanya di dunia bisnis saja dibutuhkan proses inkubasi. Untuk dunia-dunia lain seperti dunia pertemanan juga butuh inkubasi. Setiap inkubasi pasti membutuhkan investasi agar kelak mencapai hasil yg diinginkan. Layaknya inkubasi sebuah perusahaan, untk dunia pertemanan juga perlu dipikirkan bagaimana agar inkubasinya berhasil.

Saat-saat kemarin saya coba membangun hubungan pertemanan dengan seseorang. Namun pada akhirnya inkubasi yg sudah saya bangun tersebut sepertinya sia-sia.

Berbagai hal sudah saya lakukan. Seperti memberi perhatian, waktu dan hal lain kepada dia. Dalam pertemanan sejati hal yang paling saya pegang adalah prinsip "memberi tanpa mengingat dan menerima tanpa melupakan". Ya apapun bisa kita berikan kepada teman, sodara, sahabat, kekasih dan lain sebagainya. Namun sangatlah tidak etis bila kita mengingat apa yang sudah diberikan. Bila kita selalu mengulik apa yang sudah diberikan berarti kita memberi tanpa ketulusan. Ada pamrih dalam pemberian itu. Dan hal utama yang semestinya kita berikan adalah kasih. Sebab kasih merupakan satu-satunya milik kita yang kalau kita berikan kepada seseorang, tidak akan berkurang. Bila kita meberi uang, otomatis uang kita berkurang. Tidak demikian dengan kasih.

Sebaliknya bila kita menerima sesuatu dari orang lain cobalah untuk tidak melupakannya. Sebab disinilah kita ditantang untuk berterima kasih atas pemberian itu dan bersyukur buat seseorang yang sudah memberi tersebut.

Saya tidak tahu apa penyebab inkubasi pertemanan tersebut gagal. Pertemanan tanpa kasih sebenarnya tidak ada gunanya. Saat ini saya hanya berharap bisa ketemu orang yang bisa diajak berteman dengan serius tanpa ada motivasi2 negatif didalamnya. Yang lalu biarlah berlalu, mari kita tetap menatap masa depan yang lebih baik untuk segala hal.

Minggu, 21 November 2010

Sikap Menanti

Hari ini merupakan akhir tahun Gerejawi tahun 2010. Dalam Gereja2 kesukuan Batak disebut ujung taon parhuriaon. Hal ini berarti ada pergantian suatu masa ke masa berikutnya dalam hal ini adalah masa Advent. Masa Advent nantinya akan berganti pada masa Natal. Kegiatan/aktivitas menjelang masa-masa ini menjadi lebih banyak. Terkadang persiapan kita tidak diiringi dengan kesiapan hati untuk menerima "kelahiran" Ilahi di dalam hati.

Menurut saya masa ini diinterpretasikan oleh ahli-ahli agama -tentu setelah mendapat hikmat dari Tuhan- untuk melatih kita menantikan akhir zaman yang pernah dijanjikan Tuhan. Sekarang kita kembali diberi kesempatan mengikuti pelatihan tersebut. Mau kah kita mencoba serius dalam mengikuti pelatihan ini?

Secara umum sikap menanti manusia ada dua macam. Yang pertama adalah mereka yang benar-benar memperhatikan dan mengikuti perkembangan. Yang kedua adalah mereka yang bersikap sangat cuek, masa bodoh. Saudara masuk yang mana?

Secara sederhana kita bisa analogikan sikap menanti ini dengan menunggu seseorang yang hendak bertemu dengan kita. Pasti ada yang sangat serius dan bolak-balik melihat jam bila dia yang sedang kita nantikan tak kunjung datang. Ada juga yang mencoba cuek dan mencoba mencari aktivitas lain sampai-sampai kelupaan bahwa yang dinantikan sudah datang.

Penantian ini bagi sebagian orang merupakan hal yang tidak begitu penting, bahkan ada juga yang emnganggap bahwa hari tersebut adalah hari kehancuran. Namun bagi orang yang takut akan Tuhan hari tersebut adalah hari kegembiraan. Sama seperti ketika kita menantikan seseorang yang sanagt kita kasihi.

Sekarang kitya baiknya bersyukur dan tetap berada di jalannya sembari melatih diri ini untuk menantikan kedatangan Dia yang keduakali. Selamat menyambut tahun Gerejawi yang baru. Biarlah kita senantiasa berada dalam lingkaran kasih Tuhan:)

Senin, 01 November 2010

pohon daun angin

Bila Anda mencintai seseorang, pastikan dia tahu...

POHON

Orang-orang memanggilku
"Pohon" karena Aku sangat baik dalam
menggambar
pohon. Aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai
trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 kali, tapi
hanya ada satu wanita yang benar-benar sangat kucintai.

Dia tidak cantik, tidak memiliki tubuh seksi. Tapi, dia sangat peduli
dengan orang lain, religius. Gayanya yang sederhana dan apa adanya,
kemandiriannya, kepandaiannya, dan kekuatannya. Aku menyukainya, sangat!

Satu-satunya alasanku tidak mengajaknya kencan karena, aku merasa dia
sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku takut, jika kami bersama, semua
perasaan yang indah ini akan hilang. Aku takut kalau
gosip-gosip yang ada
akan menyakitinya. Karena itu, aku memilihnya untuk hanya menjadi
"sahabat".

Menjadi sahabatnya, aku akan bisa 'memiliki'nya tiada batasnya. Tidak
harus memberikan semuanya hanya untuk dia.

Selama tiga tahun
terakhir, dia selalu menemaniku dalam berbagai
kesempatan, sebagai sahabat. Dia tahu aku mengejar gadis-gadis lain.
Ketika dia melihatku mencium pacarku yang ke-2, dia hanya tersenyum dengan
berwajah merah. "Lanjutkan saja," katanya, setelah itu pergi
meninggalkan
kami.

Esoknya, matanya bengkak dan merah.

Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis. Aku pun
berusaha membuatnya tertawa dengan mengajaknya bercanda sepanjang hari.

Kali lainnya, di sebuah sudut ruang dia menangis. Hampir 1 jam kulihat dia
menangis. Aku paham betul apa penyebabnya. Pacarku yang ke-4 tidak
menyukainya. Mereka berdua perang dingin. Aku tahu
bukan sifatnya untuk
memulai perang dingin, tapi Aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak
padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak
memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku.

Esoknya
dia masih bisa tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada
yang terjadi sebelumnya. Aku tahu dia sangat sedih dan kecewa tapi dia
tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia. Aku juga sedih.

Ketika aku putus dengan pacarku yang kelima, aku mengajaknya pergi.
Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin
kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga
ingin mengatakan sesuatu padaku..

Aku bercerita bahwa aku telah memutuskan hubungan dengan pacarku.
Sementara, dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan
seseorang.

Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya
selama ini. Pria yang baik,
penuh energi dan menarik. Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku.
Aku hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika sampai di
rumah, sakit hatiku bertambah kuat, dan aku tidak dapat menahannya.
Seperti
ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan
ingin berteriak. Dan, aku menangis!

Handphoneku bergetar, ada SMS masuk. "DAUN terbang karena ANGIN bertiup
atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"

DAUN

Aku suka mengoleksi daun-daun, karena aku merasa bahwa daun membutuhkan
banyak kekuatan untuk bisa meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.

Selama tiga tahun aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi
"sahabat". Ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku

mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya:
cemburu.

Mereka hanya bersama selama 2
bulan. Ketika mereka putus, aku
menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Aku menyukainya dan
aku juga tahu bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak pernah
mengatakannya?

Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu
untuk melangkah?

Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku sedih. Waktu terus berjalan,
hatiku semakin sedih dan kecewa. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta
yang bertepuk sebelah tangan. Tapi, mengapa dia memperlakukanku lebih dari
sekadar seorang teman?

Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya,
kebiasaannya, tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa kupahami. Kadang
aku merasa bodoh, karena aku juga berkeras tidak mau mengungkapkan
perasaanku. Selain alasan itu,

aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemani, dan
mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan
mencintaiku..

Aku selalu menunggu telponnya setiap malam, dan mengharapkan SMS darinya.
Aku tahu, sesibuk apapun dia, pasti meluangkan waktunya untukku. Karena
itu aku selalu menunggunya.

Tiga tahun berlalu, dan aku mulai merasa lelah.

Akhir tahun ketiga,
seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku
tanpa lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada
penolakan dariku. Aku mulai berpikir, mungkinkah aku bisa memberikan
sebuah ruang kecil di hatiku untuknya?

Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk
terbang dari pohon. Aku tahu Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh
dan ke tempat yang lebih baik.

Meski berat, akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum
dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum
ke arahku.

"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak
memintanya
untuk tinggal?"

ANGIN

Aku menyukai seorang gadis bernama Daun. Tapi, dia sangat bergantung pada
Pohon, sehingga aku harus menjadi 'Angin' yang kuat agar bisa meniupnya

hingga terbang jauh dari pohon.

Aku selalu memperhatikan Daun duduk
sendirian atau bersama teman-temannya,
memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu
di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya.

Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti Daun yang suka melihat
Pohon. Satu hari saja tak kulihat dia, aku merasa sangat kehilangan.

Di sudut ruang, kulihat Pohon sedang memperhatikan Daun. Air mengalir di
mata Daun ketika Pohon pergi.

Esoknya, kulihat Daun di tempatnya yang biasa, sedang memperhatikan Pohon.
Aku melangkah dan tersenyum padanya. Kuambil secarik kertas, kutulisi dan
kuberikan padanya. Dia sangat kaget. Dia melihat ke
arahku, tersenyum dan
menerima kertas dariku.

Esoknya, dia datang menghampiriku dan memberikan kembali kertas itu. Hati
Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi. Daun tidak mau
meninggalkan Pohon.

Bertahun berlalu, aku kembali menghampirinya dengan
kata-kata yang sama.
Meski sangat pelan, akhirnya dia mulai membuka dirinya dan menerima
kehadiranku. Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan
berusaha agar suatu hari dia menyukaiku.

Selama empat bulan, aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20
kali kepadanya. Hampir setiap kali dia mengalihkan pembicaraan, tapi aku
tidak menyerah. Keputusanku bulat, aku ingin memilikinya.

Suatu hari, dia bilang bahwa dia memberikan kesempatan untukku.

"Ah?" Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Aku menengadahkan
kepalaku dan berusaha memastikan perkatannya. Dia berteriak dan
mengatakannya
kembali.

Kuletakkan telpon, melompat, berlari seribu langkah ke rumahnya. Dia
membuka pintu bagiku. Kupeluk erat-erat tubuhnya.

"DAUN terbang karena tiupan ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk

tinggal?"
(DS/)

Sumber :
http://layar.suaramerdeka.com/index.php?id=316

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP