Selasa, 29 September 2009

Politis dan Puitis

Pasti anda saat ini sering mendengar istilah - istilah aneh di televisi. Salah satu yang lagi nge-tren adalah masalah cicak vs buaya. Ya, ini untuk menjelaskan tentang perseteruan dua lembaga yang katanya sama - sama menegakkan hukum di Indonesia. Indonesia banyak ahli - ahli hukum, orang batak lagi, tapi kok hukum gak tegak2 juga yah?? Ibarat bayi, hukum di Indonesia masih tetap merangkak. Dengan kata lain selalu bermasalah.

Para elit tersebut mempunyai kemampuan hanya diseputar permainan kata - kata yang maknanya pun sebenarnya sangat dangkal. Berbeda dengan permainan kata - kata hasil dari seniman dan budayawan Indonesia yang terkenal itu.

Pihak media juga ikut bertarung dalam kompetisi cicak versus buaya tadi. Padahal mereka tau bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh KPK dengan kepolisian tersebut tak lain hanyalah pengalihan isu semata. Kita belum lama usai pemilu. Permasalahan yang ditinggalkan oleh pemilu terendapkan begitu saja. Pelanggaran dan berbagai kecurangan tidak pernah dibongkar secara transparan ke publik. Namun kebanyakan masyarakat terbuai oleh kata - kata puitis yang lahir dari permasalahan politis yang ada pada akhir - akhir ini.

Sabtu, 26 September 2009

Virus Perdamaian

Saya kira tidak ada orang yang suka dengan virus. Virus identik dengan masalah. Merugikan! Virus mempunyai kecepatan tinggi untuk menyebar, sehingga untuk membasminya agak gampang - gampang susah.

Dulu orang mengidentikkan virus itu dengan penyakit. Banyak jenis penyakit pada manusia diakibatkan oleh virus. Yang paling populer adalah virus flu. Sangat mengganggu. Demikian juga pada tumbuhan dan hewan, ada juga virus yang bisa merusak tumbuhan dan hewan tersebut.

Di era komputer seperti sekarang ini, virus juga merupakan sosok "makluk hidup" yang dibenci. Virus bisa merusak dan merugikan. Coba bayangkan sudah berapa jenis virus yang pernah mengganggu PC/Laptop anda.

Virus baik dalam konteks penyakit maupun virus pada komputer tadi mulai dibuatkan penangkalnya. Jadilah antivirus yang bisa mengatasi virus yang mengganggu. Untuk makluk hidup sangat banyak penelitian untuk membuat anti virus yang lebih familiar dengan sebutan obat. Antivirus juga bermunculan mulai dari yang free hingga yang bisa dibeli untuk mengatasi virus pada perangkat lunak komputer.

Namun dalam konteks ini, virus bisa menjadi sangat bermanfaat. Justru virus yang satu ini jangan dibuat antinya. Itulah virus perdamaian. Saat mendengar istilah virus perdamaian ini, saya agak sedikit merasa aneh. Namun akhirnya bisa mengerti mengapa yang digunakan adalah istilah virus. Penyebabnya adalah karena sifat virus yang sangat mudah menyebar. Bila virus perdamaian bisa disebarkan dengan cepat ke seluruh dunia, maka kedamaian sangat mungkin untuk diwujudkan. Tapi dengan terlebih dahulu kita sebarkan virus perdamaian di Indonesia ini.

Jumat, 25 September 2009

Berkarya bukan bekerja

Banyak orang setelah selesai sekolah bingung untuk melanjutkan hidup. Yang tertanam dipikirannya adalah bagaimana mendapat pekerjaan. Padahal di Indonesia lapangan pekerjaan jauh lebih kecil daripada jumlah tenaga kerja yang tersedia. Sehingga jumlah pengangguran menjadi banyak.

Tulisan dikompas kemarin dengan judul Penganggur Bergelar yang ditulis oleh Satryo Soemantri, Guru Besar Tayohashi University of Technology mengatakan bahwa jumlah penganggur yang bergelar sarjana sudah mencapai 600.000 orang lebih. Industri tidak bisa diharapkan untuk menyerap jutaan penganggur di Indonesia.

Joke yang sering saya dengar saat masa - masa kampanye dulu adalah bahwa tujuan orang beramai - ramai menjadi caleg adalah untuk mencari pekerjaan sebagai anggota legislatif. Sungguh suatu kondisi yang sangat menyedihkan.

Tapi tidak sedikit juga orang yang mau berjuang dan berusaha, serta tanpa sadar sudah memberikan solusi untuk mengatasi pengangguran tadi. Mereka mau berkarya dengan menggunakan kreatifitas dan kemampuan yang dimiliki. Judul besarnya adalah dengan berwiraswasta atau entrepreneur. Hal ini jauh lebih mulia daripada sekedar bergantung pada industri - industri yang ada. Saat istilah berkarya sudah tertanam dipikiran kita, maka niat yang hanya ingin mendapatkan pekerjaan akan sedikit tereliminasi. Bukan berarti mereka yang berkarya merupakan orang - orang yang tidak lulus seleksi bekerja ataupun test psikologi. Mari kita tanamkan prinsip untuk berkarya sehingga akan terjadi multiflier effect yang membuat orang beramai - ramai menjadi entrepreneur. Dengan demikian akan tercipta banyak lapangan kerja baru.

Rabu, 23 September 2009

Berubah

Kata berubah kian hari kian populer. Saat mendengar istilah ini, yang terbayang dalam benak kita adalah mencoba untuk lebih baik. Mungkin sebelumnya perilakunya kurang baik. Yang malas ingin menjadi lebih rajin. Yang perokok ingin berhenti dari kebiasaan merokok.Yang sombong ingin menajadi lebih baik dan lain - lain. Bagaimana cara berubah yang baik? Apa sebenarnya yang diubah dalam diri kita?

Perubahan itu harus dianggap sebagai kebutuhan. Sama seperti belajar. Belajar sebenarnya dilakukan terus - menerus. Tidak ada kata tamat atau wisuda untuk urusan belajar. Demikian dengan perubahan. Ia akan ada selama kita hidup. Perubahan akan selesai katika manusia sudah tidak bernyawa lagi.

Sebenarnya untuk berubah itu mudah. Namun terkadang manusia tidak mempunyai cara untuk berubah. Kita selalu memakai cara lama yaitu mengubah perilaku. Mengubah perilaku sifatnya sementara. Misal saat seorang perokok diminta untuk tidak merokok lagi. Mungkin beberapa hari ia bisa berhenti merokok. Katika ada masalah/stress maka orang tadi sangat mungkin untuk kembali merokok. Ini perubahan yang sifatnya sementara. Sebenarnya akan lebih baik bila yang diubah itu adalah kesadarannya. Bagaimana melakukan penyadaran kepada diri kita untuk berubah. Jika kita mencobanya, maka semua perilaku kita yang "lama" tadi akan berubah menjadi perilaku yang baik.

PBB : Terjangkau lebih baik daripada Gratis

Sidang Majelis Umum PBB akan dilaksanakan pada akhir bulan ini. Ada dua hal menarik dari dua agenda diatas. Meski yang satu jauh lebih besar daripada yang lain. Masing - masing negara anggota PBB mempersiapkan rekomendasinya untuk bisa diterima sebagai program kedepan. .

Secara umum agenda tersebut ditujukan untuk kesejahteraan manusia.

Sidang Majelis Umum PBB kemungkinan masih membahas isu tentang Lingkungan Hidup dan Pendidikan. Permasalahan Perubahan Iklim menjadi sesuatu yang diprioritaskan karena masing - masing negara sudah menerima "efek buruk" dari permasalahan Lingkungan Hidup. Solusi yang ditawarkan adalah membangun kesadaran umat manusia agar bisa menjaga dan melestarikan lingkungannya. Bagaimana dengan di Indonesia? Indonesia saat ini banyak menciptakan kota Asap. Masih sangat mudah ditemukan lokasi - lokasi pembakaran hutan. Perilaku membakar hutan untuk membuka lahan perkebunan masih sangat sulit untuk diubah. Semoga Indonesia bisa menymbangkan banyak rekomendasi untuk Sidang Majelis Umum PBB nanti.

Hal kedua adalah mengenai pendidikan. Konon pendidikan merupakan solusi dari banyak masalah. Termasuk masalah lingkungan diatas. Namun belum semua manusia bisa menikmati pendidikan. Terlebih di Indonesia. Saat kampanye banyak para campaigner menjanjikan pendidikan gratis. Padahal faktanya tidak ada yang gratis. Tetap ada bayaran, bahkan semakin banyak pungutan. Saya tertarik dengan rekomendasi pemerintah AS. Presiden Obama hanya merekomendasi pendidikan terjangkau. Hal ini punya makna yang baik. Gratis dan Terjangkau. Mana menurut anda yang lebih baik?

Terjangkau, artinya masyarakat didorong untuk mampu mendapatkan pendidikan. Masyarakat harus kreatif. Sehingga kesempatan masing - masing orang menjadi sama. Berbeda kalau gratis. Untuk menentukan kriteria keluarga mana yang berhak mendapat pendidikan gratis pun sangat sulit. Jadi, istilah pendidikan terjangkau merupakan solusi baik agar semua orang bisa mendapatkan pendidikan.

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP