Jumat, 16 Mei 2008

Berpikir Seperti Seorang Hamba atau Pelayan

Hambaku Kaleb berbeda pikirannya dan mengikuti aku dengan sepenuhnya.
(Bilangan 14 : 24)
Berpikirlah mengenai dirimu sama sperti Yesus Kristus tentang Diri-Nya.
Filipi 2 : 5

Pelayanan berawal di dalam pikiran Anda.Untuk menjadi seorang pelayan atau hamba dibutuhkan perubahan mental, suatu perubahan di dalam sikap anda. Allah selalu lebih tertarik pada mengapa kita mengerjakan sesuatu ketimbang pada apa yang kita kerjakan. Sikap lebih berarti daripada pencapaian. Raja Amazia kehilangan perkenan Allah karena ”Ia melakukan hal yang benar di mata Tuhan, hanya tidak dengan segenap hati. ” Pelayan – pelayan sejati melayani Allah dengan cara berpikir yang mengandung 5 sikap.


Para Pelayan lebih banyak memikirkan orang lain dari pada diri mereka sendiri. Para pelayan mengutamakan orang lain, bukan diri mereka sendiri. Inilah kerendahan hati yang sejati : bukan menganggap diri kita kurang, melainkan kurang memikirkan diri kita sendiri. Mereka suka lupa pada diri mereka sendiri. Paulus berkata : ” Lupakanlah dirimu cukup lama guna memberi bantuan. ” Inilah apa yang dimaksud dengan ”kehilangan nyawa Anda,” yaitu berhenti memfokus pada kebutuhan – kebutuhan di sekeliling kita. Yesus ”telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba.” Kapankah kali terakhir Anda mengosongkan diri Anda sendiri demi kebaikan orang lain? Anda tidak bisa menjadi seorang pelayan jika Anda penuh dengan diri Anda sendiri. Hanya bila kita melupakan diri kita sendiri barulah kita melakukan hal-hal yang layak untuk diingat.


Sayangnya, banyak pelayanan kita sering kali merupakan pelayanan pada diri kita sendiri. Kita melayani supaya orang lain menyukai kita, supaya dikagumi, atau supaya kita mencapai tujuan – tujuan kita sendiri. Ini adalah manipulasi, bukan pelayanan. Sepanjang waktu kita benar – benar memikirkan tentang diri kita sendiri dan tentang betapa menarik srta luar biasanya kita. Beberapa orang mencoba menggunakan pelayanan sebagai sarana tawar – menawar dengan Allah :”Saya akan melakukan ini bagimu Tuhan, jika Engkau melakukan sesuatu baguku.” Pelayan – pelayan yang sejati tidak berusaha memanfaatkan Allah demi tujuan – tujuan mereka. Mereka membiarkan Allah memakai mereka untuk tujuan – tujuan-Nya.

Sifat melupakan diri sendiri, seperti halnya kesetiaan, sangatlah jarang. Dari semua orang yang Paulus kenal, Timotiuslah satu – satunya teladan yang bisa diacu oleh Paulus. Berpikir seperti seorang hamba atau pelayan sulit karena hal tersebut menantang masalah dasar dari kehidupan saya : Saya pada dasarnya egois. Saya sangat memikirkan diri saya. Itulah sebabnya kerendahan hati merupakan pergumulan sehari – hari, sebuah pelajaran yang harus saya pelajari kembali berulang – ulang kali. Kesempatan untuk menjadi seorang hamba atau pelayan menantang saya puluhan kali setiap hari, dimana saya diberi pilihan untuk memutuskan antara memenuhi kebutuhan – kebutuhan saya atau kebutuhan orang lain. Penyangkalan diri merupakan inti dari kepelayanan.

Kita dapat mengukur hati pelayan dalam diri kita melalui cara kita memberi respon ketika orang lain memperlakukan kita seperti pelayan. Bagaimana rekasi Anda ketika Anda diterima biasa – biasa saja, diperintah, atau diperlakukan sebagai seorang yang tidak penting? Alkitab mengatakan, ”Kalu seseorang memanfaatkanmu secara tidak adil, pakailah kesempatan itu untuk melatih kehidupan sebagai pelayan.”

Para pelayan berpikir seperti penatalayan, bukan pemilik. Para pelayan ingatlah bahwa Allah memliki segalanya. Di dalam Alkitab, seorang penatalayan ialah seorang hamba yang dipercayai untuk mengelola harta. Sebagai seorang tawanan di Mesir, Yusuf merupakan seorang penatalayan yang baik. Potifar mempercayakan rumahnya kepada Yusuf.

Kemudian kepala penjara mempercayakan urusan penjara kepada Yusuf. Akhirnya Firaun mempercayakan keseluruhan bangsa itu kepadanya. Keadaan sebagai hamba dan penatalayan berjalan bersamaan, karena Allah ingin agar kita bisa diandalkan dalam keduanya. Alkitab berkata, “ Yang akhirnya dituntut dari pelayan – pelayan yang demikian alah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.” Bagaimana Anda mengurus kemampuan yang telah Allah percayakan lepada Anda?

Untuk menjadi seorang hamba atau pelayan sejati Anda harus menyelesaikan masalah keuangan di dalam kehidupan Anda. Yesus berkata, “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan…Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan Mamon.” Dia tidak berkata, “Kamu seharusnya tidak, “ tetapi “Kamu tidak dapat.“ Hal tersebut mustahil. Hidup untuk pelayanan dan hidup untuk uang sama – sama merupakan tujuan-tujuan yang eksklusif. Manakah yang akan Anda pilih? Jika Anda seorang pelayan Allah, anda tidak bisa bekerja sambilan untuk diri Anda sendiri. Seluruh waktu Anda adalah milik Allah. Dia menuntut komitmen penuh, bukan kesetiaan paruh waktu.

Uang memiliki potensi besar untuk menggantikan Allah di dalam kehidupan Anda. Banyak orang tidak melayani karena materialisme ketimbang karena hal lainnya. Mereka berkata, ”Setelah saya mencapai sasaran – sasaran keuangan saya, saya akan melayani Allah.” Ini merupakan keputusan bodoh yang akan mereka sesali selamanya. Bila Yesus menjadi Tuan Anda, uang melayani Anda, tetapi jika uang menjadi tuan Anda, Anda menjadi budaknya. Kekayaan tentu bukanlah dosa, tetapi gagal memanfaatkannya bagi kemuliaan Allah adalah dosa. Pelayan – pelayan Allah selalu lebih peduli pada pelayanan ketimbang uang.

Dalam Alkitab sangatlah jelas: Allah memakai uang untuk menguji kesetiaan Anda sebagai seorang pelayan. Karena itulah Yesus lebih banyak berbicara tentang ang daripada surga atau neraka. Dia mengatakan, ”Jadi, jika kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?” Cara Anda mengelola uang mempengaruhi seberapa banyak Allah memberkati kehidupan Anda.

Dalam Bab sebelumnya disebutkan dua jenis orang : Pembangun Kerajaan dan Pembangun Kekayaan. Keduanya diberi karunia untuk membuat suatu bisnis bertumbuh, membuat perjanjian atau penjualan, serta menghasilkan keuntungan. Pembangun Kekayaan terus mengumpulkan kekayaan bagi diri mereka sendiri tanpa peduli berapa banyak yang mereka hasilkan, tetapi Pembangun Kerajaan mengubah aturan main. Mereka tetap berusaha menghasilkan sebanyak mungkin uang, tetapi mereka melakukannya untuk memberikannya. Mereka menggunakan kekayaan itu untuk mendanai Gereja Tuhan dan misinya di dunia.. Di Gereja Saddlback, kami memiliki sekelompok pejabat eksekutif dan pemilik bisnis yang sedang berusaha menghasilkan sebanyak mungkin agar mereka bisa memberikan sebanyak mungkin untuk memperlancar Kerajaan Allah. Saya mendorong Anda untuk berbicara dengan gembala sidang Anda dan memulai suatu kelompok pembangun Kerajaan di dalam gereja/kelompok Anda.

Para pelayan berpikir tentang pekerjaan mereka, bukan apa yang dikerjakan orang lain. Mereka tidak membanding – bandingkan, mengkritik, atau bersaing dengan pelayan atau pekerja pelayanan lainnya. Mereka terlalu sibuk melakukan pekerjaan yang telah Allah berikan kepada mereka. Persaingan di antara pelayan – pelayan Allah tidak masuk akal karena terlalu banyak alasan : Kita semua berada dalam tim yang sama; sasaran kita ialah membuat Allah terliat baik, bukan diri kita sendiri; kita telah diberi tugas-tugas yang berbeda; dan kita semua dibentuk secara unik. Paulus mengatakan, ”Kita tidak akan membanding – bandingkan diri kita sendiri dengan orang lain seolah – olah salah satu dari kita lebih baik dan yang lainnya lebih buruk. Kita memiliki hal – hal yang jauh lebih menarik untuk dikerjakan dengan kehidupan kita. Kita masing - masing tidak ada duanya.”

Tidak ada tempat bagi rasa iri hati yang picik di antara para pelayan. Ketika anda sibuk melayani, Anda tidak memiliki waktu untuk mengkritik. Setiap waktu yang dihabiskan untuk mengkritik orang lain lebih baik digunakan untuk melayani. Ketika Marta mengeluh kepada Yesus bahwa Maria tidak membantu bekerja, Marta kehilangan hati pelayan dalam dirinya. Pelayan sejati tidak mengeluh tentang ketidakadilan, tidak memiliki kelompok yang mengasihani diri sendiri, dan tidak membenci mereka yang tidak melayani. Mereka hanya mempercayai Allah dan tetap melayani.

Tugas kita bukanlah menilai pelayan–pelayan Tuhan lainnya. Alkitab mengatakan, ”Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkan ia berdiri, entahkan ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri.” Jadi bukan tugas kita membela diri kita terhadap kritikan. Biarkan Tuhan Anda menanganinya. Ikutilah teladan Musa, yang menunjukkan kerendahan hati sejati di depan lawannya, seperti juga Nehemia, yang tanggapannya terhadap para pengkritiknya hanyalah, ”Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar...Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!”

Jika Anda melayani seperti Yesus, Anda bisa menduga akan dikritik. Dunia, dan bahkan banyak Gereja, tidak memahami apa yang dihargai oleh Allah. Salah satu tindakan kasih yang paling indah yang ditunjukkan kepada Yesus dikritik oleh para murid. Maria mengambil benda yang paling berharga yang dia miliki, parfum yang mahal, dan menuangkannya ke kaki Yesus. Pelayanannya yang mewah disebut ”pemborosan” oleh para murid, tetapi Yesus menyebutnya ”perbuatan yang baik” dan itulah hal yang penting. Pelayanan Anda bagi Kristus tidak pernah merupakan pemborosan tidak peduli apa yang dikatakan oleh orang lain.

Para Pelayan mendasarkan identitas mereka didalam Kristus. Karena mereka ingat bahwa mereka dikasihi dan diterima oleh kasih karunia, para pelayan tidak harus membuktikan kelayakan mereka. Mereka dengan rela menerima pekerjaan – pekerjaan yang oleh orang – orang yang kurang percaya diri dianggap ”tidak pantas” untuk mereka kerjakan. Salah satu teladan yang sangat luar biasa tentang melayani dari suatu citra diri yang kokoh ialah tindakan Yesus yang membasuh kaki para murid. Membasuh kaki setara dengan menjadi seorang penyemir sepatu, sebuah pekerjaan yang tidak memiliki status. Namun Yesus tau siapa diri-Nya, jadi tugas tersebut tidak mengancam citra Diri-Nya. Alkitab mengatakan, ”Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah....Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pnggang-Nya.”

Jika Anda hendak menjadi seorang pelayan, Anda harus menaruh identitas Anda di dalam Krsitus. Hanya orang – orang yang percaya diri yang bisa melayani. Orang – orang yang tidak percaya diri selalu khawatir tentang bagaimana mereka terlihat oleh orang lain. Mereka takut kelemahan – kelemahan mereka tersingkap dan mereka menyembunyikannya di bawah lapisan keangkuhan dan kepura-puraan yang bersifat melindungi. Semakin Anda tidak percaya diri, semakin Anda ingin agar orang lain melayani Anda, dan semakin Anda butuh penghargaan mereka. Henri Nouwen berkata :”Untuk melayani orang lain kita harus mati bagi mereka; yaitu kita harus berhenti mengukur arti dan nilai kita dengan ukuran orang lain..... jadi kita merasa bebas untuk berbelas kasihan.” Ketika Anda mendasarkan nilai dan identitas Anda dalam hubungan Anda dalam Kristus, Anda akan dibebaskan dari harapan – harapan orang lain, dan itu memungkinkan Anda untuk benar – benar melayani mereka dengan yang terbaik

Para pelayan tidak perlu menutupi dinding – dinding mereka dengan piagam dan penghargaan untuk membuktikan pelayanan mereka. Mereka tidak menuntut disapa dengan gelar, dan mereka tidak membungkus diri mereka dalam jubah superioritas. Para pelayan paham bahwa simbol – simbol status tidaklah perlu, dan mereka tidak mengukur nilai mereka dengan keberhasilan – keberhasilan mereka. Paulus mengatakan, ”Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan.”

Jika ada orang yang memiliki kesempatan seumur hidup untuk memamerkan kerabat – kerabatnya dan ”menyebut nama kenalannya yang terkenal”, itulah Yakobus, saudara tiri Yesus. Dia memiliki bukti kebenaran tentang bertumbuh bersama Yesus sebagai saudaranya. Namun, ketika memperkenalkan suratnya, dia hanya menunjuk kepada dirinya sebagai”hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus.” Semakin dekat Anda kepada Yesus, semakin sedikit Anda perlu untuk mempromosikan diri Anda sendiri.

Para Pelayan memikirkan pelayanan sebagai sebuah kesempatan, bukan sebuah kewajiban. Mereka senang menolong orang, memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengerjakan pelayanan. Mereka ”melayani TUHAN dengan sukacita.” Mengapa mereka melayani dengan sukacita?Karena mereka mengasihi Tuhan, mereka bersyukur atas kasih karunia-Nya, mereka tahu bawa melayani merupakan pemanfaattan kehidupan yang tertinggi, dan mereka tahu bahwa Allah telah menjanjikan suatu pahala. Yesus berjanji, ”Bapa akan menghormati dan memberi upah kepada orang yang telah melayani Aku.” Paulus berkata, ”Ia tidak melupakan apa yang kalian kerjakan bagi-Nya, dan kasih yang kalian tunjukkan kepada-Nya sewaktu menolong saudara-saudara seiman, dahulu dan sekarang.”

Bayangkan apa yang bisa terjadi seandainya 10 persen saja dari semua orang Kristen di dunia bersungguh – sungguh berperan sebagai pelayan – pelayan yang sejati. Bayangkan semua hal baik yang bisa diselesaikan. Bersediakah Anda menjadi salah satunya? Tidak peduli berapapun usia Anda, Allah memakai Anda jika Anda mulai bertindak dan berpikir seperti seorang pelayan. Albert Schweitzer berkata, ”Orang – orang yang benar-benar bahagia hanyalah orang - orang yang telah belajar bagaimana melayani.”

Diambil dari Buku PDL hari ke-34 hal: 276-282

By: D2s2


0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP