Rabu, 26 Mei 2010

Krisis pemimpin berkarakter

Saat ini sangat sulit mencari pemimpin. Pemerintah sekalipun mengaku bahwa menemukan pemimpin untuk beberapa pos strategis pemerintahan butuh kerja keras. Bentuk Tim ini Tim itu belum tentu juga mendapatkan pemimpin yang sesuai kriteria. Lihat saja upaya pemerintah sekarang untuk mencari pimpinan KPK, mencari gubernur BI, kepala BKF dan banyak pos lainnya yang tidak serta merta diisi pasca "ditinggalkan" pejabat lama. Saya pikir tidak hanya di pemerintahan, banyak instansi, organisasi, LSM/NGO mengalami kesulitan sejenis dalam mencari pemimpin mereka. Kalau sekedar pucuk pimpinan mungkin masih mudah ditemukan.
Mungkin ini juga penyebab beberapa dari kita yang agak kesulitan mencari pendamping :D

Mungkinkah hal ini terjadi pada masa depan?

Barangkali saat ini Indonesia memang sedang krisis kepemimpinan. Dari 200 juta lebih penduduk hanya sedikit yang punya integritas dan komitmen untuk memimpin, dan dari sedikit itu sangat jarang yang mau muncul kepermukaan. Pada masa mendatang sangat mustahil kita bisa menemukan pemimpin kita bila sistem saat ini tidak dibenahi. Lihat saja berapa banyak partai yang pemimpinnya tidak "diregenerasi". Sebenarnya bukan tidak mau atau karena post power syndrom, namun karena pemimpin itu tidak ada atau tidak ditemukan.

APA SEBAB?

Proses pemiskinan karakter. Dengan kata lain penerapan budaya INSTAN hingga ke bentuk - bentuk dasar kehidupan. Hal ini terjadi 12 tahun belakangan atau pasca reformasi. Banyak nilai - nilai luhur bangsa yang sudah luntur (seperti semangat memberi, keuletan, kejujuran, sopan santun) dan pudarnya minat terhadap kebutuhan spiritual. Kita mengaku beragama, tetapi tidak ber-Tuhan. Banyak orang kehilangan jati dirinya, sehingga manusia hanya dinilai dari kulit luarnya saja seperti materi, prestasi akademis, gelar, pangkat, jabatan dan kekuasaan. Hal ini yang melahirkan generasi manja dan cengeng. Tidak lulus ujian bunuh diri, atau demo. Tidak dapat kerja di Indonesia pergi jadi TKI atau jadi wanita panggilan atau nyaleg (syukur-syukur jadi anggota Dewan :p). Dipukul ortu dikit ngadu ke komnas anak. Pokoknya manja dan cengeng.

Apakah masih ada solusinya?

Bila kita tidak mau kesulitan mencari pemimpin seperti yang dirasakan pemerintah saat ini, maka kembali ke beberapa prinsip dasar pendidikan yang diterapkan pada masa orde baru dulu. Kita harus akui beberapa peninggalan Soeharto sangat baik untuk dilanjutkan. Lihat saja program KB, Puskesmas, Porgam P4, pendidikan dasar 9 tahun dan lain-lain. Namun saat ini doktrin yang ada di masyarakat adalah segala kebijakan orba jelek dan harus dibuang. Terapkan nilai-nilai Pancasila disekolah. Perkuat kegiatan - kegiatan sosial dan keagamaan. Tanam dan pelihara budaya kasih dalam keluarga. Saya menemukan seorang bapak yang tega mengantarkan putrinya untuk menjadi peminta-minta di lampu merah dan di warteg2 setiap dia hendak pergi mengojek. Dia lakukan setiap pagi dan sore harinya dijemput. TERLALU!.
Barangkali kita pernah dengar pelatihan-pelatihan motivasi atau karakter seperti Mario Teguh, Rheinald Khazali, Andrias Harefa, Andri Wongso dan lain sebaginya. Hal ini tidak berpengaruh besar bila audiencenya sudah dewasa. Yang ada hanya peluang bisnis semata. Berbeda bila kita menanamkan karakter sejak usia dini pada anak-anak, pasti akan menimbulkan efek yang luar biasa bila kelak dia menjadi dewasa. Jadi bagi orang tua atau calon orang tua, jadilah motivator dalam keluarga. Prosesnya memang panjang dan berat, namun bila dilakukan sedikit-demi sedikit pasti bisa.

Satu hal lagi yang penting, mari kita samakan persepsi kesuksesan. Redifine arti kesuksesan. Arti sebuah KESUKSESAN itu bersifat SANGAT PERSONAL (berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya), jangan semuanya disamaratakan dengan ukuran kekayaan, prestasi akademis, kekuasaan dan kehormatan, punya suami/istri yang cakep dll. Dengan demikian akan muncul orang yang berani menonjolkan keSEJATIAN-DIRInya. Tidak dibuat-buat dan seolah-olah menjadi orang lain.

Nb :yang paling bertanggung jawab adalah orang tua, guru dan pemuka agama.:)

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP