Minggu, 21 Maret 2010

Krisis Etika!!

Kayaknya konsep pendidikan karakter yang sedang dilaksanakan di pendidikan formal di Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi. Materi karakter bagi anak didik ini sangat penting dan menjadi modal yang sangat berharga bagi bangsa ini. Jika karakter anak-anak bangsa telah terwujud, maka peningkatan kompetensi disegala bidang akan lebih mudah untuk dilakukan.

Sebagai generasi penerus (sudah tidak muda, tapi belum tua:p) saya sedih melihat generasi muda sekarang. Saya memperhatikan etika teman-teman yang kira-kira umurnya 25 tahun kebawah sangat krisis etika, baik etika komunikasi maupun perilaku (attitude). Sedihnya lagi karena mereka-mereka (muda2han oknum) merupakan orang-orang berpendidikan dan punya kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Celakanya lagi mereka (oknum) orang-orang nasrani.:(. Kekecewaan dan kesedihan saya eksponensial.

Boleh dibilang masih relatif seumuran dengan saya, namun bila dibandingkan dengan skill komunikasinya mungkin setara dengan anak2 sma yang mau UN besok (anak sma yang mengebu-gebu, suka merengek dll). Saya sedang memperhatikan statistik perilaku beberapa orang yang memiliki etika komunikasi yang dibawah garis kemiskinan. Kesimpulan sementara bahwa umur yang saya sebut diatas tadi banyak yang mengalami krisis etika. Parameternya sederhana. Saya hanya memperhatikan bagimana seseorang berkomunikasi secara tak langsung namun formal. Contohnya dengan sms. Saat ini sms sudah diakui menjadi alat komunikasi formal seperti surat. Namun ada baiknya bila kita berkirim sms memperhatikan isi dan kata - kata yang digunakan. Misal bila kita meminta sesuatu dari orang lain yang kebetulan umurnya sedikit lebih tua diatas kita. Mari dimulai dengan kata - kata salam, "selamat pagi, siang, malam ...." atau "shalom" kek. Jangan langsung to the point dengan nada perintah. Saat saya menerima sms seperti ini sudah pasti tidak akan saya respon. Walau pun isis sms nya minta no HP si ***... (send). Ada lagi jenis sms yang diikuti dengan deadline waktu dan sifatnya memaksa sekali, padahal bukan sesuatu yang urgen. Misal," Aku minta besok harus sudah....." Apa tidak bisa membuatnya lebih halus "aku minta tolong ya, kalau bisa besok bisa selesai..". Ada juga sms yang sengaja atau tidak sengaja diikuti dengan ancaman dll. Kesimpulan sementara saya gaya komunikasi oknum2 tersebut sangat kacau dan dilakukan beberapa orang.

Saya menulis uneg-uneg ini karena beberapa tahun lalu saya banyak sekali pengalaman dengan proses lobi melobi mulai dari orang yang usianya 70 tahun sampai anak - anak. Dan saat itu kepentingannya lebih berat di saya. Contohnya saat kita mengurus KTP sama pak RT, yang lebih mementingkan KTP tersebut kan kita, bukan pak RTnya. Begitu kira-kira kepentingan saya saat itu. Saat saya menggunakan komunikasi yang tidak baik seperti itu sudah pasti tidak direspon oleh orang lain. Siapapun dia. Sebaiknya gunakan teknik melobi yang elegan. saat berkomunikasi tak langsung seperti dengan telpon atau sms. Bila face to face mungkin ceritanya akan beda.

Pendidikan karakter bukan hanya disekolah, tetapi di rumah (keluarga) dan juga di rumah ibadah. Rumah ibadah juga memiliki tanggung jawab terhadap segala krisis etika ataupun krisis karakter di masyarakat. Dengan peningkatan karakter tiap - tiap orang maka akan menjamin kemajuan bangsa ini kelak.

You lose your wealth, you lose nothing
;You lose your health, you lose something; You lose your character, you lose everything.
dr artikelnya Prof I Dewa Gede Raka

1 komentar:

Anonim 25 Maret 2010 pukul 04.18  

karakter dan etika topik yang sangat luas. Di posting ini, membahas dalam konteks komunikasi.

Hmm.... mau berkomentar apa ya?

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP