Jumat, 05 Maret 2010

Mengurangi Penyesalan

Siapa yang sering terlambat datang bila janjian dengan seseorang? Bila anda adalah salah satunya, berarti anda sama dengan "si penyesalan". Penyesalan merupakan "something" yang selalu datang terlambat. Dan anehnya meski selalu datang terlambat, ia akan senantiasa hadir dan membuat kita kian jengkel.

Penyesalan akan datang saat sesuatu sudah berlangsung di masa lalu. Bila penyesalan itu muncul akibat kesalahan orang lain, maka kita sangat mudah menyalahkan orang tersebut. Namun bila penyesalan datang akibat kesalahan kita, maka akan "melahirkan" seandainya.

Untuk kasus yang pertama hampir setiap hari Minggu saya alami. Ceritanya saat pergi ke Gereja, biasanya saya pergi bersama teman. Namun selalu si teman ini sedikit lama, walau sejam sebelumnya sudah diingatkan supaya siap2 ke Gereja. Alhasil, saat sampai di gereja sangat jarang tepat waktu. Ibadah sudah dimulai "sedikit" saat kami tiba. Kasus ini dengan cepat menghadirkan penyesalan. Dan kita tentu mudah untuk mencari terdakwa untuk kasus ini. Kita akan menyalahkan teman tadi, dan tak jarang kemacetan, supir angkot dan banyaknya lampu merah yang dilalui bisa menambah daftar tersangka dan kadang2 divonis menjadi terdakwa juga untuk kasus terlambat ibadah tadi.

Bagaimana kalau penyesalan itu hadir karena diri kita sendiri? Saya pikir semua orang akan lebih senang menyalahkan orang lain dari pada menyalahkan diri sendiri. Sebenarnya sangat banyak hal yang menyebabkan penyesalan hadir akibat kesalahan diri sendiri. Misalkan, saat nilai kita kurang bagus, maka saat nilai diumumkan akan muncul penyesalan. Untuk kasus ini kita tidak serta merta menyalahkan diri sendiri. Hanya sedikit yang mau mengakui kesalahan dirinya peribadi. Untuk kasus ini yang terjadi adalah berandai -andai. Seandainya saya belajar modul II praktikum kuliah ini, pasti saya bisa menjawab ujian tadi dan mendapat nilai A. Seandainya saya membuat contekan, seandainya soal ujiannya mirip dengan tahun lalu....dst.. Akan banyak istilah seandainya.

Namun, bisakah kita menghindar dari penyesalan? Saya pikir kita harus mulai dengan mengurangi kehadiran "si penyesalan" tadi. Caranya adalah kita harus ekstra hati-hati dalam setiap tindakan. Kita harus sadar betul kalau masa lalu itu tidak bisa diubah. Masa depan yang baik akan kita raih dengan tindakan kita sekarang. Ya sekarang. Jadi kalau ada sebuah kegiatan yang hasilnya untuk hari esok, maka sebaiknya lakukan hari ini dengan sebaik mungkin, seoptimal mungkin sehingga esok kita akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Sama halnya agar -seandainya begini...seandainya begitu....seandainya...seandainya.....dst- tidak hadir dipikiran kita, maka ada semboyan bijak dari Miyamoto Musashi yang berasal dari HutaBallon, eh dari Jepang:P. Dia memiliki semboyan "Aku takkan melakukan perbuatan yang akan kusesali". Dengan berpedoman dengan semboyan ini, maka dalam berbuat apapun kita akan berhati - hati. Semboyan yang sangat baik untuk diaplikasikan. terutama bagi saya yang selalu didatangi oleh penyesalan.:D


1 komentar:

Anonim 6 Maret 2010 pukul 00.38  

tidak ada salahnya untuk ekstra hati-hati dalam tiap tindakan. Tapi justru itu membuat hidup menjadi stress dan paranoid. Malah tidak enjoy life.

Salah satu cara alternatif mengatasi penyesalan adalah dengan membuat "margin" dalam hidup ini.

Misalnya seperti kasus tadi, kalau sudah tahu angkot akan lambat dan lalulintas akan macet, kenapa tidak berangkat 3 jam sebelumnya?

Anggap saja perjalanan 2 jam. Maka akan sampai di gereja 1 jam sebelum ibadah mulai. Artinya, kita memiliki "margin" sebesar 1 jam.

Sehingga kita bisa lebih santai bukan?

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP