Sabtu, 03 April 2010

Jumat Agung

Ntah karena sudah diniatin dari hati, ibadah Jumat Agung kemarin saya on time. Mungkin karena fobia duduk di kursi cadangan sehingga saya berangkat lebih awal menuju tempat ibadah yang sedikit jauh tersebut. Maklumlah katanya banyak orang Nasrani disebut Kristen NaPas. Mereka ke Gereja hanya pas Natal dan Paskah saja, sehingga di dua moment tersebut sepertinya jumlah pemeluk Nasrani melonjak hingga 200%.

Terlepas dari berbagai macam pandangan, namun niat saya mengikuti ibadah cuma satu satu, mencoba mengakui dan mengingat betapa banyak dan besar dosa dan kesalahan yang sudah saya lakukan. Saya hanya ingin supaya Dia menguatkanku sehingga tidak jatuh lagi di lubang yang sama, tidak tersesat di jalan yang lurus dan kalau bisa perlakuan dosa tersebut mengalami deflasi secara eksponensial, ya syukur-syukur menjadi nihil.

Akibat hadir lebih awal, maka dengan sangat mudah saya memilih dimana harus duduk. Dari 4 baris bangku yang tersusun saya duduk di baris kedua dari kiri dan agak di tengah. Kotbah Pendeta seputar via dolorosa Yesus yaitu prosesi jalan salib hingga Yesus wafat. Tidak lupa saya menon-aktifkan semua alat komunikasi yang sejak pagi selalu merepotkan karena harus selalu menghapus inboxnya akibat banyaknya sms yang masuk.

Ibadah yang sebenarnya cukup lama itu ternyata tidak membosankan. Ada point penting kotbah yang saya tangkap. Saat peristiwa penyaliban, banyak perempuan menangisi Yesus, namun dengan tegas Yesus mengatakan :Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu dan anak-anakmu! (Lukas 23:26). Sang pendeta menjelaskan mengapa Yesus tidak mengatakan dirimu dan orang tuamulah tangisi. Atau dirimu dengan oppungmulah tangisi. Alasannya adalah agar kita benar-benar bertanggungjawab terhadap anak, terhadap keturunan yang merupakan titipan Tuhan bagi setiap orang tua. Dengan nats ini kembali me-refresh ingatan saya untuk selalu menghormati orang tua. Sebab dari sepuluh firman hanya perintah untuk menghormati orangtualah yang kelak akan mendapatkan recognation, reward dari Tuhan, yaitu supaya panjang umur. Tanggung jawab dua pihak yang sangat penting.

Setelah kotbah diadakan perjamuan kudus (Last Suffer) untuk mengingat saat-saat terakhir Yesus dengan murid-muridNya. Acaranya cukup hikmat diringi dengan nyanyian sepanjang perjamuan kudus. Setelah semua orang selesai mendapatkan perjamuan kudus yang disimbolkan dengan memakan roti dan anggur sebagai simbol persatuan manusia dengan tubuh dan darah Kristus, maka pendeta mendatangi jemaat yang sakit.

Saya terharu melihat seorang bapak yang sudah tua dan duduk disebuah kursi roda. Saat Pendeta mengucapkan "Didok Tuhanta Jesus do......" mata si bapak tiba-tiba berair dan menangis sangat tulus menunjukkan kalau ia benar-benar tulus meminta pengampunan dosa dan mengakui kesalahan-kesalahannya. Yang ada dalam pikiran saya, berapa banyak anak-anak beliau yang harus ia tangisi seperti perintah Yesus tadi. Pendeta pun sepertinya tersendat dan sulit untuk berkata-kata saat hendak memberikan anggur sebagai lambang darah Kristus yang tercurah untuk menebus dosa dunia ini. Banyak jemaat yang terharu melihat keinginan tulus dan semangat beliau untuk ikut dalam ibadah Jumat Agung kali ini. Ada beberapa orang tua yang mendapat pelayanan khusus seperti bapak ini karena sudah lanjut usia dan tidak kuat untuk berdiri ke depan altar Gereja.

Selamat memperingati Jumat Agung 2 April 2010 dan menjelang Paskah 4 April 2010. Tuhan Yesus Memberkati.

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP