Jumat, 30 April 2010

Hari Buruh

Besok May Day. Hari Buruh. Dari kemaren sudah ada 2 sms "nyasar ke nomor hp saya. "Ada agenda apa bang Sabtu ini??" "bagaimana bos, apa aksi kita tanggal 1 Mei nanti?". Dua sms tersebut topiknya sama. Kembali merayu saya yang "bodoh" ini untuk terjun kembali ke dunia aktivis, pragmatis atau mungkin politis yang dibumbui oleh rasa idealis. Namun dengan bijak saya balas smsnya dengan mengatakan "Maap, saya sudah tidak mengikuti agenda2 spt itu lagi. Intensitas saya di sini sudah berkurang, saya terkadang menetap di Jkt. Teruslah berjuang!Sampaikan salam saia kepada sahabat2 dan kawan-kawan.Semoga sukses:)"

Kejadian Lain: Saya melihat berita pagi hari Senin kemaren. Dimana pak SBY meninjau lokasi Kongres PD yang akan dilaksanakan minggu depan. Tampak ketua DPD Jabar pak Iwan Sulanjana meberi keterangan pers dan disebelahnya saya melihat senior saya yang juga pimpinan DPD PD Jabar. Tadi malam juga melihat acara satu jam lebih dekat bersama Akbar Tanjung yang merupakan aktivis mulai sejak mahasiswa, kemudian terjun menjadi politisi di republik ini.

Melihat kondisi-kondisi itu, saya seperti dirayu seorang wanita (tidak terlalu cakep:D) untuk kembali ke dunia yang tidak jelas. Ya, sejak tahun 2007 lalu saya terjun langsung menjadi aktivis yang setengah - setengah. Saya kemudian mulai mengenal dunia pragmatis pada bulan Juli 2007 di Selabintana Hotel Sukabumi. Waktu itu ada agenda Musprov KNPI. Setelah itu beberapa regenerasi beberapa organisasi termasuk Pilkada yang berbau politis tak satupun saya lewatkan. Hingga Pileg tahun lalu. Mungkin jumlahnya ada belasan agenda. Pilpres saya tidak ikut, mungkin karena jenuh, namun akhirnya saya menyesal juga gak ikut, karena seharusnya bisa bergabung di bapilu salah satu calon yang kebetulan menang. Huh..:(

Saya bukan ahli orasi. Pernah sekali disuruh orasi pas waktu peringatan Sumpah Pemuda, praktis hanya 2 kalimat yang keluar dari mulut ini. Padahal saya melihat kawan-kawan lain sangat fasih berorasi, bahkan ada yang heroik hingga mampu menimbulkan ekspresi semangat dan membuat mata pendengar berkaca-kaca.

Lantas mengapa saya yang sudah mengatakan "pensiun" masih dihubungi oleh teman-teman yang dulu?tanya saya. Saya menemukan jawabannya saat aksi pada 100 hari/2400 jam pemerintahan SBY jilid II. Mereka mengatakan, belum ada yang berhasil menggantikan tugas abang untuk pers conference (konferensi pers). Ya, ini merupakan bagian saya setiap aksi, terutama pada saat menjadi tim sukses pada Pilwalkot Bdg lalu. Termasuk saat adanya kebebasan beragama yang dialami oleh warga Ahmadyah beberapa tahun lalu. Ternyata dari hal ini muncul kelebihan saya, kemampuan melobi, berkelit dari pertanyaan-pertanyaan menjebak dan sebagainya.

Beberapa aksi(demo) yang pernah kami lakukan baik di depan gedung Pemkot jalan Aceh, Kejati Bandung maupun di depan Gedung Sate dengan rela saya harus menghadapi pertanyaan wartawan saat itu. Untung saja wartanwannya nanya pakai bahasa Indonesia, kalau pakai bahasa Sunda sudah pasti akan tetap saya jawab pakai bahasa Indonesia, karena saya belum menguasai bahasa Sunda yang formal, namun sudah mengerti. Terlebih lagi kalau pers conference nya di rumah makan terkenal atau lobby hotel. Udah kayak orang penting aja awak ini :p.

Melihat triger dari kawan-kawan ini saya masih bisa membatasi untuk tidak tergoda kembali ke dunia seperti itu.Cukuplah pada waktu mahasiswa. Benar kata orang-orang kalau aktivis itu kuliahnya lama-lama. Tidak dengan saya, kalau saya yang lama TA nya, kalau kuliahnya bisa ludes 144 sks dalam 8 semester (maap bukan mau sombong). Namun ada kecelakaan sidang. Saya tidak lulus sidang, dan baru 2 tahun kemudian sidang lagi. Itupun setelah tidak mendaftar pas awal semester. Benar-benar bodoh diriku. Namun salah satu sebab saya semakin terjerumus ke dunia politik adalah karena tidak lulus sidang pada tahun 2008 itu. Jadilah saya makin gila, ditambah seblumnya saya sudah ikut test sebuah perusahaan impian anak ITB dan lulus pula. Namun karena gagal sidang, akhirnya terkubur sia-sialah impian itu. Habislah dia dimakan cacing. hehehe..Untung saja saya berani bangkit, ntah karena nasib atau dikasihani, akhirnya saya lulus juga tahun lalu.:). Saya melihat matahari semakin bersinar, dulu sinarnya hanya seperti sinar bulan.

Namun demikian, meskipun saya tidak terjun langsung lagi kedalam dunia aksi, saya akan terus berjuang dan at least saya tidak menjadi beban bangsa ini. Saya akan berusaha mandiri dan sebisanya akan membawa orang lain untuk mandiri juga. Teruslah berjuang kawan-kawan, terutama untuk lulus dari kampus. Setelah dari kampus peran serta kita di masyarakat akan jauh lebih bermanfaat daripada kontribusi perjuangan selagi menjadi mahasiswa. Yang penting jangan apatis apalagi apolitis.

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP