Kamis, 10 Desember 2009

Anak Jalanan dihasilkan oleh TKI/TKW

Beberapa hari lalu saya perhatikan jumlah anak jalanan sepertinya bertambah dari bisanya. Dari mana asal mereka? Dulu saya percaya kalau sebagian besar mereka berasal dari desa yang nekat untuk berjuang di kota - kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dll. Ada juga yang merupakan keturunan dari para pengamen, pemulung dan "penghuni" jalanan sebelumnya. Untuk kasus profesi ini ungkapan "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" masih tetap berlaku. Ada juga yang berasal dari anak - anak keluarga broken home. Sebagian lagi katanya (yang membuat saya menjadi percaya) adalah anak - anak dari para ibu - ibu yang menjadi TKI atau TKW. Bahkan, merekalah penyumbang anak jalanan yang paling banyak sekarang ini, khususnya di Bandung dan sekitarnya.

Semula saya tidak percaya, namun setelah mendengar cerita langsung dari seorang bapak yang istrinya bekerja di luar negeri bercerita kalau saat ini si bapak tersebut harus ekstra untuk mengawasi anaknya agar tidak menjadi pengamen, pengemis, pemulung dan sebagainya. Dia juga bercerita kalau dikompleknya anak - anak umumnya pergi ke jalanan karena ibunya bekerja di luar negeri. Tujuan utamanya bukan lagi untuk uang, namun karena stress di tinggal ibunya bertahun-tahun. Coba bayangkan saudara - saudara, jumlah TKI/TKW kita mencapai 2 juta orang lebih dan 80% nya adalah ibu - ibu. Berapa banyak mereka menyumbang anak jalanan, walaupun tidak semua. Hal ini tentu saja sangat merugikan banyak pihak, terutama bangsa kita akan kehilangan banyak sekali generasi potensial. Ditambah lagi tulisan yang saya baca kalau anak-anak Indonesia yang kurang pintar/cerdas hanya akan berpoensi menjadi anak jalanan.

Sedihnya pemerintah belum mempunyai solusi dan seolah masih tidak mau tau akan hal ini. Tawaran yang diberikan masih sekedar pemberian beasiswa. Bukan saja hal tentang beasiswa yang harus diperhatikan. Tetapi seperti yang saya utarakan diatas, kalau anak2 yang kurang ataupun tidak cerdas hanya berpotensi jadi pengamen, pemulung dan sebagainya, hal ini juga ada kaitannya dengan banyaknya TKW atau TKI yang di ekspor ke luar negri.

Bangsa ini bangsa pragmatis. Artinya bangsa kita bangga terhadap devisa yang dihasilkan oleh TKW/TKI. Namun bangsa ini gak sadar kalau banyaknya pengamen, anak jalanan di hampir setiap lampu merah adalah mereka yang merupakan anak2 dari TKW/TKI tersebut. Banyak anak jalanan yang praktis kehilangan pendidikan dasar akibat ditinggal ibunya yang bekerja ke luar negri. Akhirnya anak2 tersebut banyak yang menjadi terlantar, pengemis, pengamen dan gelandangan. Padahal akan jauh lebih beruntung bangsa ini bila memiliki anak2 bangsa yang cerdas dibandingkan dengan jumlah devisa yang diterima dari TKW/TKI tersebut sementara ini. 1 orang anak jalanan bila diperlakukan seperti anak2 normal tentu akan menghasilkan keuntungan yang luar biasa bila dibandingkan dengan devisa dari TKI/TKW yang berpotensi untuk di korupsi oleh oknum - oknum yang tidak bertanggungjawab.

Kesimpulan saya adalah pendidikan dasar dari keluarga tetap harus diutamakan, baru kemudian kita memperhatikan pendidikan formal di sekolah. Oleh sebab itu pengiriman TKI/TKW harus ditinjau ulang lagi bila melihat implikasi yang ditimbulkannya. Sebaiknya yang di utamakan adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja baru di Indonesia. Hal ini tentu akan memberi keuntungan ganda atau bahkan kuadratik dan eksponensial, karena anak - anak Indonesia tetap bisa mendapatkan pendidikan dasarnya baik dalam keluarga maupun pada pendidikan formalnya.

2 komentar:

Anonim 11 Desember 2009 pukul 05.00  

seharusnya TKI yang diekspor sekeluarga. Supaya tidak usah terpisah-pisah antara bapak ibu anak. Karena sesuai posting sebelumnya, kehadiran lebih berharga daripada hadiah (uang) :D .Bukankah keluarga adalah harta yang berharga?

Tapi apa dimungkinkan ya? :D

desmon 11 Desember 2009 pukul 10.40  

Janganlah diekspor semua dengan keluarganya. Nanti terlalu banyak akulturasi budaya.Lama-lama bisa diklaim semua budaya Indonesia..:)

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP