Kamis, 17 Desember 2009

Oknum2 hebat

Oknum yang saya maksud kali ini bukanlah mereka yang terkait kasus hukum atau melakukan sesuatu yang tidak baik, melainkan beberapa akademisi salah satu PT terbaik di Bdg yang ternyata ikut resah dengan perkembangan kehidupan berbangsa kita.

Sebenarnya ini murni bukan hasil pemikiran saya, namun beberapa kesimpulan yang bisa saya ambil ketika diskusi saat makan siang kemarin. Ada dua point penting yang bisa saya simpulkan. Yang pertama adalah prediksi muara dari kasus BC yang sangat ramai saat ini. Tidak bisa diredam kasus ini semakin menciptakan multiflier effect. Tidak hanya panggung politik yang sedang bergejolak, namun multifiler effect tersebut sampai juga terhadap TNI seperti di tulis oleh KASAD di kompas 2 hari ini, yaitu hari Rabu dan kompas hari ini.Hal ini bisa memicu tentara untuk kembali ke panggung politik, dimana pada masa reformasi 11 tahun lalu penghapusan dwi fungsi ABRI merupakan satu - satunya agenda reformasi yang terlaksana dari 6 agenda yaitu adili Soeharto, supremasi hukum, perbaikan ekonomi, pendidikan (20% APBN/D) dan satu lagi saya lupa:p Namun anak bangsa tersebut sudah sepakat untuk tidak sepakat dalam hal aktualisasi dan realisasi agenda reformasi yang sudah direncanakan tersebut. Sehingga terjadilah pergolakan politik seperti sekarang ini.

Paham politik yang kita anut masih merebut kekuasaan dari "pihak lawan", bukan merebut kekuasaan dari rakyat. Hal ini yang menyebabkan banyak UU yang dibuat di Senayan sana selalu berlawanan dengan masyarakat.K embali ke diskusi kami bertiga kemaren (dua orang akademisi), mereka mencoba memprediksi muara dari BC gate ini. Sebelumnya saya memprediksi kalau PDIP dengan penguasa akan barter kasus, karena kasus MSG juga banyak menyeret politisi partai penguasa tahun 1999 ini. Kasus MSG ditukar dengan kasus BC. Walau sebenarnya nominalnya tidak sebanding, orde Milyar dengan orde Triliun. Hal ini mungkin saja menjadi ending dari kasus BC ini, namun apakah partai lain akan membiarkan begitu saja? Saya rasa partai lain yang menjadi pemain utama juga masih punya permintaan, jadi sangat kecil endingnya hanya sebatas barter kasus.

Kemungkinan kedua adalah ending yang paling maksimal adalah dicopotnya wapres. Walau skenario yang paling maksimal yang sudah dipersiapkan dengan menurunkan pemerintahan sekarang. Tetapi saya kira presiden kita sekarang sangat kuat, dia didukung lebih dari 60% rakyat, selain itu SBY sangat pintar untuk memainkan perannya. Jadi butuh energi yang super untuk menjatuhkannya. Namun kalau pun hal ini dimungkinkan, maka pemenang kedua di Pilpres kemaren otomatis menduduki kursi RI01. Masuk akal sebab partai yang paling getol dalam kasus ini adalah PDIP. Namun yang paling mungkin terjadi adalah dicopotnya wapres dan kemudian wapres pemenang kedua pilpres lalu bisa dilantik menjadi presiden. Nah, Hanura akan meminta kursi kabinet sebagai "jatahnya". Lihat saja bagaimana gencarnya FB untuk meminta SM dan BO untuk mundur. Semakin jelas mengapa SBY memilih orang non-partai untuk menjadi wakilnya di pilpress lau. Two Thumps Up. Coba bayangkan kalau wapresnya orang parpol dan kebetulan terkait asus BC ini. Pasti permainan politiknya lebih seru.

Yang kedua adalah masalah riset di negeri ini yang belum didukung penuh oleh pemerintah. Saya mendengar banyak sekali anak2 bangsa diminta untuk bekerja di Malaysia. Terakahir adalah untk mengembangkan farmasi di negara tetangga tersebut. Sekarang saja kita sangat sedih melihat orang Indonesia yang berobat ke dokter2 di RS Malaysia. Padahal dokter2 itu dulunya bersekolah di Indonesia. Saat ini obat2an masih disuplai dari Indonesia, namun beberapa tahun kedepan mereka akan punya pabrik farmasi yang jauh lebih canggih. Kita akan semakin jauh tertinggal. Dan hal yang membuat kita tertawa adalah kebijakan pemerintah yang satu ini. Mereka menyewa lahan kita untuk dijadikan perkebunan sawit, sementara rakyat kita kita dorong untuk menjadi TKI ke Malaysia. Mengapa lahan2 tadi tidak diberikan saja kepada rakyat Indonesia untuk dikerjakan? Toh TKI2 tersebut juga umumnya bekerja di perkebunan di Malaysia. Program transmigrasi yang dijalankan penguasa orde baru sebaiknya digalakkan kembali. Kita harus mengembalikan identitas bangsa sebagai negara agraris. Beri peluang dan kesempatan kepada masyarakat.

Ternyata banyak sekali akademisi kita yang care dan terus berbuat sendiri tanpa melibatkan pemerintah. Sbenarnya mereka sudah sering memberi gagasan dan masukan kepada pemerintah, namun jarang yang ditanggapi. Akhirnya mereka mengatakan, mari kita jalan terus, apa yang bisa kita perbuat untuk membantu masyarakat. Tidak mungkin kita menghambat kemajuan bangsa lain. Akan menjadi tidak etis nantinya. Yang bisa diperbuat adalah bagaimana supaya kita (Indonesia) tidak tertinggal lebih jauh lagi.

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP