Ada gak yah perwira yang jujur?
Pertanyaan yang dulu sering muncul dibenak saya ketika mengenal dunia militer dan kepolisian. Maklumlah, ketika ngobrol dengan beberapa perwira yang sudah jadi dosen di SESPIM (Lembang) untuk perwira polisi maupun SESKOAD (daerah Ahmad Yani) untuk TNI AD selalu terlihat dan tergambar cara- cara perwira tersebut untuk mendpatkan kekayaannya yang pada umumnya lewat jalan "gampang". Demikian juga saat bertemu dengan seorang bapak purnawirawan berpangkat Letjend yang katanya punya sebuah usaha security di PT Cevron Pasifik Indonesia di Duri dan Rumbai yang merupakan tempat tinggal keluarga saya.
Tentunya bila dievaluasi kekayaan setiap perwira, maka dengan mengandalkan Gaji memang sangat mustahil mereka bisa memiliki materi lebih. Sya juga tidak habis pikir mengapa kesejahteraan TNI PolRI masih sedikit diatas garis kemiskinan yang memicu mereka mencari bisnis2 sampingan. Saya juga pernah dapat info bahwa biasanya perwira yang aktif memiliki usaha SPBU dan usaha2 strategis lainnya yang barangkali sangat sulit dilakukan oleh masyarakat sipil. Walau ada satu dua orang yang punya bisnis SPBU dan setelah diselidiki tetap saja ada perwira yang mem-back up usaha tersebut. Untuk mendapatkan info2 seperti ini bisa kita tanyakan kepada Propos (polisinya polisi) atau Polisi Militer (PM). Mereka biasanya sering mendidik perwira2 yang nakal kepada masyarakat. Kalau disekolah istilahnya Guru BP.
Hal yang paling sering dilakukan perwira adalah melakukan pemalakan kepada para pengusaha dengan dalih menjaga keamanan. Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka - mereka juga yang menimbulkan rasa tidak nyaman di lokasi - lokasi usaha. Ini yang mengeneralisir bahwa semua perwira melakukan tindakan yang tidak benar untuk memperoleh materi bagi dirinya dan keluarganya. Namun anggapan ini pernah luntur ketika saya menyaksikan ada polisi yang hidup sederhana dan hanya menggunakan hasil dari Gajinya untuk kebutuhan hidup di sebuah televisi. Krena ditelevisi, kadang saya kurang percaya dan menganggapnya hanya rekayasa semata.
Namun kemaren anggapan bahwa semua perwira "jahat" telah berubah menjadi perwira yang kurang baik adalah oknum. Jadi tidak semua TNI dan POLRI itu menyalahgunakan kekuasaannya untuk memeras masyarakat. Ternyata ada perwira yang takut kepada Tuhan. Padahal seharusnya dengan jabatan yang dia miliki dia bisa mendapatkan banyak materi dengan cara yang mudah. Prinsipnya sederhana, ia tidak ingin perbuatannya hari ini menjadi hukuman bagi generasi ketiga dah keempat. Keluarganya hidup sederhana seperti masyarakat biasa. Istrinya juga masih mau jualan es kelapa muda dekat terminal Leuwi Panjang Bandung untuk menambah penghasilan suami sebagai perwira. Bahkan anaknya juga sudah menjadi tentara Angkatan Udara. Si ibu bercerita kalau biasanya seorang yang sudah memimpin sebuah kompi hanya tinggal menginjakkan sepetunya ke jari kaki anak buah dan si anak buah tersebut pasti akan membawa setoran kepada atasannya.
Namun perwira ini tidak mau melakukan hal - hal yang lazim dilakukan teman - temannya. Dan mereka mengaku dengan berbuat jujur saja kebutuhan ekonominya tidak pernah kurang. Namun memang tidak berlebih. Mereka bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Dan anehnya masih ada juga perwira yang meminta uang keamanan untuk warung si ibu ini. Dan mungkin karena perwira itu tidak mengetahui bahwa suaminya juga seorang tentara ia hanya menjawab bahwa sudah ada yang menjaga warungnya yaitu Tuhan. Mereka tidak butuh tawaran keamanan dari polisi atau aparat keamanan lainnya. Dan selama ini pula warung si ibu tetap aman dan kondusif tanpa ada gangguan dari preman sekitar.
Pelajaran berharganya adalah bahwa sudah ada yang melindungi kita yaitu Tuhan melalui Roh Kudusnya. Jadi jangan pernah berpikiran bahwa manusia bisa mengamankan kita. Selama kita berada dijalan yang benar, maka tidak ada satupun yang bisa mengganggu kita.
Tentunya bila dievaluasi kekayaan setiap perwira, maka dengan mengandalkan Gaji memang sangat mustahil mereka bisa memiliki materi lebih. Sya juga tidak habis pikir mengapa kesejahteraan TNI PolRI masih sedikit diatas garis kemiskinan yang memicu mereka mencari bisnis2 sampingan. Saya juga pernah dapat info bahwa biasanya perwira yang aktif memiliki usaha SPBU dan usaha2 strategis lainnya yang barangkali sangat sulit dilakukan oleh masyarakat sipil. Walau ada satu dua orang yang punya bisnis SPBU dan setelah diselidiki tetap saja ada perwira yang mem-back up usaha tersebut. Untuk mendapatkan info2 seperti ini bisa kita tanyakan kepada Propos (polisinya polisi) atau Polisi Militer (PM). Mereka biasanya sering mendidik perwira2 yang nakal kepada masyarakat. Kalau disekolah istilahnya Guru BP.
Hal yang paling sering dilakukan perwira adalah melakukan pemalakan kepada para pengusaha dengan dalih menjaga keamanan. Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka - mereka juga yang menimbulkan rasa tidak nyaman di lokasi - lokasi usaha. Ini yang mengeneralisir bahwa semua perwira melakukan tindakan yang tidak benar untuk memperoleh materi bagi dirinya dan keluarganya. Namun anggapan ini pernah luntur ketika saya menyaksikan ada polisi yang hidup sederhana dan hanya menggunakan hasil dari Gajinya untuk kebutuhan hidup di sebuah televisi. Krena ditelevisi, kadang saya kurang percaya dan menganggapnya hanya rekayasa semata.
Namun kemaren anggapan bahwa semua perwira "jahat" telah berubah menjadi perwira yang kurang baik adalah oknum. Jadi tidak semua TNI dan POLRI itu menyalahgunakan kekuasaannya untuk memeras masyarakat. Ternyata ada perwira yang takut kepada Tuhan. Padahal seharusnya dengan jabatan yang dia miliki dia bisa mendapatkan banyak materi dengan cara yang mudah. Prinsipnya sederhana, ia tidak ingin perbuatannya hari ini menjadi hukuman bagi generasi ketiga dah keempat. Keluarganya hidup sederhana seperti masyarakat biasa. Istrinya juga masih mau jualan es kelapa muda dekat terminal Leuwi Panjang Bandung untuk menambah penghasilan suami sebagai perwira. Bahkan anaknya juga sudah menjadi tentara Angkatan Udara. Si ibu bercerita kalau biasanya seorang yang sudah memimpin sebuah kompi hanya tinggal menginjakkan sepetunya ke jari kaki anak buah dan si anak buah tersebut pasti akan membawa setoran kepada atasannya.
Namun perwira ini tidak mau melakukan hal - hal yang lazim dilakukan teman - temannya. Dan mereka mengaku dengan berbuat jujur saja kebutuhan ekonominya tidak pernah kurang. Namun memang tidak berlebih. Mereka bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Dan anehnya masih ada juga perwira yang meminta uang keamanan untuk warung si ibu ini. Dan mungkin karena perwira itu tidak mengetahui bahwa suaminya juga seorang tentara ia hanya menjawab bahwa sudah ada yang menjaga warungnya yaitu Tuhan. Mereka tidak butuh tawaran keamanan dari polisi atau aparat keamanan lainnya. Dan selama ini pula warung si ibu tetap aman dan kondusif tanpa ada gangguan dari preman sekitar.
Pelajaran berharganya adalah bahwa sudah ada yang melindungi kita yaitu Tuhan melalui Roh Kudusnya. Jadi jangan pernah berpikiran bahwa manusia bisa mengamankan kita. Selama kita berada dijalan yang benar, maka tidak ada satupun yang bisa mengganggu kita.
2 komentar:
bah, Siagian yang satu ini rajin kalilah ngeblog,hehehe
Hmm, memang kadangkala kita sering beranggapan salah kepada orang/organisasi. Saya juga dulu seperti itu, menganggap jika 1 orang aja yg saya temui dari suatu organisasi (polisi, supir angkot, ABRI, dll) salah, saya langsung cam bahwa organisasi mereka juga seperti itu, dan langsung beranggapan negatif terhadap organisasi tsb.
Kisah yang ade tulis ini salah satu kisah yang bisa menepis anggapan tersebut, ternyata memang kita ga bisa menyalahkan langsung organisasi orang yang bersangkutan jika ada masalah dengan orang tersebut. Karena menurutku di antara ilalang-ilalang yang tumbuh sembarangan di mana-mana, masih ada bunga yang bisa ditemukan (hehehe)
Salut buat keluarga militer tersebut di atas yang diceritakan, semoga bertambah banyak orang yang seperti mereka, dan semoga mereka juga semakin kuat di tengah-tengah cobaan yang mereka hadapi. Amin.
Ya, kita jangan selalu mengenaralisir suatu institusi hanya karena ada yang berbuat jahat. Memang sifat berprasangka buruk kita lebih mudah muncul bila ada oknum yang berbuat "tidak baik" dan cenderung menganggap yang lainnya sama dan akhirnya mencap bahwa institusi tersebut "buruk"
Posting Komentar