Senin, 23 Februari 2009

Public Endemy

Tidak selamanya berbuat baik itu menghasilkan kebaikan. Apalagi berbuat baik kepada teman. Melakukan kebaikan terhadap orang yang sudah kita kenal cenderung berpotensi untuk mendapatkan perlakuan tidak baik dari orang tersebut. Justru berbuat baik terhadap orang yang tidak kenal, jauh lebih berpotensi mendapatkan balasan yang baik terhadap kita.

Saya tidak tahu apa yang menjadi penyebab dan latar belakangnya. Namun, fenomena semacam ini sudah beberapa kali saya alami. Perlakuan "tidak baik" justru lebih banyak kita terima dari orang yang sudah kita kenal. Mudah - mudahan ini hanya oknum dari banyak teman yang saya kenal. Saya belum berani mengeneralisirnya. Maksud teman disini adalah teman seorganisasi.

Dengan berbagai macam alasan sebenarnya tidak mungkin teman kita akan menjatuhkan kita. Namun lagi - lagi akibat kepentingan yang tidak seberapa, muncullah potensi saling menjatuhkan. Sifat egois dan hanya pengen menang sendiri sangat kentara dalam masalah seperti ini. Pengalaman yang sama juga terjadi kepada seorang kakak. Sepengetahuan kamai mereka telah berteman cukup lama. Namun karena punya kepentingan yang sama, namun beda kendaraan untuk mencapai tujuan tersebut, dia tega untuk menjegal temannya sendiri. Ini mungkin yang menyebabkan organisasi yang tua tidak bisa berkembang lagi. Secara logika seharusnya kita bangga bila punya teman yang berprestasi. Sekalipun dia lebih hebat dari kita. Tidak masalah, yang penting tidak menghambat prestasi teman yang ada.

Di organisasi ini juga kelihatan orang - orang yang umumnya tidak gentlemen. Beraninya hanya terhadap sesama. Kepada orang lain, mentalnya tidak ada. "Sungguh suatu fenomena yang buruk. Masakan transfer ilmu yang jelek selalu ada dari generasi ke generasi" kata seseorang kepada saya. Umumnya kelompok - keloompok Kristen sangat sulit untuk bersatu, terutama bila ingin membesarkan organisasinya dan ketika kehidupan organisasi tersebut adem ayem alias tidak ada ancaman dari luar. Kondisi ini sangat vulnarable terhadap munculnya persaingan yang tidak sehat. Mereka lebih senang bersaing ketimbang berkompetisi. Mungkin karena orang - orang tersebut tidak memiliki kompetensi yang baik, sehingga cenderung berani bersaing hanya sesamanya. Disuruh fight di luar, eh sudah kalah duluan. Istilahnya katak besar dalam tempurung. Bagaimana bisa memajukan organisasi bila mayoritas mempunyai sikap seperti ini.

Saya kembali kepada satu kesimpulan, bahwa diperlukan public endemy (musuh bersama) yang kasat mata untuk mayoritas organisasi Kristen yang ada di Indonesia. Musuh bersama yang sebenarnya adalah kebodohan, ketertinggalan, kemiskinan. Namun ini tidak serta - mertamenjadi publik endemi dikalangan organisasi. Yang menjadi pemahaman banyak orang terhadap publik endemi harus tampak secara fisik. Lagi - lagi pemahaman orang kita masih jauh dari kondisi masyarakat yang disebut cerdas. Entah sampai kapan kondisi yang tidak sehat ini bertahan, terutama di kalangan organisasi Kristen.

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP