Senin, 09 Februari 2009

Iman vs Akal versi ilmu Filsafat

Ilmu filsafat adalah ilmu yang banyak bertanya ketimbang menjawab. Ilmu ini banyak berkembang di daerah Yunani. Padahal sejatinya ilmu adalah bagaimana menjawab dan mencari solusi terhadap pertanyaan yang muncul. Sama halnya dengan ilmu pasti dan sosial, filsafat senantiasa akan mencari pertanyaan - pertanyaan seputar fenomena yang ada di bumi dan sekitarnya. Kemudian pikiran kita dipaksa untuk bereksplorasi mencari kepuasan jawaban terhadap pertanyaan tadi.

Hal ini berawal dari rasa heran dan takjub. Orang Jawa bilang "Ojo Gumunan" atau"Jangan Mudah Takjb". Heran dan takjub adalah dua hal yang terpisah. Heran adalah muasal pertanyaan sedangkan takjub adalah keyakinan. Kita sering takjub dengan apa yang dikatakan guru kita atau tokoh2 agama. Ini sama halnya kalau yakin dengan apa yang dikatakan mereka.

Fisulf pra-Sakrotes biasanya memulai sesuatu dengan melihat apa yang ada disekeliling mereka yang membuat mereka heran. Dengan keheranan terhadap sesuatu tersebut maka muncullah pertanyaan - pertanyaan. Anehnya, setiap jawaban dari pertanyaan - pertanyaan tersebut akan melahirkan pertanyaan baru. Tidak ada jawaban yang permanen dan selalu berpotensi untuk terbantahkan.

Konon hal inilah yang melahirkan banyaknya disiplin ilmu seperti pada masa sekarang. Nah kira - kira apa hubungan filsafat dengan iman dan akal manusia. Dengan lahirnya berbagai ilmu pengetahuan atau disebut juga filsafat pengetahuan, maka pada abat pertengahan muncul denominasi gereja yang sangat kuat. Filsafat bertanya apakah iman vs akal ini bisa didamaikan?.
Fisulf Kristiani Thomas Aquinas mengatakan bahwa kedua hal ini tidak perlu dipertentangkan. Akal manusia mampu membuktikan keyakinan atau iman terhadap eksistensi Tuhan.

Namun keharmonisan akal dan iman di tangan Aquinas ini tidak bertahan lama. Sains modern lahir dengan dalil bahwa bumi bukan merupakan pusat dari alam sesesta. Sains tidak didasarkan pada kitab suci melainkan pada realitas empiris yang bisa diamati dan lebih terkontrol. Pertentangan keras antara ayat dan realitas empiris mengguncang keharmonisan filsafat dengan Kristianitas, sehingga lahirlah filsafat rasionalisme dan empirisme.

Fisulf rasionalisme mendidolakan cara kerja matematika. Segala sesuatu mampu dibuktikan dengan tepat dan akurat. Sedangkan Fisulf empirisme berpendapat bahwa segala sesuatu pengetahuan bermula dari realitas indrawi.

Saat manusia pertama, Adam, melemparkan batu ke kolam, misalnya, dia tidak tahu bahwa berat jenis batu lebih besar daripada air. Setelah lemparan berikutnya baru ia mengetahui bahwa batu yang ia lempar ke kolam akan tenggelam. Sebab ia sudah memiliki pengalaman mengenai tenggelamnya batu itu. Filsafat empirisme ini mengartikan bahwa pengetahuan harus bermula dari pengalaman.

Tidak sampai disini karena iman dan akal yang senantiasa melahirkan pertanyaan - pertanyaan kritis, maka banyak fase yang tercatat dalam perjalanan ilmu filsafat. Mulai dari idealisme hingga era demokrasi seperti sekarang ini yang membuat saya pusing. Maklumlah pemahaman saya sangat terbatas tentang filsafat.

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP