Berita Dukacita
II Tesalonika 2:16. Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
2:17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.
Kasih karunia dan Damai Sejahtera Allah senantiasa beserta kita.
Kamis 19 Februari 2009, kembali kami kehilangan orang yang sangat kami kasihi. Setelah 2,5 tahun lalu tepatnya pada tahun 2006, 3 orang keluarga dari alm bapak wafat, hr ini kami harus kembali berduka. Dari 7 orang bersaudara, saudara alm bapak saya yang masih hidup tinggal 2 orang lagi. Rata - rata meninggal dalam usia "muda" 50an tahun. Kemarin namboru saya (saudara perempuan bapak) dipanggil menghadap Tuhan pada pukul 12 siang @ Porsea Sumatra Utara dengan meninggalkan 4 orang anak laki-lai dan 1 perempuan. Yang baru menikah baru 1 orang dengan cucu sebanyak 2 orang.
Sungguh suatu cobaan yang membuat saya pribadi kembali bertanya akan "keadilan Tuhan". Mengapa cobaan yang demikian berat ini selalu datang tanpa adanya jedah waktu. Padahal seingat saya oppung (kakek dan nenek) tutup umur pada usia 80an tahun, namun generasi anaknya rata - rata berusia 50an tahun dan bapak saya merupakan satu - satunya yang meninggal tanpa cucu dan meninggalkan adik saya yang masih berumur 4 tahun waktu itu. Ternyata kematian itu datang dengan sangat cepat. Sedangkan amangboru saya (suaminya) sudah meninggal juga Juni 2006 lalu)
Dari 7 bersaudara, saya mengingat kembali saat mereka dipanggil satu per satu. Yang nomor 1 meninggal sekitar pada tahun 1988, yang no 2 pada tahun 1990. Nomor 3 (perempuan) meninggal pada Februari 2006, nomor 5 alm bapak maninggal pada Oktober 2006 dan yang nomor 6 (perempuan) meinggal pada Februari 2009. Namboru saya yang nomor 4 dan bapa uda (adik bapak) yang nomor 7 puji Tuhan masih sehat dan merekalah harapan kami yang nantinya bisa menjadi pengganti dari alm bapak dan saudaranya yang telah berpulang terlebih dahulu.
Renungan hari ini "Mati demi Keadilan" merupakan sikap pengorbanan seseorang untuk mewujudkan keadilan. Kata kuncinya adalah pengorbanan, walau taruhannya nyawa. Namboru saya ini juga sudah berjuang untuk melawan penyakit, namun mungkin kematian adalah jalan terbaik dari Tuhan. Dua orang lagi anaknya yang masih kecil ketika saya telp sangat bersedih sekali dan membuat saya miris ketika mereka bertanya "siapa lagi yang akan memberi kami makan??" dan "siapa yang akan membiayai sekolah kami?". Saya sangat sedih dan berduka mendengarnya. Apalah yang bisa saya perbuat ya Tuhan?? Namun saya selalu ingat kata - kata Tuhan, Ia tidak mungkin memberi beban hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan umatnya. Kami menerima pencobaan ini karena Tuhan masih sayang sama keluarga ini. Dia masih ingat sama kami. Semoga Tuhan yang memberi penghiburan abadi buat semua keluarga yang di tinggalkan.
Semoga dukacita ini hanya sebentar saja untuk berita sukacita yang akan datang dari Tuhan Yesus. Amin
2:17 kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.
Kasih karunia dan Damai Sejahtera Allah senantiasa beserta kita.
Kamis 19 Februari 2009, kembali kami kehilangan orang yang sangat kami kasihi. Setelah 2,5 tahun lalu tepatnya pada tahun 2006, 3 orang keluarga dari alm bapak wafat, hr ini kami harus kembali berduka. Dari 7 orang bersaudara, saudara alm bapak saya yang masih hidup tinggal 2 orang lagi. Rata - rata meninggal dalam usia "muda" 50an tahun. Kemarin namboru saya (saudara perempuan bapak) dipanggil menghadap Tuhan pada pukul 12 siang @ Porsea Sumatra Utara dengan meninggalkan 4 orang anak laki-lai dan 1 perempuan. Yang baru menikah baru 1 orang dengan cucu sebanyak 2 orang.
Sungguh suatu cobaan yang membuat saya pribadi kembali bertanya akan "keadilan Tuhan". Mengapa cobaan yang demikian berat ini selalu datang tanpa adanya jedah waktu. Padahal seingat saya oppung (kakek dan nenek) tutup umur pada usia 80an tahun, namun generasi anaknya rata - rata berusia 50an tahun dan bapak saya merupakan satu - satunya yang meninggal tanpa cucu dan meninggalkan adik saya yang masih berumur 4 tahun waktu itu. Ternyata kematian itu datang dengan sangat cepat. Sedangkan amangboru saya (suaminya) sudah meninggal juga Juni 2006 lalu)
Dari 7 bersaudara, saya mengingat kembali saat mereka dipanggil satu per satu. Yang nomor 1 meninggal sekitar pada tahun 1988, yang no 2 pada tahun 1990. Nomor 3 (perempuan) meninggal pada Februari 2006, nomor 5 alm bapak maninggal pada Oktober 2006 dan yang nomor 6 (perempuan) meinggal pada Februari 2009. Namboru saya yang nomor 4 dan bapa uda (adik bapak) yang nomor 7 puji Tuhan masih sehat dan merekalah harapan kami yang nantinya bisa menjadi pengganti dari alm bapak dan saudaranya yang telah berpulang terlebih dahulu.
Renungan hari ini "Mati demi Keadilan" merupakan sikap pengorbanan seseorang untuk mewujudkan keadilan. Kata kuncinya adalah pengorbanan, walau taruhannya nyawa. Namboru saya ini juga sudah berjuang untuk melawan penyakit, namun mungkin kematian adalah jalan terbaik dari Tuhan. Dua orang lagi anaknya yang masih kecil ketika saya telp sangat bersedih sekali dan membuat saya miris ketika mereka bertanya "siapa lagi yang akan memberi kami makan??" dan "siapa yang akan membiayai sekolah kami?". Saya sangat sedih dan berduka mendengarnya. Apalah yang bisa saya perbuat ya Tuhan?? Namun saya selalu ingat kata - kata Tuhan, Ia tidak mungkin memberi beban hidup yang tidak sesuai dengan kemampuan umatnya. Kami menerima pencobaan ini karena Tuhan masih sayang sama keluarga ini. Dia masih ingat sama kami. Semoga Tuhan yang memberi penghiburan abadi buat semua keluarga yang di tinggalkan.
Semoga dukacita ini hanya sebentar saja untuk berita sukacita yang akan datang dari Tuhan Yesus. Amin
0 komentar:
Posting Komentar