Antara "Tidak" dan "Belum"
Terkadang dalam menjalani hidup senantiasa dipenuhi dengan masalah mulai dari yang kecil hingga masalah besar. Cara individu untuk menghadapi dan mengatasinya pun berbeda. Ada yang sabar untuk menyelesaikannya, ada juga yang mengendapkannya terlebih dahulu kemudian menyelesaikannya serta ada juga yang langsung menyerah dengan keadaan.
Saya mulai dengan orang yang langsung menyerah, terutama dalam menghadapi masalah besar. Untuk beberapa kasus, kondisi menyerah mungkin bisa terjadi pada kita bila kita belum dan tidak terbiasa menyelesaikan masalah secara tuntas. Menyerah berarti mengakan "tidak" pada masalah. Disini kita kalah telak dan umumnya menyelesaikan masalah dengan masalah sepanjang hidup. Misalnya bila ada yang bertanya: apakah anda bisa menyetir mobil? Kita menjawab tidak. Kondisi memang akan menjadi baik, tetapi selamanya kita tidak bisa menyetir. Sebaiknya untuk masalah dengan intensitas sedang dan kecil, kita coba hadapi sebagai latihan bila ada masalah besar nantinya, kita tidak serta merta menyerah.
Untuk orang yang mengendapkan masalah terlebih dahulu, ini termasuk antara "tidak" dan "belum". Bisanya untuk kasus ini ada kalanya kita mengendapkan masalah terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar intensitas masalahnya mengecil dulu, sehingga bisa lebih mudah untuk diselesaikan. Analoginya, bila kita minum kopi yang baru diaduk. Bila kita langsung meminumnya maka bubuk kopi akan banyak yang terminum. Namun bila diendapkan dulu, maka bubuknya akan mengendap dan kopinya lebih nikmat diminum. Demikian dengan masalah ini. Namun, kita harus hati - hati, karena antara "tidak" dan "belum" ini ada space waktu. Jika kelupaan terhadap masalah yang diendapkan tadi, maka masalah bisa saja tidak selesai. Masalah tersebut akan terkubur dan suatu saat bisa muncul kepermukaan sebagai masalah baru, dan umumnya lebih sulit dilakukan. Misalany, sekarang kita malas bersekolah, akhirnya kita tidak punya pendidikan. Dimasa sekarang sepertinya masalah itu terendapkan dan tidak berpengaruh terhadap hidup kita. Namun beberapa tahun kedepan ia akan muncul dalam bentuk penyesalan, mengapa kita dahulu tidak bersekolah. Kita harus bijak melihat dan membaca karakter masalah seperti ini. Ada kalanya kita endapkan dulu sehingga masalah lebih mudah diselesaikan.
Sedangkan orang yang sabar danlam menyelesaikan masalah adalah orang yang sudah sering latihan terhadap masalah. Ia akan lebih kebal dan lebih bijak membaca dan menyelesaikan masalah tersebut tanpa melahirkan masalah baru. Caranya adalah bersabar dan biasanya dengan mengalah terlebih dahulu atau mundur beberapa langkah untuk kemudian maju ke depan. Saya sepertinya belum bisa sampai pada tahap ini dan sulit untuk memberi contohnya. Biasanya orang yang sukses karena dari kecil telah menjadi yatim piatu, mereka umumnya sudah sampai pada tahap ini, meskipun kita tidak harus demikian. Ada juga yang memang karena keuletannya bisa berjuang dengan berbagai masalah yang dihadapinya. Yang penting prinsipnya adalah kita tidak akan diberi Tuhan masalah yang melebihi kapasitas kita. Masalah yang sampai kepada kita pasti masalah yang bisa kita atasi dan tidak melebihi kemampuan kita.
Saya mulai dengan orang yang langsung menyerah, terutama dalam menghadapi masalah besar. Untuk beberapa kasus, kondisi menyerah mungkin bisa terjadi pada kita bila kita belum dan tidak terbiasa menyelesaikan masalah secara tuntas. Menyerah berarti mengakan "tidak" pada masalah. Disini kita kalah telak dan umumnya menyelesaikan masalah dengan masalah sepanjang hidup. Misalnya bila ada yang bertanya: apakah anda bisa menyetir mobil? Kita menjawab tidak. Kondisi memang akan menjadi baik, tetapi selamanya kita tidak bisa menyetir. Sebaiknya untuk masalah dengan intensitas sedang dan kecil, kita coba hadapi sebagai latihan bila ada masalah besar nantinya, kita tidak serta merta menyerah.
Untuk orang yang mengendapkan masalah terlebih dahulu, ini termasuk antara "tidak" dan "belum". Bisanya untuk kasus ini ada kalanya kita mengendapkan masalah terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar intensitas masalahnya mengecil dulu, sehingga bisa lebih mudah untuk diselesaikan. Analoginya, bila kita minum kopi yang baru diaduk. Bila kita langsung meminumnya maka bubuk kopi akan banyak yang terminum. Namun bila diendapkan dulu, maka bubuknya akan mengendap dan kopinya lebih nikmat diminum. Demikian dengan masalah ini. Namun, kita harus hati - hati, karena antara "tidak" dan "belum" ini ada space waktu. Jika kelupaan terhadap masalah yang diendapkan tadi, maka masalah bisa saja tidak selesai. Masalah tersebut akan terkubur dan suatu saat bisa muncul kepermukaan sebagai masalah baru, dan umumnya lebih sulit dilakukan. Misalany, sekarang kita malas bersekolah, akhirnya kita tidak punya pendidikan. Dimasa sekarang sepertinya masalah itu terendapkan dan tidak berpengaruh terhadap hidup kita. Namun beberapa tahun kedepan ia akan muncul dalam bentuk penyesalan, mengapa kita dahulu tidak bersekolah. Kita harus bijak melihat dan membaca karakter masalah seperti ini. Ada kalanya kita endapkan dulu sehingga masalah lebih mudah diselesaikan.
Sedangkan orang yang sabar danlam menyelesaikan masalah adalah orang yang sudah sering latihan terhadap masalah. Ia akan lebih kebal dan lebih bijak membaca dan menyelesaikan masalah tersebut tanpa melahirkan masalah baru. Caranya adalah bersabar dan biasanya dengan mengalah terlebih dahulu atau mundur beberapa langkah untuk kemudian maju ke depan. Saya sepertinya belum bisa sampai pada tahap ini dan sulit untuk memberi contohnya. Biasanya orang yang sukses karena dari kecil telah menjadi yatim piatu, mereka umumnya sudah sampai pada tahap ini, meskipun kita tidak harus demikian. Ada juga yang memang karena keuletannya bisa berjuang dengan berbagai masalah yang dihadapinya. Yang penting prinsipnya adalah kita tidak akan diberi Tuhan masalah yang melebihi kapasitas kita. Masalah yang sampai kepada kita pasti masalah yang bisa kita atasi dan tidak melebihi kemampuan kita.
0 komentar:
Posting Komentar