Konsultan politik
Masa sekarang adalah saat - saat orang bergerak menggalang kekuatan. Banyak strategi marketing "jual diri" yang dilakukan orang. Sebenarnya marketing caleg dengan marketing barang dan jasa hampir sama. Bedanya mungkin pada kepuasan si konsumen. Untuk jualan barang dan jasa, konsumen secara langsung akan mendapatkan manfaatnya sehingga tingkat kepuasannya terhadap barang dan jasa tersebut relatif terukur. Sedangkan pada marketing caleg, konsumen (masyarakat) tidak secara langsung merasakan kepuasan atau bahkan sama sekali tidak mendapatkannya. Persamaan marketingnya barangkali sama - sama membuatkan iklan dan promo - promo yang berusaha memikat hati konsumen.
Dengan banyaknya jumlah partai politik, otomatis meningkatkan jumlah caleg yang akan memperebutkan kursi legislatif dari tingkat dua hingga pusat. Dan hal ini menuntut setiap caleg untuk lebih giat lagi dalam usaha "marketing"nya. Saya mungkin bisa memprediksi kemungkinan adanya caleg yang datang ke dukun dan sejenisnya. Namun saya hanya coba mengutarakan hal - hal logis yang masih terjangkau oleh pemikiran manusia.
Dengan semakin ketatnya persaingan maka beberapa orang ada yang mengklaim bisa memenangkan seseorang untuk merebut kursi di legislatif. Banyak bermunculan konsultan politik yang bermain pada tataran strategi pemenangan dan marketing kepada masyarakat. Umumnya mereka "membaca" karakteristik masyarakat disuatu tempat dan menuangkannya dalam sebuah program yang memikat. Unsur komunikasi dan pendekatan emosional merupakan hal yang paling ditonjolkan. Sebenarnya ini cara lama, namun dalam bentuk kemasan baru. Hal ini juga tidak terlalu sulit untuk dilakukan, namun kita belum bisa melihat bukti keberhasilannya, karena hal semacam ini baru terjadi di pemilu tahun ini. Mungkin pasca pemilu nanti kita bisa melihat hasilnya, apakah seseorang dalam marketingnya butuh konsultan politik.
Dengan banyaknya jumlah partai politik, otomatis meningkatkan jumlah caleg yang akan memperebutkan kursi legislatif dari tingkat dua hingga pusat. Dan hal ini menuntut setiap caleg untuk lebih giat lagi dalam usaha "marketing"nya. Saya mungkin bisa memprediksi kemungkinan adanya caleg yang datang ke dukun dan sejenisnya. Namun saya hanya coba mengutarakan hal - hal logis yang masih terjangkau oleh pemikiran manusia.
Dengan semakin ketatnya persaingan maka beberapa orang ada yang mengklaim bisa memenangkan seseorang untuk merebut kursi di legislatif. Banyak bermunculan konsultan politik yang bermain pada tataran strategi pemenangan dan marketing kepada masyarakat. Umumnya mereka "membaca" karakteristik masyarakat disuatu tempat dan menuangkannya dalam sebuah program yang memikat. Unsur komunikasi dan pendekatan emosional merupakan hal yang paling ditonjolkan. Sebenarnya ini cara lama, namun dalam bentuk kemasan baru. Hal ini juga tidak terlalu sulit untuk dilakukan, namun kita belum bisa melihat bukti keberhasilannya, karena hal semacam ini baru terjadi di pemilu tahun ini. Mungkin pasca pemilu nanti kita bisa melihat hasilnya, apakah seseorang dalam marketingnya butuh konsultan politik.
0 komentar:
Posting Komentar