Jumat, 12 Desember 2008

Bangsa yang munafik.,in Moral

Perubahan kerap menjadi janji - janji para calon penguasa republik ini, baik eksekutif, legislatif bahkan yudikatif. Beruntung masyarakat Indonesia sudah banyak yang "pintar", sehingga tidak serta merta percaya akan janji - janji politis tadi.

Tebukti sudah, ketika seseorang menduduki kursi di pemerintahan, perubahan tersebut memang terjadi, tapi perubahan ke bentuk negatif yang lain. Hanya berupa transformasi dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya. Kalau bahasa fisikanya, transformasi dari time ke frekuensi. Misal, dulu orang dengan mudah untuk menyogok secara terang - terangan, namun sekarang orang tidak mau menyogok pemerintah, tetapi pemerintah melakukan pemalakan kepada para investor bahkan masyarakat kecil. Kalau dulu pemalakannya cuma satu kali, tetapi dalam kuantitas besar, sekarang frekuensinya menjadi banyak dengan kuantitas kecil. Sama saja toh.

Katanya karakter ketimuran orang Indonesia yang ramah dan attitude yang baik, saat ini hanya menjadi cerita/ romantika sejarah saja. Masyarakat kecil pun sudah banyak yang berbuat jahat. Tidak heran, mungkin ini karena keadaan ekonomi, tetapi bila dibiarkan maka karakter bangsa ini kian lama makin luntur. Contoh sederhana, ditempat - tempat pariwisata, kita kerap menemukan penipu dari masyarakat sekitar. Kadang para wisatawan "dipaksa" untuk membeli sesuatu yang katanya ciri khas dari daerah tersebut dan harganya tidak tanggung - tanggung.

Orang - orang menganggap bahwa di negara ini semua orang beragama, namun tidak sulit rasanya kita menemukan hal - hal yang tidak baik. Jalur birokrasi yang panjang, sistem administrasi yang korup, hingga pencopetan di terminal maupun bandara sudah merupakan pemandangan yang "indah" bagi setiap orang. Pemalakan oleh oknum polisi merupakan hal yang sangat biasa. Bahkan di Mesjid pun sepatu, sandal dan kotak infaq bisa raib.

Apakah yang salah? Dimana peran kita dalam menghadapi krisis multidimensi ini? Bangsa ini telah banyak kehilangan, kehilangan kebudayaan, tempe, ahu yang di ambil oleh bangsa lain, pulau sipadan dan ligitan, batik yang hampir di ambil oleh negara tetangga, sumber daya alam yang hilang akibat dieksploitasi oleh bangsa lain. Bahkan, orang Indonesia telah kehilangan malu, sehingga semua hal yang dilakukannya seolah - olah sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran ini perlu di sebar luaskan seperti bola salju yang menggelinding. Agar kita berhenti menjadi bangsa yang munafik. Hal utama yang harus diperangi adalah bagimana mencerdaskan moral masyarakat, bukan memperbaiki keadaan ekonomi dan hal - hal lain. Jika moral sudah baik, maka masalah lain akan lebih mudah untuk diatasi.

Siapa yang paling bertanggungjawab dalam memperbaiki moral? Jika kita mengaku manusia beragama, maka pemuka agamalah yang berada di jalur terdepan dalam meningkatkan moral anak bangsa, kemudian dari keluarga dan para pendidik di pendidikan formal. Dengan demikian akan tertanam karakter yang baik. Orang Indonesia harus memiliki konsistensi, komitmen dan moral yang baik untuk keluar dari segala krisis yang menerpa negri ini.

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP