Senin, 29 Desember 2008

Pesan Akhir Tahun

Minggu 29 Desember 2008 merupakan minggu yang diapit oleh ibadah Natal dan Ibadah tahun baru 1 Januari. Biasanya karena hari ini merupakan hari terjepit diantara 2 ibadah yang "wajib" diikuti jemaat, maka jumlah jemaat yang mengikiti ibadah minggu tersebut jumlahnya akan sedikit. Orang akan lebih memilih beribadah pada Natal dan tahun baru. Saya tidak tahu kebiasaan ini, namun minggu ini saya coba hadir mengikuti ibadah hari minggu seperti biasanya.

Dan benar saja, ternyata jemaat yang hadir tidak terlalu banyak. Namun, hal ini tidak mengurangi kerinduan kami untuk mengucap syukur dan beribadah. Pesan pendeta melalui kotbahnya sangat sederhana namun sangat menyentuh dan menggiring kita untuk menyambut tahun baru nanti. Tidak lupa nuansa Natal juga masih kental diruang Gereja maupun dalam lagu - lagu serta Firman yang disampaikan.

Kalau bisa saya resume-kan, intinya adalah mengenai prediksi kita akan tahun yang akan datang. Analoginya adalah ketika ada seorang pemuda yang sudah "lanjut umur" dipaksa menikah oleh orang tuanya. Kemudian karena ada "ancaman" dari ortu kalau si pemuda tadi tidak menikah, maka ortunya bilang bahwa dia akan mati. Dan si pemuda pun segera menikah dengan seorang wanita tentunya dengan mas kawin secukupnya. Setelah beberapa waktu menikah, si orang tua(ayah) si pemuda tadi datang berkunjung ke rumahnya dan si anak berkata, bahwa menikah itu sebenarnya enak, tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya, ia akan terkekang dan sebagainya. Bahkan si anak tadi pengen menambahkan mas kawinnya kepada orang tua si perempuan tadi karena merasa nikmatnya hidup berkeluarga. Untuk tahun 2009, barangkali dari kita ada yang merasa seperti si pemuda tadi. Kita merasa enggan meninggalkan tahun 2008 ini karena tahun 2009 masih abu - abu. Kita sebenarnya bisa saja memprediksi, namun akan sulit membuktikannya dengan kenyataan. Bisa saja prediksi kita jauh dan sangat tidak akurat.

Kemudian cerita bersambung tadi berlanjut. Kira - kira setahun kemudian, ortu (ibu) dari si anak datang berkunjung ke rumah mereka. Dan si anak tadi juga curhat kepada ibunya. Dia bercerita kalu dalam berumahtangga itu mulai banyak masalah, ada pertengkaran, kesulitan ekonomi dan sebaginya. Tidak seperti awal dia membina rumah tangga yang kelihatnnya akan senantiasa berbahagia. Namun ibunya berpesan pada anaknya, agar ia senantiasa kuat dan sabar dalam menjalani hidup berumah tangganya.

Kita juga demikian, menyambut tahun 2009 pada awalnya sangat berbahagia. Seolah - olah kita akan jauh dari masalah. Namun ditengah perjalanan nanti, kita tidak sadar bahwa masalah juga akan hadir dengan sendirinya. Dan kita harus kuat menjalaninya. Kita akan sadar ketika kita sudah masuk ke dalam sistem tersebut, masuk menjalani hari demi hari di tahun 2009.

Sama halnya dengan mengikut Jurselamat, tidak semua berjalan indah. Justru dengan adanya masalah itu yang akan membuat kita naik kelas. Kalu bahasa alkibaiahnya, kita akan tahan uji, iman kita akan menjadi lebih baik dan dengan penderitaan kita akan bisa merasakan campur tangan Tuhan terhadap masalah kita tersebut, tentu saja saat kita minta Tuhan turut campur tangan dalam masalah dan pergumulan kita.

Tidak ada yang tahu, bagaimana tahun 2009. Sama seperti yang dikatakan orang bijak, kemarin adalah sejarah, hari ini adalah hadiah dan besok adalah misteri. Apakah kita sudah siap menyambut tahun 2009 dengan segudang sukacita dan dukacitanya?? Tetaplah andalkan Tuhan. (Yer 17 :7)

0 komentar:

  © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP